Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Romcom Ala Wali Murid [Vol 1 Chapter 12]

The Love Comedy Which Nurtured With A Mom Friend Bahasa Indonesia




Chapter 12: Tribute Adikku


Setelah malam karaoke singkat dengan sekelompok besar teman sekelas, kehidupan sehari-hari telah kembali normal.  Ujian tengah semester yang akan datang semakin mendekat.  Selain itu, hari pertama periode persiapan telah hancur karena kumpul-kumpul......


Kupikir teman-teman sekelasku, terutama mereka yang menghadiri acara kumpul-kumpul, sudah cukup mengenal satu sama lain.  Sulit dipercaya bahwa kami semua adalah orang asing sebulan yang lalu.  Aku juga mendapatkan beberapa teman baik.  Aku telah membuat beberapa teman yang membuatku merasa nyaman saat bersama mereka.  Ini sangat memudahkan dan membantu.  Ini adalah kelas yang baik di mana anak laki-laki dan perempuan dapat bergaul dengan baik.


Murid kelas 2 memiliki banyak acara, dan ada turnamen ball game yang diadakan pada akhir bulan ini.  Ball game adalah ajang di mana kekompakan teman sekelas diuji.  Tidak ada cara yang lebih baik untuk melakukannya selain dengan bergaul bersama teman sekelas.


"Hei, Kuremo-chan.  Apakah Soyoka baik-baik saja kemarin?  Kami sangat lengket, tahu."


Di tengah jam istirahat makan siang kami, tepat saat kami baru saja menyelesaikan makan siang, Hiragi berkata padaku.


"Dia bilang dia sangat bersenang-senang.  Dia bahkan sangat bersemangat ketika mandi dan makan malam."


Sebagian besar dari isi ceritanya adalah Mizuki!


Dia telah menggunakan wajahnya pada adik orang lain ...... mungkin aku harus melarangnya melakukan kontak dengannya mulai sekarang.  Senyum tampan Mizuki terlalu berbahaya.  Aku akhirnya tahu bagaimana perasaan pria yang wanitanya dicuri olehnya.  Ketika aku mengancam Mizuki saat makan, dia hanya tersenyum padaku.


"Syukurlah~  Aku takut jika dia tidak menyukaiku."


"Terima kasih karena telah menjaganya."


"Tidak, tidak..."


Kemarin, Mizuki adalah orang yang paling banyak bermain dengan Soyoka, diikuti oleh Hiragi.


Kupikir dia senang bermain dengannya karena dia adalah kakak perempuan yang keren dari sudut pandangnya.  Soyoka telah dewasa sebelum waktunya, dan dia ingin menjadi gadis dewasa seperti Hiragi.


"Menurutku dia terlalu imut, tahu.  Maksudku, rambutnya terlalu halus, bukan?  Aku ingin terus menyentuhnya tanpa henti."


"Kau ...... memahaminya juga.  Kau orang yang baik."


"Haha, Kuremocchan ...... kamu terlalu lembek, bukan?"


Bagaimana mungkin seorang gadis yang mengerti tentang betapa imutnya Soyoka adalah orang jahat?


"Rambut malaikatnya itu, selain karena kualitas alaminya, akulah yang merawatnya dengan baik setiap hari.  Aku menggunakan sampo, perawatan, dan pengering terbaik.  ......Semuanya sempurna.  Meski terkadang sedikit sedikit ternoda di pagi hari, tapi itu tetap cantik."


"Kamu terlalu banyak omong."


Sampai sekarang, belum ada orang yang benar-benar mendengarkan ceritaku tentang Soyoka .... Mizuki yang mendengarnya selalu menganggapnya remeh.


"Tapi ketika aku mengikat rambutnya, dia tersenyum, dia benar-benar seperti bidadari..."


Aku mengawasi Soyoka untuk waktu yang lama, jadi aku tahu bahwa dia telah mengajarinya cara menata rambutnya sendiri.  Aku tidak bisa mengerti apa yang dia lakukan dengan begitu cepat, tapi itu adalah gaya rambut yang lucu dan artistik dengan rambut yang dikepang di belakang untuk membuat bentuk hati.  Soyoka sangat senang ketika rambutnya ditata sedemikian lucu.


Aku juga mencoba membuat gaya rambut yang berbeda.  Kupikir aku telah melakukan pekerjaan yang bagus, tetapi aku masih kekurangan variasi.  Juga, ia membencinya jika aku menghabiskan terlalu banyak waktu dengan rambutnya........


"Gaya rambutnya bagus  ...... tolong ajari aku bagaimana cara melakukannya lain kali."


"Tentu.  Aku punya repertoar lain, aku bisa membuat Soyoka menjadi lebih cantik lagi."


"Kau orang yang baik."


"Kamu telah mengatakannya tadi."


Dia tersenyum dan tertawa terbahak-bahak.


Gadis-gadis lain juga terpesona oleh pesona Soyoka.  Keimutan Soyoka sangat berpengaruh, baik kepada pria maupun wanita!  Haruskah aku mempertimbangkan debutnya di TV terestrial?


"Yah, Soyoka sepertinya menyukai Mizuki, bukan?  Mungkin kita harus mengundang Mizuki untuk ikut lain kali."


"Boleh juga."


"Benar, Soyoka-chan sangat imut."


