Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cewek Yang Kutemui Di Toserba [Vol 1 Chapter 5.4]

No One Cared About Me, But She Has. I Met Her At A Convenience Store, Then She Makes My Every Day More Fun Bahasa Indonesia




Chapter 5.4: Penentuan


Setelah ditinggalkan Kana, aku pulang dan berbaring di sofa menatap langit-langit tanpa melakukan apa-apa. Ketika Yono sudah pulang, aku tetap terus menatap langit-langit.


"Riku-chan. Ada apa?"


"............"


"Riku-chan! Eiii!"


"Buhoho!"


Yono melompat ke dadaku......! Suara mencicit dari sofa samar terdengar karena benturan.


"Hei, hei~ Kamu punya teman masa kecil yang imut. Kenapa kamu terus melihat ke langit-langit?"


Yono, yang berbicara dengan cara yang anehnya lengket, berbaring di tubuhku dan bertanya padaku tentang hal itu.


Ini ...... kontak dekat yang mengerikan. Wajah Hono ada di sana dalam tampilan penuh, dan tubuhnya menempel padaku dengan berat badannya.


"Yono. Sebagai laki-laki, aku ikut bahagia untukmu, tapi aku tidak ingin kau melakukan ini karena ini akan menghancurkan akal sehatku."


"Hmm? Kenapa? Kupikir tidak apa-apa jika itu meledak."


Yono memberiku senyum nakal yang telah kulihat beberapa kali.


"Yono...."


"Riku-chan. Apa kamu merasa khawatir dan mengalami kesulitan lagi?"


"Yah......."


"Itu tidak baik. Aku, aku selalu ingin kamu bahagia, Riku-chan. Aku akan ...... melakukan apa pun yang bisa kulakukan untuk membantumu."


Mata Yono penuh dengan tekad.


Aku merasa dia benar-benar akan melakukan apa pun yang kuminta darinya.


"Biar kutebak apa yang mengganggumu, Riku-chan?"


"Ya."


"Tentang Ayana-chan, kan?"


"......Ya."


Aku tahu dia bisa melihat semuanya. Aku tidak cocok untuk teman masa kecilku.


Perlahan, Yono duduk di sofa.


Aku mengikutinya dan duduk kembali di sofa.


"Aku tiba-tiba berpikir tentang ...... Hoshimiya."


"Kamu ... sedang memikirkan Ayana-chan?"


"Aku khawatir tentangnya. Hoshimiya masih mengalami kesulitan."


"Riku-chan lah yang mengalami waktu tersulit."


"............"


Aku tidak menyangkal atau membenarkan. Tapi aku yakin Hoshimiya sama menderitanya denganku.


Tidak, aku yakin itu bahkan lebih buruk dariku.


Aku masih memiliki teman masa kecil yang baik bernama Yono yang mendukungku sepanjang hidupku.


Tapi aku ingin tahu apakah Hoshimiya memiliki seseorang yang bisa sedekat itu dengannya?


Bahkan jika dia memiliki seorang teman bernama Kana, fakta bahwa Hoshimiya tidak menceritakan kepada Kana tentang apa yang terjadi di masa lalu, itu artinya, ada jarak psikologis sebesar itu di antara mereka.


Ditambah dengan kepribadian Hoshimiya itu sendiri.


Hoshimiya merasa ...... sangat bersalah.


Menurut Kana, Hoshimiya terus meminta maaf padaku bahkan di dunia mimpi.


Orang tuanya membunuh seseorang dalam kecelakaan, tapi orang tuanya juga telah bundir, namun dia selalu terjebak dalam ...... rasa bersalah.


Aku tidak tahu apakah ada kehidupan lain yang lebih menyakitkan darinya?


"......Aku tahu apa yang harus kulakukan."


Hanya satu kalimat, "Aku tidak membenci Hoshimiya." aku hanya perlu mengatakan itu padanya.


Itu saja sudah cukup untuk menyelamatkan hati Hoshimiya.


