Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

CLBK Via Aplikasi Kencan [Vol 1 Chapter 1]

Reunited With My Former Lover In A Dating App Bahasa Indonesia




Chapter 1: Anehnya, Semua Orang Memakai Aplikasi Kencan!


Ini bulan Februari, musim dingin tahun kedua kuliahku.


Kehidupan kampus adalah salah satu masa di tengah masa muda, yang sering disebut sebagai musim panasnya kehidupan, dan ketika seseorang ditanya apa itu masa muda, maka kebanyakan orang mungkin akan mengasosiasikannya dengan cinta.


Bahkan bagiku, yang tidak memiliki pola pikir romantis, ketika ditanya apa artinya masa muda bagiku, maka di antara banyaknya pengalaman yang hanya bisa kualami selama masih menjadi pelajar, seperti kegiatan klub, festival sekolah, pekerjaan paruh waktu, dan sebagainya, tetap kata cintalah yang memiliki gambaran paling kuat.


Tentu saja aku juga memiliki pengalaman soal percintaan.


Saat itu, aku bertemu dengan Hikari Takamiya, seorang gadis yang berada di kelasku pada upacara masuk SMA.  Karena tempat duduk kami bersebelahan, kami pun sering terlibat satu sama lain.  Kami mengobrol setiap hari di sekolah, dan ketika itu tidak cukup, kami pulang dan melanjutkannya di LINE, kadang-kadang lewat telepon, dan bahkan kami berkencan juga di hari libur.


Melihat kami yang seperti ini, teman sekelas kami, baik laki-laki maupun perempuan, tidak tinggal diam dan mulai bertanya kepada kami kapan kami mulai berkencan.


Dalam situasi seperti itu, datanglah festival budaya...


Kelas kami selalu ditekan di setiap festival sehingga ini sudah menjadi kebiasaan.  Jadi, kami memutuskan untuk memainkan drama "Romeo dan Juliet".


Pemerannya dipilih oleh semua teman sekelas.  Dan teman-teman sekelasku, semuanya bersatu untuk menjadikanku sebagai Romeo dan Hikari sebagai Juliet.


Berkatnya, kami memiliki lebih banyak kontak selama latihan peran.  Bahkan ketika latihan selesai, teman sekelas selalu pulang duluan dan meninggalkan kami berdua sendirian.


Sekarang, aku mengerti.  Aku menaruh perasaan putus asa di permukaan dan mengatakan kepada diriku sendiri betapa aku sangat menginginkannya.


Aku pun memutuskan untuk melakukannya dalam perjalanan pulang setelah festival.


"Takamiya....."


"Apa......?"


Di taman dalam perjalanan dari sekolah ke stasiun.


Sepulangnya dari latihan festival, kami selalu duduk di bangku ini dan minum soda dari mesin penjual otomatis.


Tapi hari ini, kemungkinan akan menjadi yang terakhir ....... jika aku gagal, maka hubungan kami tidak akan sama lagi.  Dan jika berhasil, hubungan kami mungkin akan berubah, tapi perubahan itu mengarah ke arah yang positif.


Aku ingin mengubah hubungan kami menjadi lebih dari ini.


".....Apa kau mau berkencan denganku?"


Karena saking antusiasnya, pengakuan pertamaku dalam hidup ini berbentuk sebuah pertanyaan.


Aku sedikit khawatir jika Hikari akan kecewa sama sepertiku yang kecewa dengan betapa menyedihkannya diriku ini.


".....Mau?"


Aku terkejut karena menemukan bahwa dia menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan lainnya.


Untungnya, itu berjalan dengan baik.


Kami dilihat oleh semua orang di sekitar kami sebagai pasangan yang serasi, meskipun sering bertengkar.  Dan meski mereka sadar itu, mereka tetap mengakui bahwa kami adalah pasangan yang baik.  Kupikir mereka tidak terlalu mempersalahkannya karena kami selalu berbaikan pada akhirnya.


Namun, jika ada yang namanya awal, tentu ada juga yang namanya akhir.


Sejak bulan November tahun pertamaku di SMA, hingga Februari tahun pertamaku di kuliah, setelah sekitar 3 tahun dan 3 bulan berkencan, kami akhirnya berpisah


***


"Jadi, Sho-chan.  Apakah kau ingin balikan lagi dengan mantan pacarmu itu?"


Di kafe populer dengan interior hitam-putih dan abu-abu yang monoton serta kopi yang nikmat.  Ichinose Enji, menyeka nampan basahnya, dan berkata begitu padaku.


".....Tidak.  Aku tidak menyesalinya!"


"Hmmm...."