Kau adalah tipe orang yang harus dikubur di parit terlebih dahulu!


Aku tidak keberatan, karena itu adalah kejadian biasa ketika aku menjadi teman Mizuki.  Mizuki juga tidak perlu khawatir tentang mendapat masalah dengan wanita, itu sebabnya dia bisa bermain bersamaku tanpa ragu.  Tentu saja, itu adalah prasyarat agar kami bisa bergaul dengan baik.


Jika aku bisa melihat sosok imut Soyoka, itu bukan masalah besar untuk mengatur acara tersebut.


"Oh, benar.  Aku memanggang kue untuk Soyoka-chan."


Dengan mengatakan itu, Hiragi memberiku sekantong kecil kue.  Ada pita merah yang diikatkan di sekelilingnya.


"Tribute.  Soyoka adalah seorang dewi.  Hebat.  Terima kasih."


"Wow ......... apakah Mizuki mau juga?  Aku masih punya sisanya, loh."


Setelah tercengang dengan komentarku, dia memberikan yang lainnya pada Mizuki, yang duduk diagonal di belakangku.  Hei, itukah tujuanmu yang sebenarnya?


Soyoka memiliki gigi manis, jadi kupikir dia akan menyukainya.  Mizuki dan Hiragi benar-benar tahu bagaimana cara membuat Soyoka senang, bukan?


"Terima kasih.  Tapi aku baru makan siang dan perutku bega.  Bolehlah aku membagikannya dengan yang lain?"


"Y-Ya.  Silakan."


Mizuki menyebarkan sekantong kecil kue di atas meja.  Sepertinya selera makanku tidak terpuaskan hanya dengan satu bekal makan siang.  Hiragi yang melihatnya melakukan itu memasang ekspresi lembut di wajahnya.


Aku mengulurkan tanganku dari samping dan mengambil kuenya.  Aku mengabaikan tatapan mencela Hiragi dan melemparkan kue itu ke dalam mulutku.


Kuenya basah dan bermentega dengan takaran rasa manis yang pas, meskipun terlalu lama dioven.  Karena rasanya tidak terlalu manis, jadi kupikir ini bisa dimakan sepuasnya.


"Enak sekali.  Aku akan menunjukmu sebagai koki kue pribadi Soyoka.  Aku akan mengandalkanmu mulai sekarang."


"Kurang ajar!"


Sejujurnya, membuat manisan itu cukup sulit, jadi menurutku apa yang dia buat ini luar biasa.  Kau harus mengukur kuantitas dan waktu, mengontrol suhu dengan ketat, dan fokus pada detail terkecil ....... ketelitian seperti itu sangat dibutuhkan.


Memasak bisa dilakukan dengan cara kasar, sehingga bisa dilakukan secara tidak sengaja.  ......Tapi aku tidak cocok dengan kue.  Aku tidak pandai membuatnya.  Paling-paling, aku cuma bisa membuat puding yang bisa dibuat dengan mixing.  Tapi meski begitu, Soyoka tetap senang.


"Hikaru pandai membuat manisan, bukan?"


Mizuki menyeka jari-jarinya yang tertutup remah kue dengan tisu.


Orang-orang di sekitarnya secara gelisah mulai meletakkan tangan mereka di atas kuenya.  Untuk laki-laki yang belum memiliki pacar, kue buatan sendiri yang dibuat oleh seorang gadis adalah dongeng.  Apalagi jika itu buatan idola kelas, tentu itu akan menjadi kehormatan besar untuk bisa mencicipinya, meski itu hanyalah sisa Mizuki.


Hiragi mengabaikan mereka dan hanya berfokus pada reaksi Mizuki.


"Aku sering menjadikannya sebagai hobi, jadi aku senang mendengarmu mengatakan itu."


"Soyoka suka cokelat."


"Oh, aku baru tahu.  ......Tapi kupikir aku pandai membuat cokelat fondant.  Apa kamu suka cokelat juga, Mizuki?"


Soyoka menyukai semua jenis makanan yang manis-manis.  Terutama cokelat dan gummy bear.  Di sisi lain, dia tidak suka kue dan snack.  Dia bilang dia tidak suka makanan yang terlalu renyah.


Namun tentu saja, dia menyukai cokelat fondant.  Tapi sulit untuk mendapatkan waktu memanggang yang pas saat membuatnya.


"Ya, kurasa aku menyukainya."


"Kalau begitu, aku akan membuatkannya untukmu juga lain kali!  Untuk Soyoka-chan juga!"


Hiragi mengedipkan matanya seolah kode yang hanya aku saja yang bisa melihatnya.  Itu sangat lucu.


Dia mencoba untuk menarik perhatian Mizuki, dengan menggunakan Soyoka sebagai dalihnya, agar dia bisa menjaga jarak yang tepat darinya.  Setelah mereka selesai membicarakan tentang manisan, dia segera kembali ke kelompok gadis lain.  Mizuki tidak suka gadis yang gigih, jadi apa yang dia lakukan sudah benar.


Meskipun aku tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi pada kehidupan cintanya.


"Kau berhasil mendapat patron yang luar biasa berkatku, bukan?  Akulah satu-satunya yang mendulang poin untuk Soyoka-chan."


"Aku tidak peduli!"


"Berterimakasihlah pada kepopuleranku."


