Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Romcom Ala Wali Murid [Vol 1 Chapter 8]

The Love Comedy Which Nurtured With A Mom Friend Bahasa Indonesia




Chapter 8: Golden Week Diselenggarakan Hanya Untuk Adikku


Golden Week adalah hari libur yang dibuat oleh pemerintah untuk Soyoka.  Soyoka adalah telur emas, yang merupakan harta nasional, karena ia memiliki senyum dan mata yang berharga.


Menurut teori, seluruh negeri akan ditutup selama seminggu dari akhir April hingga awal Mei (menurut penelitianku sendiri) untuk menghormati Soyoka.


Sekolah dan TK ditutup selama periode ini.  Kudengar dari Mizuki bahwa sebagian besar murid akan disibukkan dengan kegiatan klub masing-masing, tetapi karena aku anggota klub pulang ke rumah, jadi itu bukanlah masalah bagiku.


Sebentar, bukankah menghabiskan waktu bersama Soyoka juga termasuk kegiatan klub?  Itu karena aku adalah manajer klub Soyoka!


"Onii-chan!"


"Panggil aku "Manajer.""


"Manajer?"


Ups, aku mengatakan sesuatu yang bodoh karena terlalu bersemangat.


Aku sedang duduk di sofa saat Soyoka jatuh di pangkuanku dan menyikutku.  Rasanya menyakitkan ketika siku Soyoka menusuk pahaku, tapi aku tidak mempersalahkannya karena aku bisa merasakan bahwa Soyoka sudah tumbuh semakin kuat.


Aku menunggu dengan sabar sampai dia mengubah posisi duduknya secara alami.


Satu detik, dua detik ......


"Aaarggh, sakit!"


Aku mengangkat kedua tangannya dan meletakkannya di pangkuan Soyoka.


Aku menepuk kepalanya dan dia tertawa geli.


"Apakah hari ini libur juga?"


Soyoka mengepakkan kakinya dan menghantam tulang keringku saat dia memiringkan kepalanya ke belakang dan dengan cekatan memutar kepalanya untuk menghadapku.  Lalu, mata kami bertemu.


"Sekarang sedang libur.  Karena hari ini Golden Week."


"Besok juga?"


"Ya."


"Wow......!  Kalau lusa?"


"Sama saja.  Besoknya juga.  Besoknya lagi, besoknya lagi dan seterusnya."


"Wow!  Tidur tanpa henti!"


Biasanya TK cuma libur di akhir pekan.  Tapi sekarang, mereka akan libur seminggu penuh.


Kebetulan, sekolahku juga ditutup karena suatu alasan.  Kupikir itu karena libur tambahan atau semacamnya.


Sudah sekitar satu bulan sejak dia mulai masuk TK.  Meski setiap harinya ia hadiri dengan gembira, tapi mungkin saja ada kemungkinan kalau ia merasa lelah dan stres karena lingkungannya.  Ini adalah kesempatan yang baik baginya untuk rehat sejenak.


"Yang terpenting adalah, aku rindu menghabiskan waktu bersama Soyoka!  Aku tidak akan meninggalkanmu bahkan untuk sesaat selama tujuh hari ini!"


Aku memberinya pelukan erat.  Tubuhnya yang kecil terasa hangat dan nyaman dalam pelukanku.


Bukankah Golden Week adalah yang terbaik karena aku bisa menghabiskan seminggu penuh bersama Soyoka?


Kuharap Golden Week akan berlangsung selamanya.


Bahkan selama liburan ini, ibuku tetap harus bekerja seperti biasanya.


Aku berharap bahwa ia akan libur selama Golden Week ini, tetapi ketika aku bangun pagi ini, dia sudah tidak ada di rumah.


"Soka suka tidur!"


"Haha, tiba-tiba..."


"Aku suka futon!"


"Apa kau mau tidur siang?"


"Ya!"


Entah kenapa, kami malah memutuskan untuk tidur siang, padahal kami baru selesai sarapan.


Soyoka tidak punya kamar sendiri dan selalu tidur bersamaku.  Meskipun kami punya kamar tambahan, tapi dia mungkin akan kesepian, jadi dia akan tidur bersamaku sampai dia SD ..... tidak, mungkin aku akan melakukannya sampai dia SMP.  Akan berbahaya jika Soyoka terjatuh saat sedang tertidur.


"Futon-chan, aku merindukanmu!"


"Akan kuambilkan sekarang.  Karena itu baru dijemur, jadi futonnya akan hangat."


Aku pergi ke teras, menepuknya dengan ringan, lalu mengangkatnya.


Betapa nikmatnya!  Inilah yang namanya kemewahan hari libur!


Aku membentangkan futon dan Soyoka menyiapkan bantalnya.  Lalu, ia berbaring dan menutupi dirinya sendiri dengan selimut.


