Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cewek Yang Kutemui Di Toserba [Vol 1 Chapter 4.3]

No One Cared About Me, But She Has. I Met Her At A Convenience Store, Then She Makes My Every Day More Fun Bahasa Indonesia




Chapter 4.3: Kebenaran


"Eh, apa yang harus kita lakukan ...... ahaha?"


Satu menit setelah hubungan kami dimulai.


Kami bingung, saling melirik, tidak tahu harus berbuat apa satu sama lain.


Aku memutuskan menutup jarak untuk saat ini dan duduk di sebelah Hoshimiya, yang duduk kembali di tempat tidur.


"Ahaha. Kuromine-kun, sekarang apa?"


"Aku hanya duduk seperti biasa. Untuk apa terburu-buru?"


"Aku tidak buru-buru......."


Padahal mah iya.


"............"


Hoshimiya terdiam. Aku juga sedikit gelisah.


Kami sudah berkencan. Itu bagus. Tapi apa bedanya?


"Hoshimiya. Apakah ada yang ingin kau lakukan?"


"I-Itu ....... bagaimana denganmu, Kuromine-kun?"


"Aku ingin melakukan sesuatu seperti yang ada di buku p*rno dengan Hoshimiya."


"Blak-blakan sekali! Aku terkejut!"


"Apakah kau tidak ingin melakukan sesuatu seperti di buku itu, Hoshimiya?"


"Bagaimana kamu bisa mengatakan itu dengan wajah datar?! Aku tidak mengerti!"


"Kau tidak mau?"


"......Y-Yah, yang lebih penting, setelah kita saling mengenal....."


"Aku Kuromine Riku, umur 16 tahun, tidak kidal, buruk dalam semua mata pelajaran, dan tidak memiliki hobi tertentu..."


"Tunggu, tunggu, tunggu! Bukan itu maksudku! Dan bukannya aku tidak mengenalmu, oke?!"


"Terus apa njir?!"


"Yah, kamu tahu, aku tidak berpikir kita ...... tahu banyak tentang kehidupan satu sama lain atau semacamnya."


"Benar juga ...... kita tidak pernah benar-benar membicarakan masa lalu kita."


"Aku ingin tahu lebih banyak tentangmu, Kuromine-kun, dan aku juga ingin kamu tahu tentangku."


Dia ingin tahu lebih banyak tentangku, dan di sisi lain, aku juga ingin tahu lebih banyak tentangnya.


Tapi itu bukan berarti ada yang spesial dariku.


Tidak, ada sesuatu, tapi selain kecelakaan yang menyebabkan hilangnya keluargaku, hidupku cukup normal. Kehidupan yang terikat dengan kesetiaan mutlak pada Yono dan tidak melihat apa pun selain Yōno.


Ketika itu harus dilakukan, maka yang bisa kubicarakan hanyalah apa yang kulakukan dengan Yono.


Di tengah percakapan, aku memperhatikan bahwa Hoshimiya memiliki ekspresi ramah di wajahnya, dan aku merasa dia peduli tentang ini, jadi aku mengakhiri topiknya.


"Kalau begitu, sekarang, aku ingin mendengar cerita tentang Hoshimiya."


"Ceritaku, ya?"


"Setelah kita selesai membicarakan tentang Hoshimiya, mari kita lakukan sesuatu seperti yang ada di buku p*rno."


"Aku tahu! Tapi itu masih terlalu dini! Bulan pertama kita harus memulainya dengan memanggil satu sama lain dengan nama depan ....... kemudian kita akan menghabiskan tiga bulan berikutnya dengan bergandengan tangan......."


"Kelamaan. Masa setelah empat bulan, kita masih di level bergandengan tangan bersama-sama......?"


"Karena aku ...... terlalu malu, atau mungkin! Aku hanya belum siap......!"


"Aku mengerti. Aku akan menyerahkannya pada tempo Hoshimiya."


Sejujurnya, aku hanya bercanda tentang keinginan untuk melakukan sesuatu seperti itu.


Kupikir Hoshimiya akan buru-buru menolak, jadi aku mengatakannya dengan nada menggoda.


Aku sendiri sebenarnya tidak punya nyali sebanyak itu.


Memang benar aku tertarik padanya sebagai anak SMA, tapi......!


"Hmmm. Di mana aku harus memulainya?"


"Ah, bolehkah aku menanyakan sesuatu padamu?"