"Kau serius mengatakan itu?"


Para gadis, tolong cepatlah sadar pada sifat aslinya itu!


Tidak, bahkan jika mereka menyadarinya, dia akan tetap populer!  Semoga Soyoka tidak menjadi mangsa dari orang ini........


Waktu istirahat tinggal beberapa jam lagi.  Satu jam adalah waktu yang sangat singkat untuk mengobrol.


Karena 60 menit ini adalah waktunya untuk istirahat, jadi ini adalah penggunaan waktu yang tepat untuk mengambil napas.  Meski itu bukan berarti bahwa ini bisa mendukung kami untuk belajar.


Namun, ada beberapa orang yang mampu belajar tanpa istirahat sama sekali.  Contohnya Akiyama.


Dia selalu berada di mejanya selama jam istirahat, dan tidak ada yang mempertanyakannya.  Sudah menjadi rahasia umum bahwa seorang gadis cantik yang menyendiri tidak akan mau terlibat dengan siapa pun.  Bahkan jika kau berbicara dengannya, dia akan merespons dengan getir.


Tapi minggu ini, entah kenapa, aku merasa bahwa Akiyama agak lebih serius.


Dia yang dulu sedikit lebih santai.  Dia sering membaca dengan santai, dan bahkan ketika sedang belajar, dia tetap memiliki ekspresi santai di wajahnya.  Dia benar-benar tipe gadis yang keren, cerdas, dan cantik seperti yang dia cita-citakan.


Sekarang, dia terlihat sedang mencondongkan tubuhnya ke depan, dan dengan panik menjalankan penanya di halaman bukunya.  Dia mendorong dirinya sendiri begitu keras sehingga dia tidak mampu melakukan penyesuaian apa pun.


Sejujurnya bagiku, itu seperti dia terlalu memaksakan dirinya sendiri.


"Ada apa, Kyota?"


"Ah tidak, bukan apa-apa."


"Hmm.  Aku akan memberi tahu Soyoka-chan nanti bahwa Kyota sedang jatuh cinta dengan gadis lain."


"Jangan lakukan itu!"


Sungguh ide yang jahat!


Tapi bukan ide yang buruk untuk membuat Soyoka cemburu.  Jika iya, kupikir dia akan bertanya-tanya terus tentang kehidupan cintaku.


Tiba-tiba, aku mendengar suara seseorang.


"Akiyama-san.  Ini adalah daftar anggota tim voli.  Kamu yang bertugas untuk mengumpulkannya, kan?"


Aku menoleh dan melihat seorang gadis berdiri di depannya.  Dia adalah anggota dari kelompok gadis paling flamboyan di kelas.


"Ya, itu benar.  Sini, biarkan aku memeriksanya."


"Aku sudah menulisnya dengan benar, jadi cepatlah!"


Dia memberikan daftar tim untuk turnamen ball game yang akan diadakan pada akhir bulan nanti.  Karena sekarang adalah minggu setelah ujian tengah semester, semua orang menjadi bersemangat untuk menghilangkan stres setelah belajar untuk ujian.


"Anggota timnya sama dengan tim basket pagi ini, dan aku ingin ...... kamu menuliskan nama lengkap mereka di daftar.  Dan......."


"Eh, bagus, dong?  Kamu harus menangani detailnya.  Kamu kan ketuanya, dan itu adalah tugasmu untuk mengurus kelas, bukan?  Oh, benar.  Aku baru saja membuat desain kelas.  Kamu harus mengerjakan dokumennya juga, oke?"


Gadis itu terkikik dengan gadis lain dalam kelompoknya.


Ah, aku baru ingat, mereka adalah kelompok yang menargetkan Akiyama.


Aku tidak tahu apa alasannya.  Entah apakah itu karema kecemburuan terhadap Akiyama, yang sering dipuji karena kecantikannya, atau karena mereka tidak menyukai sikapnya, atau mungkin karena lawan jenis.


"Kalau begitu, kuserahkan padamu, oke?"


"Oh, dan ini juga.  Tolong bawa ini ke guru."


Gadis yang lain tertawa jahat.


"Ya Tuhan, apakah kamu harus melakukan hingga sejauh itu?"


"Ah, aku yakin Akiyama-san akan baik-baik saja.  Lagi pula dia selalu sempurna, bukan?"


Suara-suara bernada tinggi dari gadis-gadis itu menyakiti telingaku.


Aku ingin tahu apa yang dipikirkan Akiyama sekarang.  Karena dia selalu tanpa emosi seperti biasanya di sekolah, aku pun tidak bisa menebak apa yang sedang ia rasakan.


Selain bekerja hingga larut malam untuk mengurus pekerjaan rumah tangga ibunya, ia juga harus mengawasi Iku, belajar untuk ujiannya sendiri, dan bekerja sebagai ketua kelas di sekolah.  Kupikir jumlah pekerjaan yang dia lakukan tidak cukup untuk ditangani oleh satu orang.


Sulit bagiku untuk cuma menyaksikannya saja.  Aku telah diberi tahu untuk tidak terlibat dengannya di kelas, meski hanya sebagai teman sekelas biasa, tapi aku tidak bisa mengabaikan hal ini.  Dalam skenario terburuk, itu bisa berubah menjadi bullying.