Bagi Soyoka, futon akan lengkap jika ada aku di dalamnya.  Jadi, Soyoka dengan cepat menggulung selimutnya dari sisi kiriku dan melemparkan kakinya keluar.


Menepuk area bantal dengan tangannya, dia menyuruhku dengan nada agak kesal, "Onii-chan!  Cepat!"


"Ya ya!"


Dia terlalu imut.  .....Sudut mulutku mengendur hingga meleleh.


Soyoka yang telah mengonfirmasi bahwa aku telah mengulurkan tangan kiriku ke samping tersenyum puas seolah dia senang dengan hal ini.


Dia sangat imut ketika dia meminta untuk untuk tidur di lenganku, jadi aku sengaja mengulur-ulurnya tadi supaya bisa melihat ekspresinya itu.


Soyoka kemudian menyandarkan kepalanya di lenganku dan bergerak-gerak hingga akhirnya ia menemukan posisi terbaik dan melemaskan tubuhnya.


"Bantal Onii-chan!"


"Karena ini hari libur, jadi tolong bertahanlah bahuku!"


Aku tidak peduli jika bahuku patah.  Karena aku akan melakukan semua yang kubisa demi Soyoka.


Aku menunggu Soyoka tertidur sambil menikmati apa yang dirasakan seorang pitcher.


"Selamat tidur."


"Ya, selamat tidur."


"Apa kau ingin pergi ke TK?"


"Ya ....... aku ingin....... bersenang-senang....."


Soyoka mulai mengantuk saat masih berbicara hingga akhirnya terlelap dalam tidurnya.


Karena ia masih berbicara sampai barusan, jadi mulutnya tetap terbuka.


Aku sebenarnya ingin pergi ke dunia mimpi bersama Soyoka, tapi itu tidak mungkin.  Karena aku memiliki pekerjaan rumah yang harus kulakukan bahkan di hari liburku.  Apalagi, ini adalah kesempatan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang telah kutumpuk selama ini karena mumpung sedang libur.


Karena aku punya tujuh hari, jadi aku akan membersihkan tempat-tempat yang biasanya tidak kubersihkan.


Aku baru saja membersihkan jamur di bak mandi beberapa hari yang lalu, jadi aku mungkin akan membersihkan wastafel hari ini.


"I ..... I ..... Iku....."


Hei, beraninya kau datang ke mimpi Soyokaku tanpa izin!


Aku hendak membangunkannya secara impulsif, tetapi aku berhasil menahannya dengan baik.


Aku tidak bisa mengganggu tidur nyenyak Soyoka.  Sebaliknya, aku meletakkan tanganku di kepalanya.


"Maafkan aku, Soyoka....."


Aku mengangkat kepala Soyoka dengan hati-hati dan menarik lenganku agar tidak membangunkannya.


Sebagai gantinya, aku meletakkan bantal dengan ketinggian yang sama.  Aku telah membelinya di toko serba 100 yen untuk tujuan ini.


Yah, bisa dibilang ini semacam teknik pertukaran.


"Haa, aku merindukan futon dengan Soyoka di atasnya......."


Aku meninggalkan ruangan dengan air mata mengalir di wajahku.


Aku akan menunda menggunakan vacuum cleaner nanti, karena suara mesinnya akan membangunkan Soyoka.  Jadi, yang akan kulakukan saat ini adalah melipat cucian yang kujemur semalam, menyiapkan makan siang, dan memoles wastafel......


Aku melakukan semua tugas itu dengan tenang sambil menyusun jadwalnya di pikiranku.  Aku sudah melakukan ini sejak masih SD, jadi aku sudah terbiasa.   Bahkan sekarang, aku dapat memutar ulang daftar wajah imut Soyoka di pikiranku sembari melakukan semua tugasku.


Begitu Soyoka tidur, dia tidak akan bangun selama satu jam.


Karena aku ingin bermain dengannya saat dia bangun nanti, jadi aku ingin melakukan sebanyak-banyaknya tugas yang bisa kuselesaikan saat ini.


Aku sekarang sedang dalam mode ART super.  Aku terbang mengelilingi ruangan dengan kecepatan yang menyilaukan.


***


Dua jam kemudian.


Mungkin karena saking nyamannya futon yang baru dijemur, Soyoka, yang telah tidur nyenyak sejak tadi, akhirnya baru bangun sekarang.


Pekerjaan rumah berjalan jauh lebih baik dari yang kuharapkan, sehingga aku merasa sangat puas.


"Onii-chan menghilang."


"Selamat pagi, Soyoka."


"Onii-chan ngapain?"


Soyoka yang baru bangun tetap cantik seperti biasanya.


Soyoka kemudian berjalan keluar dari ruangan, sambil menggosok matanya.  Lalu, ia duduk di karpet dan menyandarkan punggungnya ke sofa.


"Hoaamm, ngantuk....."


Soyoka membuka mulutnya lebar-lebar dan menghela napas.