Tentu saja, pada kenyataannya, aku tidak bisa memisahkan kecelakaan itu dari pikiranku. Tapi aku mengerti bahwa itu hanyalah kecelakaan.


Pelakunya sudah tidak ada di dunia ini lagi.


Memang benar ketika aku mengingat Hoshimiya, aku akan mengingat kenangan yang menyakitkan.


Itulah mengapa aku berpikir bahwa Hoshimiya pasti lebih menderita daripadaku.


"Riku-chan masih mencintai Ayana-chan kan? Apa yang ingin kamu lakukan dengan Ayana-chan? Apa yang ingin kamu lakukan di masa depan?"


Pertanyaan tenang dari Yono, dan jawabannya sudah diberikan sebelumnya.


"Aku ingin tinggal bersama Hoshimiya dan ....... aku ingin melindungi Hoshimiya."


"............"


Yono terdiam dan ada keheningan. Saat itulah aku akhirnya mengerti apa yang kukatakan.


"Maafkan aku, Yono! Tidak, tidak, tidak! Aku suka Yono, maka dari itu aku......!"


Apa yang kukatakan sebelumnya seperti menyangkal Yono ketika aku sedang berkencan dengannya.


Namun, Yono memberikan senyum lembut.


"Haha, aku merasa bahwa akhirnya aku bisa mendengar bagaimana perasaan Riku-chan yang sebenarnya."


"...Maafkan aku. Tapi ... aku mungkin satu-satunya orang yang benar-benar mengerti dan bisa mendukung Hoshimiya. Akulah satu-satunya."


"Kalau begitu, Riku-chan, kamu harus pergi menemui Ayana-chan."


"............Tidak."


"Apa?"


"Aku tahu, tapi aku ...... takut. Aku takut jika sesuatu mungkin terjadi lagi. Sesuatu yang tidak bisa kuprediksi......."


"Riku-chan....."


"Aku tidak ingin merasakan sakit. Aku tidak ingin hatiku terganggu. Aku ingin hidup ...... damai."


Yono terus diam mendengarkan kata-kataku saat aku memuntahkannya.


"Aku tidak bisa tanpa Yono. Aku ingin berada di dekat Yono. Aku tidak ingin jauh dari Yono. Aku tidak bisa hidup tanpa Yono."


"Kamu bohong, Riku-chan."


"Itu bukan bohong..."


"Terus bagaimana denganmu dan Ayana-chan?"


"Ah..."


Aku telah mengandalkan Yono sejak kecil, tetapi ketika aku bersama Hoshimiya, aku merasa bisa menjadi diriku yang normal.


Meskipun terkadang aku masih memikirkan Yono, itu bukanlah sesuatu yang kupegang seperti sekarang.


"Aku yakin Riku-chan bisa bertindak ...... secara alami saat bersama Ayana-chan."


"............"


Aku tidak punya jawaban untuk Yono, yang tersenyum padaku.


Saat aku terdiam, tiba-tiba Yono memelukku.


Itu kuat, dia memelukku ...... erat, seolah-olah tubuh kami adalah satu.


"Aku mencintaimu, Riku-chan. Aku sangat mencintaimu. Aku merasa jengkel hanya karena kamu berbicara dengan gadis selain aku, dan aku bahkan tidak ingin membayangkan Riku-chan berkencan dengan gadis selain aku."


"Yono....."


"Tapi, tetap saja, kebahagiaan Riku-chan tetap yang terpenting bagiku. ......Riku-chan harus mengikuti keinginannya sendiri dan pergi menemui ...... Ayana-chan."


Yono mengangkat kepalanya dan menatap wajahku. Dia tersenyum lembut, tapi dia menangis.


Ada banyak guratan cahaya di pipi Yono.


Kemudian dia melanjutkan berbicara dengan suara yang sedikit gemetar, seolah dia menahan isak tangis.


"Riku-chan terjebak olehku."


"Itu tidak benar ....... aku mencintai Yono, maka dari itu......."


"Ya, terima kasih. Aku sangat senang. Aku juga menyukaimu, Riku-chan ....... itu sebabnya aku ingin kamu melihat dunia yang lebih luas.