Menjadi gadis yang sempurna dan cantik yang dikagumi oleh semua orang.  Keberadaan seperti itu bukan hanya tentang disukai.


Aku sekarang mengerti mengapa sebelumnya dia mengatakan bahwa dia ingin menyembunyikan keberadaan Iku.  Hal serupa pasti pernah terjadi tahun lalu.  Masalah yang sebelumnya tidak langsung terlihat setelah pergantian kelas, kini mulai muncul ke permukaan.


Para gadis yang mempermainkannya merupakan kelompok yang kuat di kelas.  Anak laki-laki tidak begitu sadar akan kelompok atau kasta, tetapi tidak bagi anak perempuan, mereka jelas terbagi ke dalam beberapa kasta.


Hal ini membuat siapa pun sulit untuk angkat bicara meski ada yang merasa bahwa ada yang salah.  Selain itu, terdapat alasan yang dibenarkan yang mengatakan bahwa Akiyama sangat berbakat sehingga dia bisa melakukan apa saja.  Padahal, itu sama sekali tidak benar.


"Akiyama-san, apakah kamu butuh bantuan?"


Ketika aku hendak mengangkat pinggulku, aku mendengar suara Hiragi.


Hiragi berdiri di depan Akiyama dengan senyum di wajahnya.  Itu adalah senyum indah layaknya idola, jenis senyuman yang tahu tentang bagaimana ia dilihat oleh orang lain.


"Sulit untuk melakukannya sendiri, bukan?  Aku ikut bantu-bantu saat kumpul-kumpul, jadi aku sudah seperti anggota komite kelas juga."


Hiragi mengatakan itu sambil melirik Mizuki.  Mizuki, yang masih duduk di kursinya, hanya memutar bibirnya.


Akiyama, yang menarik perhatian Mizuki, juga merupakan clue baginya agar bisa mendekati Mizuki, sama sepertiku.  Dia seorang perencana ulung, bukan?  Yah, mungkin itu hanya perasaanku saja.


"Tidak, terima kasih.  Aku bisa melakukannya sendiri."


Setelah melihat sekilas, Akiyama dengan tegas menolaknya dan memalingkan wajahnya ke bawah lagi.


"Tapi pada tingkat ini, itu akan memakan waktu sampai sepulang sekolah.  Jika kamu tidak segera mendaftarkannya, kamu mungkin tidak akan bisa menyelesaikannya tepat waktu untuk ball game."


"Itu benar.  Tapi tidak sampai pada titik di mana aku memerlukan bantuan Hikaru-san."


Apakah dia masih berusaha tegar pada tahap ini?


Senyum di wajah Hiragi menjadi teduh.  Hanya sudut mulutnya yang terangkat, tetapi matanya tidak.


Suasana angkuh tempo hari muncul lagi.  Para gadis yang telah melecehkannya sebelumnya menyaksikan semuanya dalam diam.


"Apakah maksudmu aku hanya akan menghalangi?  Memang benar aku tidak bisa belajar sebaik dirimu, tapi kupikir aku lebih baik dalam beberapa hal."


"Ya, kurasa begitu."


"......Ada apa dengan nada suaramu itu?  Kamu selalu meremehkan orang lain hanya karena kamu bisa melakukan segalanya."


"Aku tidak bermaksud seperti itu."


Kecerahan suaranya memudar, dan nadanya menjadi mencela.  Namun, suara Akiyama tetap datar.  Sifat tak tergoyahkan dari kata-katanya itu membuat masalahnya semakin besar.


Kurasa Akiyama benar-benar tidak bermaksud merendahkannya.  Hanya saja dia ... untuk alasan yang tidak begitu kumengerti, ia terlalu memaksakan penampilan yang sempurna pada dirinya sendiri.  Dia tidak pernah menunjukkan kelemahan ataupun bergantung pada orang lain.


Tapi selain itu, dia juga bukan komunikator yang baik.  Karena dia tidak bisa jujur, dia pada akhirnya sering menggunakan kata-kata yang dingin.


"Jangan terbawa suasana hanya karena Mizuki menyukaimu!"


"Aku tidak tahu apakah dia menyukaiku atau tidak, tapi itu tidak ada hubungannya denganmu.  Aku hanya melakukan apa yang kubisa sebagai Ketua Kelas.  Jika kamu ingin disukai, mengapa kamu tidak berusaha?"


"Apa?!  Aku sudah berusaha!  Kamu yang jenius mana bisa mengerti!"


Orang yang mempertahankan ketenangannya sejak tadi akhirnya membanting tangannya ke meja.  Ruang kelas langsung menjadi sunyi seolah-olah baru saja tersiram air.


Aku bergegas ke hadapan Akiyama dengan tangan terentang.


"Sudah, sudah!"


"Sudah, Hikaru.  Hentikan, oke?"


Pada saat yang sama, Mizuki juga meletakkan tangannya di punggung Hiragi.


Mata Hiragi melebar dan dia menggigit bibir bawahnya dengan frustrasi.  Dia menatap wajah Mizuki, lalu mengambil beberapa langkah menjauh dari meja Akiyama.


Situasinya canggung.  Akiyama masih menatap Hiragi dengan ekspresi beku, dan Hiragi juga menunjukkan ketidaksenangannya.


Kebuntuan berlangsung beberapa detik, dan tepat ketika Hiragi hendak membuka mulutnya, lonceng berbunyi di dalam kelas.


