Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cewek Yang Kutemui Di Toserba [Vol 1 Chapter 5.1]

No One Cared About Me, But She Has. I Met Her At A Convenience Store, Then She Makes My Every Day More Fun Bahasa Indonesia




Chapter 5.1: Penentuan


Aku tidak ingat bagaimana aku sampai di rumah setelah itu.


Hal berikutnya yang kutahu, aku berbaring di tempat tidur di rumahku sendiri.


"......Sudah pagi, huh?"


Aku bisa melihat langit biru jernih melalui celah di tirai.


Aku melihat jam di lemari samping tempat tidur dan melihat bahwa itu sudah jam 9:00.


"Aku kesiangan ...... kurasa aku harus cuti dulu hari ini."


Aku bangkit dari tempat tidur dan pergi untuk mengambil ponselku di atas meja. Sebuah pesan datang dari Yono. Isinya adalah, [Apakah kamu mengambil cuti dari sekolah hari ini? Ayana-chan juga tidak masuk.]


Sepertinya ...... Hoshimiya juga tidak berangkat. Aku tidak yakin apakah itu alami atau tidak. Tapi dari kelihatannya, sepertinya dia akan absen untuk sementara waktu.


"............"


Orang tua Hoshimiya bundir. Tapi mengapa mereka bundir?


Karena mereka membunuh keluargaku.....


Tidak. "Membunuh" bukanlah kata yang tepat.


Itu adalah kecelakaan.


Bahkan meski aku tahu itu, aku tidak bisa memilah pikiranku.


Bukan berarti aku punya dendam terhadap Hoshimiya, hanya saja.......


"Kacau bat, gila!"


Kenapa jadi begini?!


Masalah penguntit sudah terpecahkan dan aku akhirnya bisa berkencan dengan Hoshimiya ....... lah kok malah begini endingnya?!


Aku bisa mengingatnya dengan jelas sekarang. Saat kecelakaan itu terjadi.


Ayag dan ibu Hoshimiya keluar dari mobil dan Hoshimiya berambut hitam saat itu.......


Perasaan ketiadaan telah memudar. Aku merasa kosong, seolah-olah hatiku telah dihancurkan.


Ini adalah perasaan hampa di dalam tubuhku. Perasaan yang sudah lama tidak aku rasakan......


"Hidup itu sangat menyakitkan."


Aku berbaring di tempat tidur lagi dan memejamkan mata. Aku tidak ingin memikirkan apa pun.


Seolah menolak kenyataan saat ini, aku menjatuhkan kesadaranku ke dalam mimpi.


Pikiran dan tubuhku sudah berada pada batasnya.


***


"......Dururu."


Ketika aku bangun, itu sekitar tengah hari. Bahkan dalam situasi ini, aku kelaparan. Aku ingin memakan sesuatu.


"Sesuatu, hmm."


Aku turun dari tempat tidur, berjalan keluar dari kamar tidur, dan menuju dapur tempat di mana kulkas berada.


"......Yaelah, segala kosong lagi."


Kulkasnya kosong. Untuk beberapa alasan, hanya ada lobak yang sudah basi di sana.


"......Rese banget."


Aku menjadi apatis terhadap segala hal. Aku pun kembali ke kamar tidurku dan jatuh telentang ke tempat tidur.


Menatap langit-langit dengan linglung, tiba-tiba aku teringat wajah tersenyum polos Hoshimiya.


"......Sial! Plot twist macam apa ini?!"


Air mata menggenang di mataku. Air mata yang sudah lama tidak kutumpahkan, terasa begitu panas hingga pipiku terasa seperti akan terbakar.


"............"


Selalu ...... selalu dan selalu saja. Bahkan ketika segala sesuatunya tampak berjalan dengan baik, sesuatu pasti terjadi.


Nasib tidak membiarkanku berjalan di jalan yang bahagia tanpa hambatan.


"Gini amat hidup."


Saat Yono mencampakkanku, aku masih punya tenaga untuk putus asa.


Tapi sekarang, aku bahkan tidak punya tenaga untuk ...... bundir.


"Aku ingin tahu bagaimana keadaan Hoshimiya sekarang............"


Dia menangis begitu banyak, aku yakin dia masih mengalami kesulitan.......


Ding dong.


Interkom berdering. Tapi aku tidak peduli.


Aku memejamkan mata dan kembali tidur.