"Oke. Tapi aku akan marah jika kamu menanyakan pertanyaan yang aneh, oke?"


"Ini pertanyaan yang normal, kok."


"Hei, bisakah kamu berhenti berkata seperti itu?"


"Oke. Apakah kau melakukan debut di SMA?"


"Ummm, yah. Kurasa aku menjadi seperti ini setelah aku masuk SMA."


"Di SMA, yah. Soalnya dalam foto itu, Hoshimiya berambut hitam dan berpakaian seperti orang dewasa."


Aku menunjuk ke bingkai foto di atas meja.


Dalam gambar itu adalah orang tua Hoshimiya dan dirinya yang terlihat seperti anak SMP.


"Apakah kau punya ...... informasi tentang bagaimana kau membuat debut SMA-mu?"


"Entahlah, aku tidak terlalu ingat detailnya. Mungkin aku hanya ingin menghancurkan diriku yang dulu, kurasa......?"


Ingin menghancurkan diri yang dulu - itu adalah ekspresi kasar yang membuatku gugup.


"Sekarang aku ingin kau memberitahuku tentang orang tuamu."


"Ayah dan ibuku sangat baik."


"Aku tahu. Aku bisa melihatnya di foto-foto itu."


"Kamu sudah tahu? Tapi mereka juga terlalu protektif, tahu? Aku cuma terjatuh tapi mereka langsung berteriak memanggil ambulans."


"Heh, itu pasti sulit."


"Terutama ketika aku masih SD, aku suka bermain di luar, jadi aku yakin mereka pasti sangat khawatir padaku."


Tidak hanya ekspresinya, tetapi juga suaranya menunjukkan bahwa dia menikmati dirinya sendiri saat menceritakannya.


Itu pasti kenangan yang sangat indah.


"Oh, dan aku senang pergi jalan-jalan bersama keluargaku."


"Jalan-jalan?"


“Ya, jalan-jalan. Ayahku suka mobil, jadi pada hari libur, kami bertiga akan masuk ke dalam mobil dan pergi ke berbagai tempat wisata. Jadi, kamu tahu, bahkan setelah aku masuk SMP, kami masih pergi untuk berkendara......"


"Hoshimiya?"


"Itu aneh. Aku bisa mengingat kenangan waktu SD, tapi ingatanku kabur saat SMP......."


Suasananya menjadi aneh. Tiba-tiba, Hoshimiya tampak kesakitan dan memegangi kepalanya. Tidak peduli bagaimana aku melihatnya, itu bukanlah hal biasa.


"Hei, Hoshimiya. Jangan memaksakan dirimu. Jika kau tidak ingin membicarakannya, kita bisa bicara secara terpisah......."


"Tidak, tidak ....... sepertinya aku mengingat sesuatu, sesuatu seperti.....!"


Apakah itu sakit kepala? Hoshimiya berkerut kesakitan.


Meski begitu, seolah ingin mengeluarkan ingatannya sendiri, dia mulai berbicara dengan suara berbisik.


"Ketika aku di tahun pertama SMP, kami pergi untuk perayaan masuk ...... dan juga pergi jalan-jalan di musim panas tahun kedua SMP ........... dan, aku pikir, dalam perjalanan kembalinya, ah, ah......!"


Itu adalah hal yang tiba-tiba.


Seolah-olah dikejutkan oleh semacam shock──


"Yaaaaaaaaaaa!"


Jeritan yang luar biasa, yang tidak bisa dinilai sebagai jeritan biasa, keluar dari mulut Hoshimiya.


"T-Tidak ...... aaaaaaah!"


"Hoshimiya! Ada apa denganmu?!"


Aku dibuat bingung oleh situasi yang tiba-tiba.


Hoshimiya berteriak seolah-olah dia sudah gila dan mulai bergoyang-goyang di tempat tidur sambil memegangi kepalanya sendiri.


"Apa yang sedang terjadi?!"


"Hei, tahan dirimu!"


"Yaaaaaa!!!"


"────!"


Aku mencoba menyentuh hoshinomiya yang mengamuk, tapi dia mencakar lenganku dengan sekuat tenaga.


Apa yang ...... sedang terjadi di sini?!


Ding dong.


Interkom berdering.


Tapi sekarang aku tidak bisa menjauh dari Hoshimiya.


Ding dong.


Itu berdering lagi.


Ding dong. Ding dong.


Ding dong. Ding-dong. Ding-dong. Ding-dong.