Saat Soyoka hendak tertidur untuk ketiga kalinya, suara musik terdengar dari suatu tempat untuk mengumumkan adanya panggilan masuk.


Nada dering itu meniru suara kucing ...... itu adalah suara dari ponsel anak Soyoka.


"Ape!"

[TL: HP.]


Soyoka, yang terbangun dengan kaget, berlari menuju meja dan mengangkat teleponnya.


Bahkan jika ia belum bisa membaca, ia akan tetap dapat melakukan panggilan selama ia mengingat urutan pengoperasiannya.  Apalagi ponsel anak bisa dilihat secara intuitif dan mudah dipahami lewat ilustrasi yang dipasang.


Soyoka mengusap bagian tengah layarnya dengan jari telunjuknya dan menempelkannya ke telinganya.


"Halo?"


Hmm?  Tunggu sebentar.  Kecuali aku, satu-satunya orang lain yang mengetahui nomor Soyoka adalah.........


"Iku!  Selamat pagi!"


Akiyama.  Hanya Akiyama bersaudaralah satu-satunya orang yang bisa menelepon Soyoka, bukan?!


Ibu sedang bekerja sekarang, jadi mau tidak mau hanya mereka berdua yang bisa menelepon Soyoka saat ini.


Betapa jahatnya dia, mengganggu waktuku bersama Soyoka!


Saat Soyoka dan Iku sedang asyik mengobrol, ponselku juga ikut membunyikan nada notifikasi.


Itu dari Akiyama.  Tapi bukan panggilan telepon, melainkan pesan.


[Iku ingin bermain dengan Soyoka.]


Lalu, dia mengirimkan foto Iku.


Aku memeriksanya dan mendengarkan percakapan Soyoka.


"Soka tidur terus hari ini, loh!  Besok juga!"


Sepertinya Iku juga baru bangun.


Sayangnya, aku tidak bisa mendengar suara dari pihak lain.


Tunggu, aku tidak membelikannya ponsel untuk telponan dengan seorang pria!


[Hei, aku tidak suka yah kalau dia bermesraan dengan Iku di telepon.]


[Oi, adikmulah yang meneleponnya!  Tapi tunggu, bukankah mereka terlalu lama telponannya?]


[Sepertinya dia terlalu malu untuk mengajaknya keluar.  Apalagi kamu sering menatapnya dengan ekspresi kesal di wajahmu.  Betapa manisnya.  Aku ingin mendukungnya, tapi itu rumit.]


Cepat sekali ia mengetik semua itu......


[Ngomong-ngomong, kami luang hari ini.]


[Kami juga luang.  Karena tidak sehat jika berdiam diri terus di rumah sepanjang Golden Week, jadi aku akan berterima kasih jika Soyoka mau bermain dengan Iku.]


[Yah, jika kalian berdua ingin bermain, ayo kita pergi ke suatu tempat.]


Kedua wali melanjutkan percakapan mereka di saat para adiknya sedang asyik menelepon.


Tapi, selama Golden Week, tempat mana pun yang kami kunjungi pasti akan ramai.  Tidak ada banyak pilihan tempat di mana anak-anak bisa bermain di sore hari.


"Onii-chan, Iku mengajakku bermain!"


"Soyoka, kau ingin bermain juga?"


"Ya!"


Tampaknya Iku telah berhasil mengundangnya.


Karena Soyoka tampak bersemangat setelah tidur nyenyak, dan aku juga telah menyelesaikan pekerjaan rumahku, jadi aku mengirimkan tempat dan waktu pertemuannya ke Akiyama.


***


Satu jam kemudian.


Setelah makan siang di rumah, kami bertemu di stasiun terdekat.


Matahari semakin terik akhir-akhir ini, jadi kami memakai tabir surya.


"Sepertinya Akiyama belum sampai...."


Soyika mengenakan rok favoritnya dan membawa ransel kecil.


Dengan ponsel anak yang tergantung di lehernya, dia mengayunkan tubuhnya dari sisi ke sisi.


"Soka suka jalan-jalan!"


Ada banyak area pemukiman di sekitar sini, jadi ada banyak orang berlalu-lalang bahkan saat siang hari.


Jika ini adalah perjalananku ke sekolah, aku pasti akan terjebak di kereta yang penuh sesak.  Untung saja aku berangkat ke sekolah menggunakan sepeda.


Jarang sekali aku bepergian dengan kereta, jadi aku sangat khawatir tentang Soyoka.


Pemandangan jalan mungkin tampak biasa bagi orang dewasa, tapi itu adalah hal baru dan menarik bagi anak-anak.


Ketika aku sedang melihat poster, Soyoka menunjuk ke arahnya dan bertanya, "Apa itu?" dan aku pun menjelaskannya dengan santai.


Aku tidak keberatan menunggu mereka cukup lama karena hanya ada aku dan Soyoka di sini.  Sebaliknya, aku sangat senang karena hanya ada kita berdua di sini!


"Soyoka-chan!"