Ekspresi Enji tampak seperti melihat menembus diriku, dan tanpa sadar aku langsung mengalihkan pandanganku darinya


"So-chan biasanya tenang.  Tapi ketika menyangkut soal mantannya, dia langsung emosional, huh."


"Apa?  Tidak, itu tidak benar."


"Lihat, kau mulai gelisah."


Enji meletakkan kopi panas pesanannya di atas nampan dengan ekspresi meledek.


Dia seperti pesulap yang sedang membaca pikiranku.


"Apa kau tahu, Sho-chan?  Peluang untuk balikan bahkan tidak sampai dua puluh persen."


"Kurasa kau benar....."


Aku sudah tahu itu.


Sejak hari itu, tidak pernah ada hari di mana aku bisa melupakannya.  Aku telah memikirkannya berkali-kali dan meneliti banyak cara dan kemungkinan agar bisa kembali bersama.  Tapi, kami tidak dipertemukan lagi selama setahun.  Aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan sekarang...


"Kau harus mencari cinta yang baru.  Jika kau tidak bisa melupakannya setelah waktu yang lama, timpa saja dia dengan 'cinta' yang baru."


"......"


"Kusarankan kau untuk menggunakan aplikasi kencan.  Ada banyak gadis cantik di dalamnya."


"Aplikasi kencan ...... bisakah aku melupakannya dengan itu......?


"Lihat, kau masih punya penyesalan, bukan?"


"Ah, tidak.  Aku tidak menyesal."


Dengan wajah yang lebih meledek dari sebelumnya, Enji melarikan diri, sambil membawa nampan kopinya saat dia berjalan menyusuri lorong.


"Sial, dia menjebakku......"


***


Aku sedang duduk di konter dengan Enji setelah pekerjaan paruh waktuku di kafe selesai.


Aku menginstal aplikasi kencan yang direkomendasikan Enji.  Nama aplikasinya adalah Connect.


Aplikasi itu membanggakan jumlah anggota mereka yang terbesar di antara semua aplikasi kencan yang tersedia saat ini, terutama di kalangan mahasiswa.


Mekanismenya sederhana.  Kau melihat profil seorang wanita, jika kau menyukainya, kau bisa mengirim "like" padanya.


Setelah kau melakukannya, maka profilmu akan ditampilkan kepada pihak lain.


Jika ia memberimu "like" balik pada profilmu, maka kalian akan dicocokkan.  Tapi jika tidak, maka kalian tidak akan dapat saling mengirim pesan.


"Sistemnya sangat bagus karena ini memungkinkanmu untuk mengetahui bahwa pihak lain juga memiliki kesan yang baik terhadapmu sampai batas tertentu ketika kalian dicocokkan."


Ada batasan jumlah "like" yang bisa dikirim, dan kau tidak dapat mengirim "like" ke semua orang yang kau lihat.  Ini dibuat agar para anggota tidak melakukan spam "like" kepada orang acak.


"Hei, apakah ini membutuhkan uang?"


Mengirim jumlah "like" yang telah ditentukan dan melihat profil seseorang gratis.  Tapi sepertinya akan dikenai biaya bulanan untuk membuka dan mengirim pesan.


Biayanya 4 ribu yen per bulan.  Itu sedikit curam untuk dompet mahasiswa.


"Jika kau memang serius ingin bertemu dengan seseorang, maka akan lebih baik jika kau menggunakan aplikasi berbayar.  Atau mau coba aplikasi yang gratis?  Tapi kalau yang gratis, biasanya isinya orang-orang sok jual mahal."


Sejujurnya, aku tidak ingin mencari pasangan.  Aku hanya ingin melupakan Hikari.


"Tidak, aku akan pakai Connect ini saja."


"Heh, itu cukup mengejutkan, bukan?"


Jika aku pakai yang gratisan, pihak lain mungkin akan membuat beberapa alasan untuk kabur dariku.  Jadi, mengapa tidak mengeluarkan uang saja agar pihak lain tidak dapat melarikan diri dariku?


"Yah, aku harus segera move on, jadi..."


"Bwahahah, itu terdengar lucu ketika kau tiba-tiba mengatakan hal-hal sok keren seperti itu."


"Jangan meledekku!!!!"


Hal pertama yang harus dilakukan setelah menginstal Connect adalah membuat profil, yang mencakup informasi dasar seperti tinggi dan berat badan, serta tag "hobi".


Sepertinya itu adalah sistem yang memungkinkanmu untuk melihat sekilas apakah kita memiliki minat yang sama atau tidak.  Sedangkan untuk sisanya, yah, begitulah.