"Berisik bat, ajg!"


Aku tahu apa maksudmu, tetapi kau terlalu banyak memencet belnya!


 ......Tidak, aku ingat suara ding-dong yang terus menerus ini. Itu Mondo-san!


Meski aku ingin tetap memperhatikan Hoshimiya yang menangis dan tersesat, tapi aku memutuskan untuk lari ke pintu depan.


Dan ketika aku membuka pintu, aku melihat...


"Ayana-chan!"


"Mondo-san────"


Dia mendorongku keluar dari jalannya dan berlari ke kamar. Bahkan tanpa melepas sepatunya.


"Apa-apaan......?!"


Aku menutup pintu dan bergegas ke kamar Hoshimiya.


"Aku di sini, aku di sini, Ayana-chan."


"Kenapa ...... kenapa dia berteriak?"


Apa yang dia teriakkan?


Hoshimiya berjongkok ke depan di tempat tidur, menangis seolah menolak sesuatu.


Mondo-san mencoba yang terbaik untuk memeluk Hoshimiya yang seperti itu sambil dengan lembut mengatakan padanya, "Sudah-sudah, semuanya akan baik-baik saja."


"M-Mondo-san. Itu...."


"Maaf, tapi kamu harus keluar sekarang!"


"Hah?"


"Kamu tidak akan bisa melakukan apa-apa sekarang, Riku-kun! Aku akan menjelaskannya nanti, jadi keluarlah!"


Sampai sekarang, Mondo-san terlihat seperti orang dewasa yang ceroboh.


Tapi saat ini, ia memancarkan semangat yang luar biasa, memelototiku dengan ekspresi yang sangat serius.


"Ah, tidak!"


"Tidak apa-apa, Ayana-chan. Aku ada di sini bersamamu."


Mondon-san dengan lembut menenangkan Hoshimiya saat dia dicakar olehnya.


.....Tidak ada yang bisa kulakukan sekarang.


Jadi satu-satunya hal yang bisa kulakukan sekarang adalah mengikuti perintah Mondo-san dan keluar dari kamar Hoshimiya.


***


"Apa yang sedang terjadi?"


Aku bersandar di pagar koridor dan menatap langit malam yang dipenuhi awan.


Namun teriakan mengerikan Hoshimiya tetap bergema dari dalam ruangan.


Masalah penguntit telah diselesaikan, dan kami telah mengkonfirmasi perasaan satu sama lain.......


Padahal baru mulai.


"......Suara-suara itu berhenti."


Akhirnya, malam yang tenang datang.


Saat aku berbalik, pintu terbuka. Mondo-san lah yang muncul di sana.


Lengannya dipenuhi banyak goresan, dan darah berlumuran di atasnya.


"Oh tidak, maafkan aku, Riku-kun. Maafkan aku karena mengusirmu keluar begitu tiba-tiba."


Mondo-san tertawa seperti biasa dengan seringai konyol. Penampilan iblisnya sebelumnya tampaknya cuma bohongan belaka.


"Um, Hoshimiya....."


"Jangan khawatir, dia sudah tidur."


"Oh, begitu......."


Padahal bukan itu yang ingin kutanyakan.


Aku yakin Mondo-san pasti tahu itu.


Aku bertanya-tanya dari mana harus mulai menanyakannya, dan aku meletakkan tangan di daguku dan berpikir.


"Apakah kau tahu sesuatu tentang itu ...... Mondo-San?"


"Ya, aku tahu. Kurasa ini ketiga kalinya aku melihat Ayana-chan seperti itu."


"Tiga kali......?"


"Itu sudah lama, jadi kurasa aku sedikit lengah. Aku yakin kamu pernah mendengarnya. Soal itu, tentang mobil ...... bundir ...... dan, hmm......?"


"Tentang orang tuanya dan berkendara......?"


"......Mhm. Entahlah, tapi akan baik-baik saja jika cuma itu. ......Kurasa sesuatu terjadi dan ingatannya soal itu kembali."


Gerangan apa yang sedang kau bicarakan, huh?


Aku berpikir sambil bergumam pada diri sendiri.


"Mondo-san. Tolong jelaskan dengan cara yang bisa aku mengerti."


"Apakah kamu yakin tentang itu.....?"


"Apa ...... kenapa?"


"Jika kamu ingin mengetahuinya, tidak ada jalan kembali, oke? Pertama-tama, itu pasti akan mengubah cara Riku-kun memandang Ayana-chan."