Aku mendengar suara Iku dari belakangku saat aku sedang melihat poster film dan berbicara dengan Soyoka.


"Maaf membuatmu menunggu."


"Tidak, tidak.  Kami juga baru sampai."


Aku berbalik, dan ketika aku melihat sosok Akiyama, aku terpana.


"Apa.....?"



Akiyama, yang mengenakan bando di kepalanya, mengenakan pakaian kasual.


Ini bukan pertama kalinya aku melihatnya dengan pakaian biasa.  Aku juga pernah melihatnya saat di upacara masuk TK ketika dia memakai pakaian yang elegan dan juga saat ia mengenakan hoodie kasar ketika kami sedang membeli ponsel anak.


Tapi hari ini, dia berpakaian seperti sedang berkencan.


Dia mengenakan gaun off-the-shoulder hitam dan celana pendek denim berpinggang tinggi, dengan sepatu kets putih di kakinya dan tas mini tersampir di bahunya.


Penampilan kasualnya sangat berbeda dari Akiyama yang biasanya.  Tapi anehnya, itu cocok dengan penampilannya yang dewasa.


"Sumi, kamu sangat imut!"


"Terima kasih.  .....Ha?  Kamu memujiku agar bisa mendekati Iku, kan?  Betapa liciknya kamu.  ......Aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan Iku."


"Kamu seperti Onii-chan.  Suka ngomong aneh."


Soyoka berkata begitu dengan ekspresi bingung di wajahnya.


"Fufu.  Soyoka-chan juga imut, tahu."


"Aitou!"

[TL: Arigatou.]


Iku memuji pakaian Soyoka dengan senyum di wajahnya.  Lalu, Soyoka tersenyum seolah-olah dia sangat gembira mendengar pujian itu.


"Hei, jangan seenaknya saja kau mendekati Soyoka!"


"Tuh, kan.  Onii-chan juga aneh."


Soyoka masih belum mengerti karena dia masih polos.  Tapi, pria adalah serigala!  Iku pasti sedang mencoba untuk menaklukkan Soyoka dengan cara memujinya.


"Ya sudah.  Ayo kita pergi."


Aku melirik ke Akiyama dan berkata begitu.


"Ya, tentu."


Anehnya, aku merasa gugup karena aku merasa bahwa bahu dan tulang selangkanya yang biasanya tersembunyi di balik seragamnya, adalah sesuatu yang tidak seharusnya kulihat.  Apalagi Akiyama adalah orang yang penjagaannya sangat ketat.


"Mau sampai kapan kamu melihatku seperti itu?"


".....Maafkan aku.  Aku hanya terkejut karena melihatmu memakai sesuatu yang tidak biasanya kau pakai."


"Oh, jujur sekali."


Aku sedikit frustasi karena Akiyama menyisir rambutnya dengan ekspresi santai di wajahnya.  Aku ingin meyakinkannya bahwa aku tidak terpana oleh penampilannya.


"Ngomong-ngomong, baju depanmu sengaja dimasukkin ke celana, yah?"


Aku mencoba menanyakannya apa yang menggangguku sejak tadi.  Aku sebenarnya mengerti mengapa dia melakukan itu karena Soyoka juga sering melakukannya.  Kau memasukkannya karena merasa risih, kan?  Aku minta maaf karena berpura-pura tidak memahaminya


Akiyama yang mendengarnya mengerjap beberapa kali.


Setelah beberapa saat, mungkin karena dia sudah mencerna apa maksudku, sorotan dari matanya langsung menghilang dalam sekejap.


Sebelumnya dia tampak sedang dalam suasana hati yang baik, tapi kenapa sekarang tiba-tiba berubah?


Dia kemudian meraih tangan Soyoka dan Iku tanpa mengucapkan sepatah kata pun padaku.


"Iku, Soyoka.  Ayo tinggalkan dia.  Kita tinggal saja dia di sini."


"Nee-chan, Onii-chan menakutkan."


"Onii-chan, tidak boleh begitu......"


Iku dan Soyoka menatapku dengan tatapan heran.


Oh tidak!  Aku hanya berusaha bersikap baik dengan memberitahunya, loh!


Begitu rupanya.  Seharusnya aku memberitahunya secara tidak langsung, dan bukan secara langsung, iya kan?  Atau, apakah dia memang sengaja hanya memasukkan bagian depan bajunya.......?  Buktinya, Akiyama tidak mau memperbaiki pakaiannya.


Aku tidak mengerti bagaimana cara para gadis berdandan.


"Soyoka, tunggu!  Jangan tinggalkan aku!"


"Tidak, aku mau bermain dengan Sumi-chan!"


"Maksudmu ..... kau tidak membutuhkan kakakmu lagi?!"


Soyoka tersenyum nakal dan memeluk tangan Akiyama sebagai tanggapannya.


Aku pingsan di tempat tanpa mengedipkan mata.