"Dunia yang lebih luas......"


"Riku-chan. Aku ingin kamu terbang menjauh dari sangkar burung, yaitu aku. Aku yakin kamu akan baik-baik saja."


"Yono..."


Air mata menggenang di mata Yono saat dia berbicara. Itu artinya dia mengucapkan selamat tinggal padaku, dan dia mengerti itu lebih dari apa pun.


"Jika kamu lelah karena tidak bisa mencapai tempat yang kamu tuju ...... kamu bisa kembali lagi padaku, ke tempat teman masa kecilmu."


"............!"


"Riku-chan benar, satu-satunya orang yang bisa ada untuk Ayana-chan di dunia ini adalah Riku-chan."


"Yono......Yono......!"


Sangat jelas bahwa teman masa kecilku, Yono, sangat memedulikanku.


Apalagi, Yono sangat sadar itu sehingga dia memiliki keinginan yang kuat untuk memonopoli dan mencemburuiku...


Namun meski demikian, aku malah sibuk memikirkan kebahagiaanku sendiri.


Sangat menyakitkan rasanya sampai aku tidak bisa berhenti menangis...!


"Riku-chan. Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku. Terbanglah di langit dengan bermartabat dan bebas."


"Bebas......."


"Aku yakin itu sebabnya mereka menamaimu, 'Riku'."


"Riku-......"


Aku tidak pernah memikirkan arti namaku. Aku tidak pernah menanyakan hal itu kepada orang tuaku.


Ah, tapi tetap saja. Aku ingin tahu apa yang akan ibu dan ayahku pikirkan jika mereka melihatku sekarang.


Aku yakin adikku akan menjulurkan lidahnya padaku dan mengolok-olokku.


"Riku-chan akan baik-baik saja ....... kamu bisa hidup tanpaku lagi. Karena kamu akhirnya menemukan apa yang ingin kamu lakukan sendiri, Riku-chan."


"Ya ...... ya ......!"


"Haha, kamu akan merusak ...... wajah kerenmu jika kamu banyak menangis."


Tanpa sadar, aku memang menangis.


Aku telah berpikir di sudut pikiranku bahwa pipiku terbakar, tapi ...... aku tidak menyadarinya.


"Yono juga ...... menangis."


"Aku baik-baik saja. Ketika kamu patah hati, kamu menangis, kan?"


"......Ya, kurasa."


"Itu benar. Haha."


Yono, dengan wajah sembab dan lesu, masih berhasil memasang senyum cerah di wajahnya.


***


Percakapan berakhir dan suasana menjadi lebih santai. Suasana tenang kembali.


Aku dan Yono sedang duduk berdampingan di sofa, menyerap suasana tanpa mengucapkan sepatah kata pun.


"......Yah, yah. Aku sebenarnya berpikir bahwa aku tidak bisa menang melawan Ayana-chan."


"Eh?"


"Tunggu sebentar, oke?"


Setelah mengatakan itu, Yono pergi ke kamarnya dan kembali dengan sebuah buku di tangan kanannya.


Itu adalah buku p*rno yang Mondo-san berikan padaku! Lah, kok?! Padahal aku sudah menyembunyikannya di bawah tempat tidurku!


"Eh, uh, itu...... Yono-sama?"


"......Ini buku yang sangat nakal!"


Yono, yang matanya menyipit, berkata sambil menatap sampul buku.


Kebetulan, sampul buku itu menggambarkan seorang gadis yang terlihat persis seperti Hoshimiya.


"Gadis ini terlihat seperti Ayana-chan, bukan?"


"Ya, itu benar........"


"Riku-chan, kamu benar-benar anak yang ceria!"


"Aku minta maaf!"


"Riku-chan, duduk di lantai."


"Eh, kenapa...?"


"Masih terlalu dini untukmu melakukan hal semacam ini, Riku-chan! Jadi aku akan memberimu ...... khotbah!"


Setelah mengatakan itu, Yono tersenyum manis.



Chapter 5 Completed