Itu bukan lelucon atau apa, tetapi pertanyaan serius dengan bobot nyata. Apa yang dia maksud dengan "kesiapan"?


Aku tidak tahu apa artinya, tapi......


"Tolong beri tahu aku......."


"Yah, baiklah."


Kemudian, Mondo-san menatap mataku dan mengatakan sesuatu yang tidak dapat kupercayai.



"Orang tua Ayana-chan ... sudah bundir."



Angin malam membelai kulitku, membuatku merasa kedinginan.


Keheningan di tengah malam membuat kata-kata itu terlalu berat untuk didengar dengan jelas.


"Itu bohong, kan......?"


"Itu bukan bohongan."


"Tapi Hoshimiya berbicara seolah-olah orang tuanya masih hidup. Orang tuanya sedang pergi jauh untuk bekerja......."


"Itulah yang kita sebut gangguan memori......"


"......Eh."


"Ketika seseorang mengalami peristiwa menyakitkan di luar kapasitas mereka, mereka dengan mudah menulis ulang ingatan mereka sendiri."


"Tapi meski begitu......!"


Beberapa saat yang lalu, dia berbicara dengan sangat gembira. Dia sangat senang dengan kenangannya tentang orang tuanya.


Melihat keadaan pikiranku yang tidak yakin, Mondo-san melihat ke langit malam yang mendung dan diam-diam mulai berbicara.


"Sekitar tiga tahun lalu, orang tua Ayana-chan bundir. Saat itu, Ayana-can masih kelas delapan."


"Kenapa mereka bundir......?"


"Ada banyak kemungkinan apa alasannya, tapi alasan terbesarnya adalah rasa bersalah, kurasa."


"Bersalah?"


"Mereka mengalami kecelakaan mobil dalam perjalanan pulang dari berkendara......"


"────?"


Jantungku melompat.


"Apa yang terjadi dengan korbannya?"


"Mereka meninggal."


"............."


Itu adalah jawaban yang kuharapkan.


Melihat kesunyianku, Mondo-san melanjutkan ceritanya dengan ekspresi muram di wajahnya.


"Orang tua Ayana-chan disalahkan habis-habisan. Para tetangga memberi mereka mata putih dan ...... Ayana-chan juga dibully di sekolah."


"Itu......"


"Orang tua Ayana-chan selalu memiliki reputasi yang baik dan jujur. Mereka dipuja oleh tetangga dan kerabat. Tentu saja, aku juga memuja mereka."


"Um, apa hubungan antara Mondo-san dan Hoshimiya......?"


"Ah. Yah, aku tidak pernah punya kesempatan untuk melihat Ayana-chan sama sekali. Tapi sepertinya kami pertama kali bertemu setelah orang tua Ayana-chan meninggal."


"Tapi Ayana-chan tidak mengenaliku." tambah Mondo-san.


"Kembali ke cerita, orang tua Ayana-chan memiliki reputasi yang baik, dan cara mereka kehilangan kredibilitas adalah ketika mereka mengalami kecelakaan yang mengerikan itu."


"............"


"Orang tua Ayana-chan adalah orang yang sangat baik, atau lebih tepatnya, mereka adalah orang-orang yang tidak bisa mengabaikan kemalangan dan penderitaan orang lain. Kudengar mereka juga sangat aktif dalam pekerjaan sukarela. Kurasa itu sebabnya. Mereka tidak tahan dengan kenyataan bahwa mereka telah mengambil nyawa seseorang."


"Jadi, mereka bundir......? Meninggalkan Hoshimiya?"


Mondo-san mengangguk tanpa suara.


Damn, aku tidak percaya.


Memang benar, itu adalah situasi yang sulit, tetapi untuk meninggalkan putri mereka dan mengambil nyawa mereka sendiri?


"Dia melihatnya, si Ayana-chan."


"Melihat apa?"


"Dia melihat orang tuanya sendiri tergantung."


"Apa?!"


"Ketika Ayana-chan pulang dari sekolah, dia pergi ke ruang tamu dan ...... mereka sudah......"


Mondo-san mengerutkan kening seolah dia membayangkan adegan itu.


Jelas, Hoshimiya pasti sangat terkejut.


Sampai sedemikian rupa sehingga dia harus mengutak-atik ingatannya sendiri.