Aku tidak akan bisa hidup jika Soyoka menolakku........


"Kyota Nii-chan, semangat!"


"Iku ...... aku tidak bisa hidup jika Soyoka tidak membutuhkanku lagi....."


Adegan aneh di mana anak SMA disemangati oleh anak TK terjadi.


Iku mengepalkan tinjunya dan berdiri untuk menghiburku.


***


Kami menaiki kereta tujuan Yokohama dan turun di Stasiun Yokohama.


Tujuan kami adalah Minato Mirai.


Perjalanan memakan waktu kurang dari satu jam.


Destinasi tersebut merupakan daya tarik wisata, namun tidak begitu istimewa karena hanya ada fasilitas komersial di dalamnya


Ketika kami tiba di Minato Mirai, kami memasuki fasilitas komersial besar yang terhubung langsung ke stasiun dan menaiki eskalator.


Soyoka dan Iku tampak bersemangat karena suasana kota yang masih asing bagi mereka.  Sedangkan aku merasa sedikit gugup karena aku jarang mengunjungi tempat semacam ini.


Hanya sebagian kecil dari kota ini yang bisa dibilang makmur, dan sebagian besarnya masih berupa pedesaan dan pemukiman.......


"Masih lama, yah?"


"Yah, tujuannya ada di lantai lima, jadi sebentar lagi kita akan sampai."


Kami sedang mencari taman dalam ruangan, tempat di mana kami dapat berinteraksi dengan hewan.


Karena ini adalah fasilitas yang relatif ramah anak, jadi tentu saja ada banyak keluarga dengan anak-anak mereka yang mengantre.


Tempat ini cukup ramai karena sekarang adalah periode Golden Week.


Kami menunggu sekitar 20 menit, membayar tiket masuk, dan menerima tiket kami.


"Lihat, ada burung!  Yang mana yang kamu suka?"


"Aku tupai."


"Oh, itu sangat imut!"


Saat kami masuk, lorong-lorong dilapisi dengan dinding dan benda-benda yang terinspirasi dari alam, yang membuat kami seolah-olah mengembara ke dimensi lain secara tiba-tiba.  Terlebih lagi, ada hewan hidup di setiap ruangannya.


Meskipun ini cukup kecil untuk disebut kebun binatang, tapi tetap saja, ada banyak binatang yang dapat dilihat di sini.


"Gajah!"


"......Kupikir gajahnya hanya hiasan."


"Soka suka gajah!"


Kegembiraan Soyoka meningkat, jadi aku memintanya untuk ikut denganku.


Tentu saja, itu karena aku ingin memotret keimutan Soyoka.  Sepertinya ini akan menjadi hari yang sibuk untukku.


Aku melirik ke sebelah Akiyama dan melihat bahwa dia juga sedang mengangkat ponselnya.  Kami saling memandang dan melakukan percakapan lewat isyarat.


Ya, benar.  Kupikir kita harus bekerja sama di sini.


"Soyoka!  Ada panel dengan wajah binatang di sana!"


"Kerja bagus, Kyota.  Iku, kenapa kamu dan Soyoka tidak berfoto bersama di sana?"


Keduanya dibawa ke panel wajah binatang oleh kami yang sedang bersekongkol.


Soyoka berdiri di belakang panel burung hantu sedangkan Iku di belakang panel gorila.


"Soyoka, kau sangat imut!  Ya Tuhan, apakah Soyoka tetap menggemaskan meskipun ia menjadi binatang!  .......Tunggu, lima kali lagi!"


"Soka bosan."


Soyoka terlihat lesu, jadi kupikir ini mungkin tidak menyenangkan baginya.  Sedangkan Iku, yang hanya berdiri di sana dengan ekspresi kosong di wajahnya, anehnya terlihat cocok seperti gorila yang ia perankan.


Soyoka yang keluar karena bosan, mengintip ponselku, memeriksa foto dan bertepuk tangan, "Yup!"


"Onii-chan dan Sumi-chan harus melakukannya juga!"


"Apa?  Tidak, aku tidak---"


"Soka yang akan memotretnya!"


Soyoka terlihat sangat antusias ketika ia mengangkat ponsel anak miliknya.


"Ayo, dekati kura-kuranya!"


"Ah, oke."


Aku tidak bisa mengatakan tidak pada Soyoka yang sangat bersemangat, jadi mau tak mau aku menatap wajah Akiyama ..... kumohon, ini demi anak-anak!


Dia kemudian menghela napas ringan, menutup matanya, dan berjalan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.


"Yah, sudah kuduga.  Tidak mungkin Akiyama mau melakukan hal seperti ini......."


"Apa yang kamu bicarakan?  Tentu saja aku akan melakukannya."


"Eh?"


"Aku suka burung hantu."


Aku tidak tahu apakah dia serius atau bercanda?  Tapi dia mengatakannya dengan nada yang bermartabat.