Ding dong.


"............"


Aku punya firasat. Pasti si Yono, nih.


Tapi ini masih siang, yang artinya ia masih di sekolah.......


"Belum pergi, kah?"


Aku merasa lelah di sekujur tubuhku, tapi dengan malas aku bangkit dan menuju pintu depan.


Saat aku perlahan membuka pintu──


"Ah, Riku-chan! Kamu memiliki kebiasaan tidur yang luar biasa. ...... Selamat pagi, mungkin?"


"......Yono?"

[TL: Ah, elah, segala muncul segala -,- ]


"Ya, ini aku! Aku di sini untuk bermain dengan teman masa kecilku yang berharga!"


Di sanalah dia, sama seperti biasanya, dengan senyum secerah matahari.


***


"Yono, bukankah sekarang waktunya sekolah?"


"Aku bolos. Ini pertama kalinya aku membolos......"


Yono yang ceria mengatakannya dengan cara yang sangat menggemaskan.


Biasanya, aku akan kesakitan karena dia sangat imut, tetapi saat ini aku tidak bisa memikirkan sesuatu yang salah dengan itu.


"......Mengapa?"


"Sudah jelas, kan?!"


Ia tertawa, "Kamu benar-benar tidak mengerti, yah?" Yono menatapku seolah ingin memberitahuku.


"Karena aku ingin melihat teman masa kecilku yang berharga ...... yang aku cintai."


Yono mengatakan ini dengan senyum lembut.


Aku yakin Yono tidak tahu apa yang terjadi antara aku dan Hoshimiya.


Meski begitu, dia tahu bahwa sesuatu telah terjadi dari fakta bahwa aku mengambil cuti dari sekolah tanpa izin. Jadi beginilah artinya menjadi teman masa kecil.......


"Jika kamu penasaran, aku sudah meneleponmu untuk mengatakan bahwa aku sedang dalam perjalanan, tetapi tidak diangkat......"


"......Maaf. Aku tidak melihatnya sama sekali."


"Tidak apa-apa, tidak perlu meminta maaf. Aku datang sendiri kemari tanpa mempertimbangkan itu, kok."


Itu tidak benar. Dia datang karena dia mengkhawatirkanku.


Yono, yang memiliki kepribadian serius, tidak akan pernah bolos sekolah hanya karena alasannya sendiri.


"......?"


Tiba-tiba, aku melihat tas supermarket di tangannya. Itu dipenuhi dengan apa yang tampak seperti berbagai bahan makanan.


Mungkin karena memperhatikan tatapanku, Yono dengan ringan mengangkat tas supermarket.


"Oh, ini? Kamu belum makan apa-apa karena kamu Riku-chan, kan? Sekarang aku pergi untuk menguji kemampuanku dan memasak untukmu!"


Dia teriak dan menunjukkan motivasinya. Sepertinya dia bisa melihat segalanya menembusku......


***


Sayangnya, peralatan masakku tidak pernah digunakan dan tertutup debu. Tidak mungkin dia akan bisa memasak di sana.


"Oh tidak, aku tahu ini akan menjadi seperti ini. Kamu anak laki-laki yang tidak bisa hidup mandiri, bukan?"


"Tentu saja aku bisa. Aku sudah hidup sejauh ini tanpa mati."


"Itu karena aku secara teratur mengundangmu keluar untuk makan. Dan sampai saat ini, kamu diurus oleh Ayana-chan, kan?"


"............"


"......Aku mengerti."


Apanya yang mengerti? Yono, yang sepertinya telah melihat sesuatu melalui diriku yang terdiam, berubah menjadi serius sejenak, tetapi segera tersenyum lagi.


"Kalau begitu, kamu tunggu saja di kamarmu, Riku-chan."


"Oke."


Seperti yang disuruh, aku berjalan ke ruang makan dan duduk di kursi. Tanpa pikir panjang, aku menatap Yono yang mengenakan celemek di atas seragamnya.


Aku tidak tertarik dengan pekerjaan rumah, jadi aku tidak tahu apa yang dia lakukan, tetapi dia sepertinya menyiapkan makanan dengan terampil.


Tapi bagaimana aku harus mengatakannya ... ini adalah impianku di masa lalu.


Aku bermimpi menjadi keluarga dengan Yono.


Jika itu menjadi kenyataan, seperti apa rasanya, yah?