"Ayana-chan, yang menjadi seorang diri, harus tinggal di rumah kakek-neneknya, tapi sepertinya itu sangat sulit baginya, dan ...... Ayana-chan terasingkan sepanjang waktu, atau bertingkah seperti barusan."


"......Lalu?"


"Yah, rumah kakek-neneknya dipenuhi dengan hal-hal yang berhubungan dengan orang tuanya. Bau rumah dan pemandangan kakek-neneknya ...... itu mengingatkannya pada orang tuanya."


"Tapi..." Mondo-san melanjutkan kata-katanya.


"Di suatu tempat di sepanjang jalan, Ayana-chan menjadi lebih baik. Seolah-olah tidak ada yang terjadi."


"Jadi dia mengubah ingatannya......?"


"Ya. Dalam pikiran Ayana-chan, orang tuanya sedang dalam perjalanan bisnis. Meski begitu, ada kalanya dia tiba-tiba teringat mereka. Ketika dia melihat hal-hal yang berhubungan dengan orang tuanya."


"Tapi kenapa dia baik-baik saja dengan foto dan kaus itu?"


"Awalnya tidak. Tapi seiring berjalannya waktu, kurasa ingatannya dirusak. Dia belajar menerima hal-hal tertentu."


"............"


"Namun, ketika dia melihat kakek-neneknya, dia akan ingat orang tuanya, dan dia tidak bisa hidup normal ....... jadi Ayana-chan memutuskan untuk tinggal sendiri. Dia juga memilih SMA yang jauh dari kampung halamannya. Cocok dengan suasana di mana orang tuanya sedang dalam perjalanan bisnis, bukan?"


"Aku mengerti......."


"Dan ...... bahkan jika Ayana-chan membuat keributan di apartemen, aku adalah pemiliknya, jadi aku bisa bertanggung jawab. Yah, lagi pula hanya aku dan Ayana-chan yang tinggal di sini."


"Oh ...... apa? Mondo-san pemiliknya?"


"Ya, benar. Bukankah aku sudah memberitahumu?"


Kau tidak memberitahuku! Aku bertanya-tanya sudah berapa kali Mondo-san berhasil mengejutkanku.


"Aku dan Ayana-chan tidak sempat bertemu, tahu. Jadi ketika Ayana-chan melihatku, dia tidak akan mengingat orang tuanya. Karena tidak ada rasa kekerabatan di antara kami sama sekali."


"Kau adalah wali yang cocok baginya......"


Aku tidak tahu pertukaran macam apa yang terjadi, tapi Mondo-san memutuskan untuk mengurus Hoshimiya.


Berpikir kembali ke hari ketika aku pertama kali bertemu dengannya, dia sedang bermain-main. Begitu aku membuka pintu, dia berteriak, "Ayana-chan! dan berteriak......."


Mondo-san bukan hanya seniman manga ero yang aneh.


"Ayana-chan yang asli tidak terlihat seperti gal sama sekali."


"Aku tahu. Karena penampilannya yang asli memang seperti itu, bukan?"


"Kurasa dia menjadi dewasa dalam penampilan ketika masuk SMA. Ini hanya spekulasiku, tapi perubahan itu pasti semacam perlindungan diri. Apakah aneh untuk mengatakan bahwa dia bertindak ...... untuk melindungi pikirannya sendiri?"


Mondo-san tersenyum masam dan mengubah ekspresinya menjadi serius, berkata.


"Ayana-chan menjaga pikirannya sendiri dengan memalsukan ingatannya dan mengubah penampilannya."


"Jadi, itu alasannya......"


Mengetahui masa lalu Hoshimiya, aku bingung.


Aku tidak tahu bagaimana harus bereaksi.


Melihat kembali sekarang, ada beberapa peristiwa yang membuatku menyadari hal ini.


Pertama-tama, ada hari di mana Hoshimiya dan aku pertama kali bertemu.


Ketika aku mengatakan kepadanya bahwa aku akan bundir, dia menangis berlebihan.


Mungkin dia secara tidak sadar mengingat orang tuanya.


Terlebih lagi, aku baru menyadari bahwa penyebutan diri Hoshimiya telah berubah.


Segera setelah perampokan toserba, dia tadinya menggunakan kata "saya" tapi aku menyadari bahwa itu berubah menjadi "aku". Mungkin dia dilanda ketakutan yang luar biasa dan sedikit sisi Hoshimiya yang asli bocor.