"Kelas akan segera dimulai."


Mizuki dengan lembut mendorong bahu Hiragi.


"Umm ...... oke.  Maaf mengganggumu."


Hiragi tersenyum muram, menunjukkan gigi putihnya.


Bunyi lonceng cukup membantu, tapi ...... hubungan antara kedua gadis itu semakin memburuk.


***


Sehari berlalu dan situasinya masih belum membaik.


"Dia belajar lagi hari ini."


"Dia berusaha sangat keras untuk memamerkan kemampuan belajarnya, lucu sekali."


"Tidak, tidak.  Itu karena dia tidak punya sesuatu untuk dilakukan saat istirahat."


"Kamu benar.  Aku harus memberinya lebih banyak pekerjaan."


Sekarang adalah jam istirahat.  Dalam perjalanan pulang dari toilet, tiba-tiba aku mendengar suara-suara.  Langkahku terhenti di sudut lorong.


Ah, mereka lagi.


Sekelompok gadis, yang tidak memiliki perasaan yang baik terhadap Akiyama, bersandar di dinding dan mengobrol.  Aku bersembunyi di luar kelas untuk menguping.


"Para laki-laki menyukai gadis seperti itu, bukan?"


"Apa bagusnya dia?  Hanya bermodalkan wajah tapi tidak ramah."


"Benar.  Kuharap Mizuki akan segera sadar."


"Apa?  Mizuki hanya bermain-main dengannya.  Dia bahkan tidak serius."


"Itu benar."


Kata-kata berduri yang bahkan tidak berusaha menyembunyikan kebencian mereka keluar satu demi satu, seolah-olah mereka sedang bernapas.


Nada suara sarkastik dan tawa simpati.  Suasanya gelap dan tidak menyenangkan.  Pada awalnya, kelas dimulai dengan ceria dan menyenangkan.  Saat kami semakin dekat satu sama lain di kelas yang sama, kami secara alami terpisah menjadi beberapa kelompok, dan keheningan pun terjadi.  Aku telah mengalami ini berkali-kali sejak SMP.


Aku tahu bahwa tidak baik untuk secara langsung menyalahkan mereka pada saat ini.  Hubungan itu rumit, terutama dalam ruang dan komunitas yang terbatas di SMA.


Jika aku tetap seperti biasanya, aku akan menutup mata.  Itulah cara cerdas untuk hidup.  Tapi hari ini, sepertinya aku tidak bisa mengabaikannya.


Aku merasakan kemarahan yang berapi-api dan tak terlukiskan.


Tahu apa mereka tentang Akiyama?  Akiyama, teman ibu-ku, bukanlah orang yang bisa kalian jual dengan mudah.


Aku tahu Akiyama tidak ingin aku ikut campur.  Tapi aku tetap harus mengatakan sesuatu, bukan demi dia, tapi untuk kepentinganku sendiri.


Ketika aku hendak menunjukkan diri, aku mendengar kata-kata yang membuatku ragu.


"Bukankah kamu berpikir begitu juga , Hikaru?"


Salah satu gadis bertanya.


Hiragi Hikaru ...... dia cukup akrab denganku, tapi dia juga berteman baik dengan mereka.


"Ya, mungkin..."


"Tuh, kan?  Dia juga dingin pada Hikaru, bukan?"


Aku tidak menyangka akan begitu mudahnya dia setuju dengan mereka.


Para gadis di sekitarnya membuat keributan besar tentang hal itu.


Pengaruh Hiragi begitu besar.  Konfrontasi Hiragi dan Akiyama kemarin membuat gadis-gadis lain mulai mengikutinya seolah-olah itu adalah keadilan.


Jika Hiragi, yang sangat disukai oleh semua orang, mengatakan bahwa dia adalah musuh, bahkan jika dia tidak mengatakannya secara eksplisit, dia bisa saja menjadi "orang yang pantas dibully". Kedengarannya mungkin seperti dia adalah seorang ratu, tapi memang begitulah adanya.


Aku tidak tahan lagi dengan omongan buruk mereka yang terus berlanjut, jadi aku pergi ke hadapan mereka.  Semua gadis terdiam, mungkin karena terkejut dengan kemunculanku yang tiba-tiba.  Di tengah itu semua ...... satu-satunya orang yang duduk di dekat jendela, yang tampak seolah-olah diikuti oleh gadis-gadis lain,  menatapku dengan senyum di wajahnya.


Aura kekuasaan miliknya membuat kulitku merinding.


"Ada apa, Kuremo-chan?  Apakah kamu akhirnya menyadari betapa menariknya seorang JK?"


"Aku bukan lolicon ....... maksudku, aku ingin membicarakan tentang Akiyama.  Dia sepertinya sedang sibuk sekarang, jadi jangan terlalu memaksakan pekerjaan kalian padanya."


"Kuremo-chan mencoba melindungi Akiyama-san, huh?  Betapa enaknya menjadi cantik.  Bahkan jika dia tidak mengatakan apa-apa, para pria akan dengan senang hati membantunya sendiri."


"Bukan seperti itu.  Ngomong-ngomong, kau juga sama cantiknya."


"Bahkan Kuremo-chan sampai ikut merayuku juga~"


Jangan terlalu percaya diri.  Kau bahkan tidak secantik Soyoka.