Akiyama berbalik terlebih dahulu dan mengintip dari panel.  Gambar burung hantu yang realistis dan wajahnya yang rapi sama sekali tidak cocok, sehingga itu terlihat lucu.


Ketika aku sedang menghela napas, alis Akiyama berkerut dan dia berteriak, "Cepat kemari!"


Ups, itu terlihat jauh lebih lucu ketika ekspresinya berubah menjadi marah.


Lalu, aku berdiri di sampingnya dan memunculkan wajahku juga.  Aku yakin aku pasti terlihat selucu Akiyama, terlebih lagi karena panel dagu milikku kecil dan tidak menonjol.


"Onii-chan!  Tiru gorilanya."


Soyoka kemudian menekan tombol rana.


Biasanya, dialah yang selalu menjadi pihak yang difoto, jadi dia tampaknya sangat menikmati saat mengarahkan kameranya ke arahku.


"Onii-chan, lakukan seperti yang gorila lakukan!"


"Itu tidak nyambung!"


"Sumi-chan, tiru burungnya juga!"


"Ho......."


Apakah dia akan melakukannya?


Meskipun dia berdiri tepat di sebelahku, tapi aku tidak bisa melihat ekspresinya karena wajahku menempel di panel.


Aku merasakan tekanan, jadi kupikir aku akan melakukannya juga.  ......Lagi pula meniru gorila adalah tentang menirukan gerakannya dan bukan meniru wajahnya, bukan?


Setelah mengambil banyak foto dan merasa puas, aku mengajak Soyoka ke animal area.


Tidak hanya hewan standar, tetapi ada juga hewan langka seperti kapibara dan meerkat.  Di antara mereka bahkan boleh untuk disentuh.



[TL: Kapibara.]


[TL: Meerkat.]


"Lihat, Onii-chan!  Dia terlihat sangat mengantuk!"


"Itu namanya meerkat  ...... Soyoka terlihat seperti itu pagi tadi."


"Meerkat?  Apakah Soka mirip itu?"


Meerkat duduk seperti manusia, dengan punggung yang bersandar pada dinding.  Wajahnya linglung dan lesu.  Itu mirip sekali dengan Soyoka, yang berbaring di sofa setelah bangun dari tidur.


"Kalau mengantuk, tidur saja."


Soyoka membuat pernyataan misterius kepada meerkat itu.


Meerkat tidak bisa disentuh, jadi Soyoka hanya bisa melihatnya sejenak dan kemudian dengan cepat melanjutkan ke tempat lain.  Kemudian, dia pindah ke area yang menarik minatnya yang membuatku semakin mengawasinya.


"Armadillo!"


Suara Iku menggelegar dan dia menempel pada Akiyama.  Soyoka juga ikut berdiri di sampingnya.


"Sepertinya kalian boleh menyentuhnya."


"Benarkah......?!"


Iku, yang dipegangi oleh Akiyama, mengulurkan tangannya dengan agak takut.  Iku menyentuh punggung armadillo beberapa kali.  Sepertinya Armadillo itu sudah terbiasa karena ia tidak bergerak sedikit pun saat disentuh.


Di sisi lain  Soyoka sepertinya tidak tertarik dengan armadillo.  Padahal menurutku armadillo terlihat cukup menarik.


"Iku, kamu suka armadillo?


"Ya......!"


"Kalau begitu, kamu boleh menyentuhnya sepuasmu."


Akiyama, yang tidak terlihat tertarik dengan hewan apa pun sejak tadi, tersenyum saat memperhatikan Iku yang sedang bermain-main dengan Armadillo.



[TL: Armadillo.]


Kapibara, kura-kura, iguana ...... dan barisan hewan misterius lainnya, semuanya jinak dan dapat disentuh.


Favorit Soyoka adalah iguana karena wajahnya yang lucu.  Dia menepuk kepala mereka satu per satu sambil memanggil namanya: "kadal" "kura-kura" dan "kapikapi".

[TL: Kapibara maksudnya.]


Aku merasa was-was saat mengawasinya karena takut jika dia akan langsung mengulurkan tangannya sebelum aku bisa memastikan apakah dia boleh menyentuhnya atau tidak.


"Soyoka imut sekali!  Aku akan memotretmu, jadi tolong sentuh mereka pelan-pelan!  Ya, seperti itu!  Sini, lihat ke arahku!"


"Bisakah kamu tidak membuat keributan di tempat umum?"


Akiyama mungkin benar, tapi aku tidak bisa menghentikan tanganku yang sibuk memencet tombol rana.


"Kau tidak mau mencoba menyentuhnya?"


".....Para hewan tidak menyukaiku."


"Itu tidak benar, justru kelihatannya malah sebaliknya......"


Seekor meerkat, yang matanya bertemu dengan mata Akiyama, tersentak dan lari ke tepi kandangnya.


Padahal tadi Meerkat itu tergeletak tak berdaya, tapi kini ia lari ke tepi kandangnya.  ......Apakah ini yang dinamakan insting?