[TL: Dari "Watashi" menjadi "Atashi".]


Masih ada lagi. Ketika Hoshimiya sedang tidur, dia pernah menggumamkan kata "ayah, ibu" sambil menangis. Setelah aku mengetahuinya, masuk akal jika itu memang demikian.


"Um, aku dengar kalau korbannya meninggal. ......Satu keluarga kah? Atau apa?"


"Aku tidak mendapatkan detailnya sampai ke nama-namanya, tetapi itu adalah keluarga yang terdiri dari empat orang. Sepasang suami istri, seorang anak laki-laki SMP, dan seorang anak perempuan yang masih SD."


"────Eh."


"Aku tidak tahu apakah aku bisa mengatakan itu satu-satunya anugerah yang menyelamatkannya, tapi kupikir aku mendengar bahwa hanya anaknya yang SMP yang selamat."


"............"


"Nah, aku masih tidak akan menyebutnya selamat. Aku sendiri tidak yakin apakah dia akan tahan pada fakta ...... bahwa dialah satu-satunya yang selamat."


Aku mendengar kata-kata Mondo-san di kejauhan.


Apa ini? Jantungku berdetak sangat cepat.


Terlepas dari kenyataan bahwa tanganku dingin, aku mulai berkeringat secara bertahap.


--- "Hei, Riku-chan. Apakah kamu ingat nama belakangnya Ayana-chan, Hoshimiya?"


Kenapa aku tiba-tiba teringat kata-kata Yono?


Waktu itu aku menjawab, "Yah, karena kita teman sekelas......"


 ............Eh?


Bagaimana bisa aku mengingatnya hanya karena dia teman sekelas?


Aku tidak tertarik pada gadis selain Yono.


Aku sendiri tidak yakin apakah aku bahkan bisa mengingat nama teman sekelasku?


Misalnya, Kana, temannya Hoshimiya.


Aku masih belum tahu nama belakang Kana, dan aku hanya memanggilnya Kana karena Yono memanggilnya Kana.


Sejauh itu, aku tidak tertarik pada gadis selain Yono.


Jadi mengapa aku bisa ingat nama "Ayana Hoshimiya"?


Meskipun dia adalah kehadiran yang mencolok, tapi Kana tidak berbeda darinya.


Meski begitu, aku bisa mengingat Hoshimiya tanpa menyadarinya.


 ......Tidak, daripada mengingat, bagaimana jika aku memang sudah tahu sejak lama?


Bagaimana jika ingatan yang telah terkunci di bagian belakang otakku membanjiriku tanpa sadar?


Bagaimana jika aku merusak ingatanku seperti halnya Hoshimiya merusak ingatannya?


Yang kuingat dari SMP hanyalah kehidupan sehari-hariku dengan Yono dan saat keluargaku kecelakaan.


......Cuma itu yang kuingat.


"Ada apa, Riku-kun? Kamu tidak terlihat begitu baik."


"............"


Kenangan yang telah tertidur, kembali kepadaku dengan jelas, dan pemeragaan peristiwa itu mengalir melalui pikiranku, seolah-olah aku ada di sana.


Aku berhenti dan mengikat tali sepatuku.


Aku melihat ke atas dan melihat orang tua dan adikku, yang hanya beberapa langkah dariku, tewas ketika sebuah mobil menabrak mereka.


Mereka bertiga keluar dari mobil dengan genangan darah, di tengah kebisingan dan teriakan orang-orang di sekitar mereka.


Dua orang dewasa yang baik hati dan seorang gadis sederhana. Mereka bertiga pucat.


"............!"


Kepalaku sakit seperti mau pecah. Tapi tetap saja, kekaburan yang menggantung di ingatanku menghilang dengan sendirinya.


Dua orang dewasa adalah pasangan dalam foto yang ditempatkan di kamar Hoshimiya.


Sedangkan gadis polos itu adalah Hoshimiya──


"Ugh, ugh ...... aaa......!"


Aku menyandarkan punggungku ke dinding koridor dan ambruk.


Ini dia....


Inilah yang kurasakan saat melihat foto tersebut.


Saat ingatanku yang kabur menghilang, gairah yang telah tertidur di lubuk hatiku meletus.


Saat itu....


"Riku-kun! Kamu kenapa?!"


"Ku......"


"Riku-kun?"



"Mereka membunuh keluargaku ..... orang tua Hoshimiya.....?!"



Chapter 4 Completed