"Alasan mengapa Connect bisa memiliki jumlah anggota terbesar di industri aplikasi kencan, mungkin adalah karena tes kepribadian ini.  Para wanita menyukai tes psikologi, jadi mereka menginstal aplikasi ini yah untuk tujuan itu."


Kupikir itu adalah tes psikologis yang mencurigakan yang menggunakan Efek Burnham untuk menghasilkan sejumlah hasil simpatik yang dapat diterapkan pada semua orang.

[TL: Suatu fenomena psikologis ketika seseorang menganggap akurat deskripsi mengenai diri mereka sendiri yang seolah dibuat khusus untuk mereka, padahal deskripsi itu sebenarnya sangat umum sehingga dapat berlaku untuk banyak orang.]


"Apa-apaan ini?  Apa aku harus menjawab seratus pertanyaan ini?"


"Itu adalah cara untuk mengenal dirimu sendiri lebih detail.  Tentu saja, kau tidak akan mempercayainya jika isinya hanya beberapa pertanyaan, bukan?"


"Begitu, yah."


Kemudian, aku mulai menjawab seratus pertanyaan dalam diam dan benar-benar mengabaikan Enji, yang mencoba menginterupsiku saat aku sedang sibuk membaca pertanyaannya.


Aku menyelesaikan tes kepribadian itu dalam waktu sekitar 10 menit.


Kupikir ini akan memakan lebih banyak waktu, tetapi aku senang karena itu memiliki aturan bahwa aku harus menjawab setiap pertanyaannya dalam waktu 5 detik.


Mungkin alasannya karena jika kau tidak memilih jawaban berdasarkan intuisimu, maka kau mungkin tidak akan dapat mengenali dirimu sendiri


"Apa?  Kau cemas dan tidak kooperatif?!  Hahaha, itu benar!"


"Berisik!"


Enji tertawa terbahak-bahak saat melihat hasil tesku.


Tampaknya, ada beberapa tag kepribadian yang ditampilkan, dan sistem sepertinya akan memprioritaskan mereka yang memiliki kepribadian dan nilai yang cocok denganku.


"Tapi, tag kepribadian "Single-minded" ini cukup bagus.  Kupikir para wanita akan menyukainya."


"Begitu, yah."


"Tapi tag kepribadian lainnya sangat buruk, dan itu bisa menciptakan celah.  Para wanita biasanya sensitif terhadap kesenjangan, kau tahu?  Yah, contohnya ketika seekor yankee memberi makan kucing terlantar, itu akan terlihat lebih indah ketimbang ketika orang normal yang memberinya makan, bukan?"


"Kau meledekku lagi, huh?"


"Hahaha!"


Bagian terpenting dalam membuat profil adalah foto diri.


"Aku malu untuk selfie.  Jadi, aku akan membiarkannya kosong untuk sementara waktu."


"Baiklah, ayo kita berfoto sekarang."


Enji tiba-tiba memotretku dengan kameranya.  Itu sangat tidak terduga sehingga hasilnya menunjukkan diriku yang sedang berkedip dengan mulut ternganga.


"Hahaha, wajahmu kocak!"


"Itu kau yang memfotonya!"


"Maaf, maaf, tapi aku menyarankanmu untuk mengupload fotomu di situ.  Itu akan membuat perbedaan layaknya langit dan bumi dalam hal kecocokan jika kau tidak melakukannya."


Aku tidak pernah pandai dalam memposting wajahku di internet.  Satu-satunya waktu di mana aku pernah melakukannya adalah ketika aku berfoto bersama Hikari.


Aku sangat senang dengan foto pertamaku itu sehingga aku menggunakannya sebagai ikon LINE milikku.


Kalau diingat-ingat, cringe juga, yah?


Sayangnya, aku putus dengannya pada akhirnya, dan tidak mungkin aku bisa tetap menyimpan dua foto itu sebagai ikon LINE setelah kami putus.


Setelah mencarinya selama beberapa saat, akhirnya, aku menemukan foto kafe yang biasa aku dan Hikari kunjungi di galeriku.


Mereka yang melihat LINE-ku saat itu pasti sudah menebak, "Oh, mereka pasti putus.  Sayang sekali."


"Tapi, aku tidak mau melakukannya.  Aku baru akan mempostingnya jika aku sedang mood."


"Hmm, lalu bagaimana jika kau tidak mendapatkan pencocokannya sama sekali?"


"Yah, tidak apa-apa."


Setelah melalui informasi dasar, tag hobi, tag kepribadian, dan foto, akhirnya profilku telah selesai dibuat.  Namun, aku tidak dapat melanjutkan ke langkah berikutnya tanpa mengupload satu foto pun.


Yah, kalau begitu, maka aku akan mendaftarkan foto omurice yang Hikari makan.