"Wajahmu terlalu menakutkan.  Lihat, anggap saja mereka sebagai Iku."


"Tapi Iku adalah manusia."


Bukan itu maksudku, oke?


Aku tidak tahu mengapa dia begitu kaku ketika dia bisa tersenyum alami di depan Iku.


"Sumi-chan!'


"Ada apa, Soyoka ......  chan......?"


Melihat hewan yang dibawa Soyoka, Akiyama langsung terdiam seolah-olah tubuhnya membeku.


Soyoka lalu mengarahkan ular itu ke leher Akiyama.  Itu adalah python karpet, jenis python yang jinak.


Yah, aku tahu itu karena aku barusan melihat Soyoka menerimanya dari petugas.


Itu adalah ular yang besar.


Sebenarnya, itu tidak berbahaya karena kami boleh menyentuhnya, tapi Akiyama tetap membeku dan tidak bisa bergerak.


"Ularnya imut, tahu!"


"B-B-Begitu......"


"Apakah kamu ingin menyentuhnya, Sumi-chan?"


"T-T-Tidak usah.  I-I-Ini bukan karena aku takut....."


Hmm, tampaknya Soyoka menyukai reptil.  Ini adalah sesuatu yang baru kuketahui.  Aku harus menambahkan ini ke dalam ensiklopedia Soyoka milikku.


Dengan mata polosnya, Soyoka memberikan ular itu kepadaku yang tadinya ia kalungkan pada Akiyama.


Bagi orang dewasa, prasangka dan stereotip selalu didahulukan.  Tapi itu tidak berlaku bagi anak-anak.  Ketika aku melihatnya lebih dekat, ular itu memang kelihatan imut.

[TL: Maksudnya orang dewasa takut pada ular karena tahu kalau ular itu berbahaya padahal tidak semuanya menyerang manusia.]


Aku meletakkannya di bahuku untuk mencobanya, dan rasanya enak dan halus saat disentuh.


Selanjutnya, kami memasuki area pameran burung.


Setelah mendapatkan kembali ketenangannya, Akiyama berkata, "Aku suka burung." sambil memegang burung beo di tangannya.


"Ayo, serang pria itu."


"Huh?  Apa kau punya dendam pribadi padaku?"


"Ya, itu karena kamu mengambil Iku dariku."


Mengabaikan tatapan Akiyama, aku melihat Iku yang memang sedang menarik lenganku.


"Kyota Nii-chan, itu apa?"


“Itu burung hantu.  Itu burung yang besar dan keren."


"Wow, keren......!"


Yup, anak laki-laki memang menyukai hal-hal yang keren, bukan?  Mata Iku berbinar saat dia mendengarkan kata-kataku, dan aku menjadi bersemangat dengan pengetahuanku.  Kami berdua menjadi antusias saat membicarakan tentang binatang.


Namun, tatapan Akiyama semakin tajam.


"Aku tidak akan memaafkanmu.  Ayo, terbang ke arah pria itu dan buanglah kotoran di atas kepalanya."


"Hei, tenanglah!  Di mana dirimu yang keren dan bermartabat itu?!"


Dia telah terbakar dalam api cemburu.  Dan entah kenapa aku merasa bahwa burung beo itu sedang mengincarku.


Namun, dari samping, tidak ada keraguan bahwa itu adalah pemandangan gadis cantik nan keren yang sedang bermain-main dengan burung beo, dan penampilan gadis ini cukup fantastis hingga membuat orang lain yang melihatnya berkata, "Wow, dia benar-benar cantik!" dan "Apakah dia seorang model?  Mungkinkah dia sedang syuting?  Hei, di mana kameranya?"


Aku telah mendengar kata-kata itu berulang kali masuk ke telingaku.  Tapi, dia sepertinya tidak memedulikannya.


Sekali lagi, aku dibuat sadar bahwa dia memanglah gadis yang sangat cantik.


"Umm, bolehkah aku meminjam burungnya?"


"Tentu.  Beri aku tanganmu."


Akiyama berjongkok dan menyerahkan burung beo itu kepada Soyoka.


Burung beo itu tampaknya mematuhi Soyoka atau Akiyama sepenuhnya, dan ia langsung pindah ke tangan Soyoka.


Hei, di mana harga dirimu sebagai burung?!


Pemandangan Soyoka dan Akiyama yang memainkan burung beo yang sama membuatku tersenyum, jadi aku memotretnya secara alami.


Aku senang melihat mereka akrab dengan baik.  Soyoka tidak pernah menjadi tipe yang pemalu, dan dia selalu ramah kepada orang yang lebih dewasa darinya.  Namun, aku merasa bahwa Akiyama masih belum sadar tentang jarak di antara mereka.


"Ah.  Aku akan membawa kembali ular yang tadi."


"Jangan!  Nanti Sumi-chan lumpuh lagi!"