Namun, Hiragi tersenyum jahat.


"Kuremo-chan, mari kita bicara di sana, hanya berdua, oke?"


Dengan senyum yang terbentuk sempurna, dia memberi isyarat kepadaku dan mulai berjalan pergi.  Gadis-gadis lain yang membaca situasinya kembali ke tempat mereka.


Di tempat yang agak jauh, hanya ada Hiragi dan aku yang saling berhadapan.


Hiragi mengambil satu atau dua langkah untuk menutup jarak antara aku dan dirinya.  Matanya yang besar menatapku dari posisi kepala yang lebih rendah.  Dia menepuk dadaku dengan ujung jarinya.


"Apakah kamu menyukai Akiyama-san?"


"Aku hanya setia pada Soyoka."


"Lalu kenapa kamu memihaknya?  Aku tidak tahu apakah dia sibuk atau tidak, tetapi menjadi ketua kelas, tidak menolak pekerjaan, tidak ramah dengan semua orang, semua itu adalah keputusannya sendiri."


Dia melipat jarinya dan memiringkan kepalanya.


"Dia adalah orang yang sempurna dan bisa melakukan apa saja, jadi kamu tidak perlu mengkhawatirkannya."


"......Itukah sebabnya kalian membullynya?  Apakah tidak apa-apa untuk mendorong terus Akiyama melakukan semua pekerjaan hanya karena dia sempurna dan melakukan tuasnya dengan baik?"


"Jangan membuatnya terdengar seperti dia sedang dibully.  Aku juga ingin akur dengannya.  Karena kupikir Mizuki akan menyukainya."


Sepertinya dia bersungguh-sungguh dengan apa yang dia katakan.  Hiragi selalu berusaha mendekati Akiyama, meski Akiyama selalu menolaknya.


Tapi mereka tidak tahu kalau Akiyama sibuk dengan Iku dan pekerjaan rumahnya.  Mereka tidak tahu bahwa dia selalu bekerja keras di balik layar.


"Aku tahu Hiragi tidak melakukannya.  Tapi mereka melakukannya, kan? Bisakah kau menyuruh mereka berhenti?"


"Itu bukan terserahku apakah mereka mau berhenti atau tidak."


"Bukan?"


"Ya."


Dengan suara rendah dan menakutkan, Hiragi berkata sederhana.


"Itu tidak adil.  Tidak peduli seberapa keras aku berusaha, semua orang akan mengatakan bahwa Mizuki menyukainya, bukan?  Akiyama-san cantik dan pandai belajar.  Dengan bakatnya saja sudah cukup untuk menarik minat Mizuki."


"Tidak, itu tidak benar."


"Aku tidak tahu itu.  Tapi aku tidak suka wajahnya yang menggambarkan seolah-olah dia bisa melakukan apa saja!"


Dia berjalan melewatiku.  Jam istirahat hampir berakhir.


"Aku iri padanya.  Tidak sepertiku, dia tidak terbawa oleh lingkungan sekitar dan tetap menjadi dirinya sendiri."


Dia menyipitkan matanya ke arahku dan kembali ke kelas.  Dia meninggalkanku berdiri sendirian di sana.


***


Hari itu, aku tidak bisa fokus pada kelas karena terus memikirkan tentang Hiragi dan Akiyama.  Yah, walaupun aku memang selalu tidak fokus, sih.


Ketika kelas akhirnya selesai, gambar Soyoka di layar ponselku terlihat sangat imut dan menyegarkan.


"Aku akhirnya bisa bertemu dengan Soyoka lagi!"


"Kuremoto-kun, kamu masih punya kelas, tahu?  Tapi kamu malah fokus kepada gadis lain.  Sebagai gurumu, aku merasa sedih."


"Gadis lain?  Di mana?"


Aku tidak menyangka bahwa Kijimura-sensei mengira kalau Soyoka adalah seorang gadis........


Yah, apa pun itu, tidak ada gadis lain yang layak untuk dipikirkan selain Soyoka.  Ah, aku ingin tahu apakah Soyoka memakan bekal makan siangnya hari ini dan sudah tidur siang atau belum.


"Ugh, ternyata rumor bahwa Kuremoto-kun adalah seorang lolicon itu benar!"


Aku tidak percaya bahwa kalimat seperti itu datang dari seorang guru!  Maksudku, Sensei seharusnya tahu bahwa aku memiliki adik perempuan, bukan?


"Tapi aku selalu melihat Kijii-chan, kok."


"Amayo-kun, kamu mengatakan itu kepada semua orang, bukan?"


"Wow, mode ngambek!  Ada apa ini?"


Mizuki, tolong jangan ajukan pertanyaan yang tidak perlu, atau kau akan pulang terlambat nanti.


Kijimura-sensei kemudian berkata dengan keras, "Dengar!" sambil melihat ke sekeliling kelas.


"Aku harus membuat soal ujian mulai sekarang, tapi wakil kepala sekolah telah menyuruhku melakukan segala macam hal yang tidak ada hubungannya denganku.  Oh, jangan beri tahu siapa pun tentang ini, oke?  Atau aku akan marah."