***


"Terima kasih atas makanannya."


"Terima kasih atas makanannya."


Apa yang dibuat Yono untukku adalah oyakodon. Telurnya yang lembut serta daging ayam yang empuk, manis dan asam. Bawang yang renyah juga merupakan sentuhan yang bagus. Makan makanan yang baik memperkaya hidup seseorang.


Aku merasa lesu, tetapi aku mulai merasa sedikit lebih positif.


Aku mendongak dan memperhatikan bahwa Yono, yang duduk di seberangku, tersenyum bahagia.


"Kamu terlihat agak bahagia......"


"Ya, aku memang bahagia. Sangat bahagia. Ini layak untuk dibuat."


"......Masakan Yono selalu enak ...... jadi......."


"Aku mengerti. Terima kasih, Riku-chan."


Sebuah percakapan santai. Percakapan yang menenangkan hatiku.


Tapi bisa kubilang, itu juga benar bahwa ada hal-hal yang tidak bisa dihindari.


"Hei, Yono."


"Ya, Riku-chan."


"Apakah kau tahu tentang Hoshimiya?"


"────"


Yono, yang telah menatapku dengan ekspresi lembut, langsung berubah menjadi tegang.


"Katakan padaku. Apa Yono tahu tentang Hoshimiya?"


"Riku-chan, apakah kamu ingat tentang ...... kecelakaan itu?"


Dari cara dia mengatakannya, sepertinya Yono tahu tentang situasi ingatanku.


"Oh. Pelaku kecelakaan saat itu adalah orang tua Hoshimiya."


"───Huh?! Itu benar-benar orang tua Ayana-chan......?!"


Shock menyebar di wajah Yono. Wajahnya murung, dan dia tidak tahu bagaimana menerimanya.


"Kau tidak tahu tentang itu?"


"Kupikir mungkin. Aku bahkan tidak ingat siapa namanya, tapi mereka memiliki nama belakang yang sama ...... Itu sebabnya, pada awalnya, aku berusaha menjauhkan Riku-chan dari Ayana-chan sebanyak mungkin."


"Aku tidak berpikir begitu......"


"Tapi tahukah kamu, ketika aku melihat Ayana-chan memperlakukan Riku-chan dengan normal, aku memutuskan bahwa dia adalah Hoshimiya-san yang lain."


"Aku mengerti. Aku paham apa yang baru saja kau katakan."


Ketika aku dan Hoshimiya pertama kali mulai terlibat, Yono mengeluh kepadaku tanpa mengungkapkan alasannya, mengatakan, "Ayana-chan adalah satu-satunya yang tidak diizinkan!" Namun, dari tengah hubungan, dia menerima bahwa aku dan Hoshimiya telah terjalin.


"......Tapi Hoshimiya tidak ingat kecelakaan itu."


"......Eh?"


"......Lebih tepatnya, orang tua Hoshimiya telah bundir."


"Eh, ah ...... tunggu sebentar, Riku-chan. Aku ingin tahu apa yang terjadi dengan Ayana-chan."


Aku memberi tahu Yono, yang kebingungan, semua yang terjadi semalam.


Mendengar akhirnya, mulut Yono bergetar dan dia tidak bisa berkata apa-apa.


"Yah, begitulah. Sungguh kebetulan yang luar biasa, bukan?"


"Riku-chan......"


"Aku bahkan tidak tahu apa artinya itu lagi."


Yono menutup mulutnya tanpa mengatakan apa pun.


Dia mungkin tidak tahu harus berkata apa.


Di tengah kesunyian yang menyakitkan ini, aku mengatakan sesuatu dengan ringan, seolah-olah aku punya topik.


"Yono ... aku menyukaimu. Aku ingin kau berkencan denganku."

[TL: (ノಠ益ಠ)ノ彡┻━┻ ]


"......Eh?"


Yono tampak terkejut dengan pengakuanku yang tiba-tiba, dan matanya berkibar.


"Aku ingin berkencan dengan Yono. Aku ingin kita menjadi keluarga."


"Eh, eh, itu......"


"Aku ingin kau tinggal di sini bersamaku. Aku ingin kau tinggal di sisiku selamanya."


"Oh, tenanglah, Riku-chan. Kamu begitu tiba-tiba........."