Ketika aku mencoba mengambilnya, Soyoka menghentikanku.


Ngomong-ngomong, ini adalah taman dalam ruangan, jadi ukurannya tidak terlalu besar.  Ini adalah tempat yang bagus untuk membawa anak-anak di sore hari.  Kalau ukurannya terlalu besar, tentu itu akan melelahkan bagi anak-anak.


Perbedaan besar antara taman ini dengan kebun binatang adalah bahwa kami tidak hanya melihat binatang saja.


Di ruang teater berikutnya, pengunjung bisa memakai kacamata 3D untuk menikmati gambar dengan sensasi berbeda di mana angin dan getaran akan mereproduksi rasa dari sentuhan, yang biasa disebut 4D.


"Gorila, kyaaa!"


"Ini tidak seperti yang kuharapkan......"


Rekaman gorila gunung di alam liar, yang datang tepat ke arah kami, sangat menakutkan.  Padahal aku mengharapkan sesuatu yang lebih menghangatkan hati.


Ada juga beberapa fasilitas lain seperti ruang teater dan pameran, tetapi tidak ada dari mereka yang bisa dinikmati oleh adik kami.


Karena hari semakin larut, jadi kami memutuskan untuk pulang.


Dalam perjalanan, kami mampir ke toko untuk membeli beberapa suvenir.  Soyoka adalah orang pertama yang menemukan boneka ular.


"Hmm, ada yang aneh."


"Aneh?"


"Ular seharusnya tidak selembut ini."


Ya iyalah.  Itu karena mereka adalah boneka binatang.


Biasanya, toko semacam ini juga menjual suvenir dari hewan yang tidak ada di sini.  Tapi, kenapa tidak ada singa atau penguin, huh?


"Aku akan mengambil yang ini!"


"Aku tidak menyangka kalau mereka menjual boneka binatang yang serealistis ini?"


"Ular ular!"


Itu adalah sosok ular yang terbuat dari karet.  Panjangnya sekitar 30 cm dan sangat realistis.  Jika Soyoka menginginkannya, maka tidak apa-apa, tetapi beberapa orang mungkin tidak akan menyukainya.


Aku juga menemukan beberapa snack yang mungkin disukai Soyoka, seperti kue dan coklat dengan gambar hewan di atasnya, yang menyenangkan untuk dilihat.


Aku menatap Akiyama dan melihat bahwa dia sedang menatap boneka burung hantu.


Mulutnya sedikit rileks.  Tapi ketika dia memperhatikan tatapanku, dia langsung membuang wajahnya dengan gusar.


"Aku hanya memeriksa untuk memastikan setiap detailnya dibuat dengan benar."


"Itu bukan alasan yang bagus, bukan......?"


Iku melirik boneka binatang yang berjejer di rak, tapi ia tidak mengambilnya.


Mereka terlalu mirip, bukan?


Aku tidak punya pilihan lain selain mengambil gantungan kunci boneka binatang armadillo dan burung hantu dan memasukkannya ke dalam keranjangku.


Karena ukuran mereka kecil, jadi harganya seharusnya hanya sekitar beberapa ratus yen.


"Aku tidak menginginkannya."


Akiyama yang melihatnya langsung berkata begitu.


"Lah, siapa juga yang membelikannya untukmu?  Aku membelikannya untuk Iku."


"Masa?"


Karena Iku sangat jujur, jadi tidak ada ruginya untuk membelikannya sebanyak ini.  Yah, lagi pula itu semua dibeli memakai uang ayahku!


Aku segera menuju ke mesin kasir, meninggalkan Akiyama yang tampak pahit.


Aku sebenarnya tidak tertarik dengan barang-barang semacam ini, jadi aku hanya akan membeli beberapa snack dan melanjutkan perjalanan kami.


Aku memintanya untuk memasukkannya ke dalam tas terpisah, jadi aku bisa menyerahkan salah satunya kepadanya.


"Ini, ambillah."


"......Aku akan membayarnya nanti."


"Tidak usah.  Tolong tetap bermainlah dengan Soyoka ke depannya."


Soyoka tampat senang saat ia memakai boneka ular di lehernya.  Apakah kau sangat menyukainya, Soyoka......?


Sementara itu, Akiyama mengambil gantungan kunci burung hantu dari tas dan menggoyangkannya di depan wajahnya.  Dia tersenyum bahagia dan tertawa.  Lalu, dia menatapku.


"Terima kasih.  Aku akan menjaganya dengan baik."


"O-Oh."


Aku tersentak pada ekspresi jujur yang diarahkan langsung padaku, dan aku hanya bisa menggaruk bagian belakang leherku sebagai tanggapannya.


Tolong berhentilah mencoba mengejutkanku dengan ekspresi lain selain ekspresi dinginmu itu.


Kemudian, kami pulang menuju kediaman Akiyama karena dia bilang kalau ibunya telah menyiapkan makan malam di rumahnya.