Sepertinya para guru juga memiliki kesulitannya sendiri.  Terutama Kijimura-sensei, yang masih muda, pasti memiliki banyak pekerjaan yang tidak bisa dia tolak.  Tentu saja, kami, para murid yang pro kepadanya akan bungkam dan tidak akan membocorkannya.  Jadi, mari kita rahasiakan juga fakta bahwa wakil kepala sekolah yang kepalanya mengkilat sedang mengintip melalui kaca jendela pintu depan.


"Oh, itu benar.  Akiyama-san, sang ketua kelas, tolong berkumpul di ruang OSIS sepulang sekolah nanti.  Maaf karena harus merepotkanmu."


Dengan nada suara yang tenang, dia menambahkan.  Itu adalah informasi terpenting dalam homeroom.


Berbicara tentang ketua kelas, itu adalah posisi yang bisa disebut juga sebagai babu sekolah.  Sebagai perwakilan kelas, mereka bertugas untuk mengatur kelas untuk acara dan melakukan berbagai prosedur.  Ketika guru meminta kelas untuk melakukan sesuatu, mereka biasanya akan menyampaikannya kepada ketua kelas.


Mereka juga berfungsi sebagai jembatan antara anggota OSIS dan teman sekelas. Komite Eksekutif OSIS, khususnya yang bertanggung jawab untuk mengorganisir acara, sering memanggil ketua kelas ketika mereka memiliki sesuatu untuk dilakukan.


.......Aku tahu itu dari Mizuki, yang merupakan ketua kelas tahun lalu.


"Aku mengerti."


Akiyama menanggapi dengan tegas dengan suara yang tajam dan jelas.


"Aku lega karena memiliki ketua kelas yang luar biasa seperti dirimu.  Kuharap kamu juga bisa membantu pekerjaanku."


"Kalau begitu, mengapa tidak bilang saja dari tadi?  Aku rela menjadi sekretarismu dan melayanimu setiap hari!"


"Oke, homeroom selesai!  Bubar!"


Seolah memotong perkataan Mizuki, ia dengan paksa mengakhiri kelas.  Kijimura-sensei mungkin masih memiliki pekerjaan yang tersisa, jadi ia segera meninggalkan kelas.


Para murid juga mulai meninggalkan kelas seolah mengejarnya.


"Akiyama-chan, apa kau mau ke ruang OSIS?  Aku akan ikut denganmu."


"Tidak, hanya ketua kelas saja yang dipanggil."


"Haha, kau tetap dingin seperti biasanya, yah.  Kalau begitu, semangat."


Mizuki, yang dengan mudah mundur, berkata "Sampai jumpa." sambil tersenyum dan meninggalkan kelas.


Setelah melihatnya pergi dalam diam, ia mulai bangkit secara perlahan.  Dia mungkin ingin pergi ke ruang OSIS.


"Akiyama, apa kau baik-baik saja?"


Aku berdiri di depan Akiyama yang mulai berjalan pergi.  Seolah terjepit di antara dua meja, aku menghadap Akiyama.


Dia menatapku dengan mata tanpa emosi


"Ada apa, Kuremoto-kun?"


"T-Tidak."


Aku tanpa sadar tersentak pada sikapnya.


Begitu rupanya.  Kami telah sepakat sebelumnya untuk tidak membicarakan tentang hubungan kami di sekolah.  Apalagi masih ada beberapa murid yang tersisa di kelas.


Akiyama, secara implisit memberitahuku untuk tidak terlibat dengannya. Apakah penampilannya di sekolah sepenting itu baginya?


"Kau terlalu sibuk, bukan?  Kau tidak perlu bekerja terlalu keras sebagai ketua kelas."


Akiyama dengan cepat menyipitkan matanya dan membuang muka.  Ia mengabaikanku .... tidak, itu adalah sikapnya yang biasa.  Itulah penampilannya di sekolah.


Jika adik kami tidak terlibat, bukankah Akiyama tidak akan pernah mencoba untuk berhubungan denganku?  Bagaimanapun juga, aku mungkin akan tetap menjadi orang asing baginya.  Atau mungkin, hanya akulah satu-satunya yang menganggap kami sudah berteman?


Dia mulai berjalan tanpa memperhatikanku, jadi aku secara refleks menyingkir dan memberi jalan.  Saat kami berpapasan, jari-jari ramping miliknya menarik ujung blazerku.  Dari posisi ini, itu tidak terlihat oleh murid lain.


Apakah dia memintaku untuk mengikutinya?


Aku berhasil mengejar Akiyama yang bergerak sangat cepat.  Aku menyusuri lorong menuju gedung tempat ruang kelas khusus berada.  Para murid yang dilewatinya berhenti saat mendengar hentakan kakinya.


Tempatnya sunyi, seolah-olah hiruk pikuk dari sebelumnya adalah kebohongan.  Hanya beberapa murid yang menggunakan gedung ini untuk melaksanakan kegiatan klub.


Setelah memastikan bahwa lorongnya kosong, Akiyama akhirnya mulai bicara.


"Kyota, tolong jangan membicarakan tentang Iku di sekolah."


"Maaf.  Aku ...... tidak terlalu yakin tentang itu."


"Kamu mungkin sudah mengetahuinya dalam beberapa hari terakhir, bukan?  Aku tidak begitu disukai."


"Benarkah?  Aku yakin ada banyak orang di luar sana yang ingin dekat dengan Akiyama."