Aku bangkit dari kursi, dan menghampiri Yono yang kebingungan, meraih kedua bahunya dan mengatakan perasaanku padanya.


"Aku selalu mencintaimu. Ini mungkin aneh, tapi aku selalu memikirkan Yono dan mengikutimu dengan mataku."


"Emm, yah...."


"Ketika kau mengatakan kepadaku bahwa kau hanya melihatku sebagai teman masa kecil, itu sangat sulit. Aku hanya memiliki Yono, dan jika Yono menolakku, maka ...... dunia ini tidak akan ada nilainya lagi."


"Tapi sekarang ...... Ayana-chan ...... satu-satunya yang bisa membantumu."


"Hoshimiya adalah sumber dari semua rasa sakitku!"


"Riku-chan..."


Benda panas yang menjulang dari dasar perutku sampai ke tenggorokanku.


Air mata tak berdaya mengalir dari mataku.


"Oh, ya ...... Yono benar, aku mencintai Hoshimiya! Tapi tahukah kau, keberadaan Hoshimiya menyiksaku! Ketika aku memikirkan Hoshimiya, aku ingat saat di mana ...... keluargaku tertabrak mobil, atau ...... orang tua Hoshimiya!"


"Riku-chan ....... tapi kamu khawatir tentang Ayana-chan, bukan?"


"Aku khawatir, tentu saja aku khawatir. Aku sangat menyukainya. .......Tapi tetap saja, itu tidak baik untukku......! Hoshimiya adalah awal dari .... semuanya, jadi......!"


Aku mengungkapkan semuanya dengan suara yang bercampur dengan isak tangis.


"Yono ...... kencanlah denganku! Bagaimanapun, Yono adalah satu-satunya bagiku ...... dan aku tidak ingin melihat orang lain selain Yono.....!"


"............"


Tangan yang mencengkeram kedua bahu Yono secara alami menjadi lebih kuat.


Tapi meski begitu, Yono tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan dan menatap mataku.


"Kau suka ... aku juga, kan, Yono?"


"Riku-chan......"


"Aku ingin kau tetap di sisiku selamanya. Aku bisa melakukan apa saja untuk Yono, dan ...... kita akan menikah pada akhirnya ...... oke?"


Yono akan menerima semuanya dariku.


Ini sudah seperti itu di masa lalu.


Dia bilang dia mencintaiku dan bahkan datang ke rumahku saat dia mengkhawatirkanku.


Aku dan Yono akan selalu bersama.


"............"


"Yono?"


Kenapa Yono tidak mengatakan apa-apa?


Kenapa dia tidak menjawab?


Mengapa dia tidak senang, mengapa dia memiliki ekspresi gelap dan bermasalah di wajahnya......?!


Apakah dia akan mencampakkanku lagi?


Sama seperti waktu itu, aku akan ditolak olehnya.


Pengakuan yang kupikir pasti akan berhasil, tetapi malah tertolak.


Kali ini, aku pasti akan ditolak juga...


"Riku-chan!"


Di tengah ketegangan hati, sikap Yono berubah drastis - dia membuka mulutnya dengan senyum secerah matahari.


"Oke, ayo kita berkencan!"


"Yono...."


"Aku ingin kamu bahagia, Riku-chan. Tapi tahukah kamu, jika aku melihat Riku-chan berbicara dengan gadis selain aku, aku ...... pasti akan ngambek sengambek-ngambeknya, apakah itu baik-baik saja?"


"Tentu, tentu saja tidak apa-apa! Aku tidak akan berbicara dengan gadis selain Yono sejak awal."


"............Aku mengerti. Kalau begitu, aku yakin itu akan baik-baik saja."


Sesaat, dia terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi Yono tersenyum cerah dan berkata, "Ahaha."


"Yono, aku ingin kau tinggal bersamaku selamanya."


"Baiklah. Jika itu yang Riku-chan inginkan, maka ....... aku akan tetap di sisimu, Riku-chan."


Yono tersenyum penuh kasih dan dengan lembut membelai pipiku.


Akhirnya. Akhirnya keinginanku terkabul.


Banyak yang terjadi dalam sebulan terakhir.


Tapi, keinginanku yang kupegang sejak masih kecil telah menjadi kenyataan.


Seperti yang telah terjadi sampai sekarang, aku akan terus berjalan di dunia hanya berduaan dengan Yono...


TL: Pathetic -,-