"Itu hanya pendapatmu saja."


Kaulah yang tidak mau menunjukkan jati dirimu sendiri, tahu!


Percakapan ini terus berlanjut.  Dia keras kepala dan menolak untuk mengubah ekspresinya.  Aku ingin tahu apakah dia pikir dia akan dimanfaatkan jika dia menunjukkan kelemahannya?


Tidak, aku di sini bukan untuk membicarakan itu.


"Kau akhir-akhir ini sibuk karena ketidakhadiran ibumu, bukan?  Apakah kau yakin kau bisa menangani semua pekerjaan ketua kelas itu sendirian?"


Bahkan tanpa limpahan dari para gadis, dia tetap memiliki sejumlah tugas yang berhubungan dengan ball game yang harus ia selesaikan.  Selain itu, ia harus mengantar Iku ke dan dari sekolah, belajar untuk ujian dan melakukan pekerjaan rumah.


Semua itu menghabiskan banyak waktunya.  Dan dia tidak bisa melepaskan salah satu dari mereka.  .......Ini adalah hubungan yang singkat, tetapi aku dapat yakin akan hal itu.


"Memang semuanya sedikit berantakan, tapi aku baik-baik saja."


"Meski kau bilang begitu ...... aku tidak berpikir bahwa kau harus melakukan semuanya sendiri.  Aku dan Mizuki bisa membantumu."


"Terima kasih.  Tapi urusan sekolah tidak ada hubungannya dengan Kyota."


"Bagaimana dengan Iku?"


Lampu neon di lorong yang sudah tua berkedip-kedip dan teriakan klub olahraga dari kejauhan terdengar.


"Apa yang akan kau lakukan tentang penjemputan hari ini?"


"Itu-------"


"Aku tahu kau telah melakukan banyak pekerjaan untuk Iku, dan kupikir itu hebat.  Tapi itu bukan berarti kau harus mengabaikan Iku."


Aku mungkin terdengar agak kasar.


Kupikir dia memiliki kesulitannya sendiri.  Aku mengerti bahwa dia tidak bisa menempatkan segalanya pada Iku seperti yang kulakukan pada Soyoka.  Dia juga harus memikirkan tentang rumah, sekolah dan sebagainya.  Dia juga ingin menjadi kakak yang keren, yang merupakan sesuatu yang dia lakukan demi Iku.


"Kupikir aku sudah memberitahumu sebelumnya, kamu harus sedikit lebih mengandalkanku, setidaknya demi Iku."


Akiyama mengepalkan tinjunya. Matanya bergetar.


"Ya, kamu benar.  Kalau begitu, bisakah aku meminta bantuanmu untuk menjemput Iku hari ini?"


"Tentu saja."


Menganggukkan kepalanya, Akiyama langsung menelepon TK saat ini juga.  Dia menelepon untuk memberi tahu mereka bahwa akulah yang akan menjemput Iku dan juga Soyoka.  Kami selalu menjemputnya bersama-sama, jadi mereka seharusnya tidak perlu khawatir.


Urusannya dengan OSIS tidak bisa diganggu gugat karena dia adalah ketua kelasnya, jadi aku tidak punya pilihan selain mengurus masalah Iku.  Sementara itu, aku juga senang jika dia bisa bermain dengan Soyoka.  Kupikir Soyoka akan senang jika memiliki seseorang yang bisa diajak bermain.


"Kalau begitu, aku pergi dulu."


"Silakan luangkan waktumu.  Aku akan segera menjemputnya.  Ah, mau makan malam di rumahku?  Aku yakin ibumu tidak akan ada di rumah hari ini juga, bukan?"


"Aku tidak bisa membiarkanmu melakukan itu......."


"Santai saja."


Kata-kata penolakan telah menjadi refleks kondisional.  Akiyama berhenti berbicara dan menggelengkan kepalanya.


"Terima kasih.  Aku akan menuruti kata-katamu kalau begitu."


"Oh, aku akan memasakkanmu makanan yang begitu lezat hingga Iku tidak mau pulang."


"......K-Kamu juga seorang shotacon?   Bukan cuma lolicon?"


"Asal kalau ngomong."


Dia benar-benar sarap, bukan?


Meski begitu, Akiyama terlalu buruk dalam mengandalkan orang lain.  Aku sendiri telah mengandalkan Mizuki untuk semua tugas sekolahku.  Jika aku berada dalam kesulitan, aku akan menangis kepada teman-temanku dan meminta bantuan mereka.  Demi Soyoka, harga diri tidaklah berguna!


Dia sendiri tidak keberatan membungkuk padaku demi Iku.  Jika dia terlalu mementingkan harga diri, tidak akan ada masalah yang bisa terselesaikan.


"Aku tidak mau bergantung pada Kyota, itu memalukan.  Jadi cuma kali ini saja."


"Ya, ya.  Cepat, pergilah sana.  Jangan sampai terlambat."


"Aku tahu, aku tahu."


Akiyama, dengan ekspresi sedikit ceria di wajahnya, berbalik untuk menuju ke ruang OSIS.


Aku sendiri juga berbalik dan mulai berjalan ke arah yang berlawanan.


Sekarang, mari kita jemput Soyoka dan Iku!


Ngomong-ngomong, apa yang harus kubuat untuk makan malam, huh?