"Itu foto omurice yang kau pakai sebagai ikon LINE-mu, kan?  Beli di mana itu?"


"Di kafe yang terlihat seperti hutan di depan Stasiun Sannomiya.  Tempatnya sederhana, tapi aku menyukainya."


"Tempat itu bagus, bukan?  Aku ingin pergi ke sana lain kali.  Tapi, ini cukup mengejutkan bagi Sho-chan untuk pergi ke kafe yang stylish sendirian."


"Lah, memangnya kenapa?"


"Karena Sho-chan tidak ramah dan tidak punya teman apalagi pacar.  ......Yah, intinya begitulah."


"Apa maksudmu?"


Seringai yang muncul di wajahnya membuatku kesal.  Kenapa pria ini hobi sekali meledekku?


"Aku temanmu satu-satunya, kan?"


"Berisik!"


"Kau makan omurice itu bersama mantanmu itu, kan?"


Dia mengajukan pertanyaan yang tepat sasaran sambil menyeringai kepadaku.


Orang ini benar-benar menyebalkan.


"Terus kenapa?"


"Kau benar-benar single-minded, bukan?   Kau sangat imut."


"Hentikan.  Itu menjijikkan jika kau yang mengatakannya."


Kami meninggalkan kafe setelah pekerjaan paruh waktu kami selesai dan menuju ke apartemen tempat kami tinggal.


Aku berteman dengan Enji karena aku bertemu dengannya di tempat kerja paruh waktuku.  Aku juga baru mengetahui setelahnya bahwa kami berada di universitas yang sama dan bahkan tinggal di apartemen yang sama pula.


Memangnya, apa itu romcom?  Dan mengapa aku melakukannya dengannya?


"Yah, mari kita kirim dia "like" dulu sebelum kita pulang."


Aku tidak tahu mengapa Enji jauh lebih antusias dibanding diriku, tetapi aku tidak dapat memulainya jika tidak mengirimkan "like".


"Haruskah kita memilih dari menu rekomendasi?"


Berdasarkan hasil tes kepribadian, sistem Connect secara otomatis akan menemukan pasangan yang cocok untukku.


"Wow, luar biasa!  Kecocokannya 98%!"


"Apakah ini seluar biasa itu?"


"Tentu saja!  Mendapat kecocokan lebih dari 90% itu sangat jarang!"


Pihak lain dengan tingkat kecocokan 98% denganku adalah pemilik nama pengguna Akari.


"Tapi, tag hobi ataupun tag kepribadian kami tidak ada kesamaannya sama sekali."


"Tag hobi hanya berguna untuk memberi kalian topik untuk dibicarakan, sehingga tidak memengaruhi tingkat kecocokan.  Sedangkan tag kepribadian juga tidak selalu berarti bahwa orang dengan kepribadian yang sama akan cocok satu sama lain.  Contohnya kita.  Kita sangat berlawanan, tapi kita bisa berteman baik, bukan?"


Bagaimana bisa dia mengatakan hal yang memalukan seperti itu dengan santainya?


"Kau benar, aku tidak bisa membayangkan Enji berkencan dengan gadis seperti Enji.  Itu pasti akan terlihat seperti anjing dengan anjing.  Sama-sama hobi menggonggong."


"Daripada Sho-chan, kucing.  Nyanpasu!"


Aku mengabaikan Enji yang cengar-cengir di sampingku dan mengirim "like" kepada seorang gadis bernama Akari yang kupikir akan cocok untukku.


Ini adalah pencocokan yang bagus, tetapi aku jauh lebih tertarik pada foto profilnya ketimbang itu.


"Hmm, fotonya......"


Foto yang terdaftar di profil Akari bukanlah fotonya sendiri.  Itu adalah foto kafe dan omurice yang sama dengan yang kupasang 


"Wow, itu sama dengan milik Sho-chan!  Bahkan fotonya pun sangat cocok!"


"Ya."


Kami berjalan sekitar 10 menit sampai tiba di apartemen.


Sesampainya di sana, ponselku berdering, dan ketika aku memeriksa layar, ada pemberitahuan dari Connect yang mengatakan, "Anda telah dicocokkan dengan Akari-san."


Katanya, pesan pertama merupakan salah satu elemen terpenting dalam aplikasi kencan.


Di dalam aplikasi juga telah menyiapkan pesan pilihan seperti, "Senang bertemu denganmu! Tolong jaga aku!"


Tapi, Enji mengatakan kepadaku bahwa aku harus menghindari menggunakan pesan kalengan ini, karena itu pasti tidak akan disukai olehnya.


Dalam aplikasi kencan, pihak wanita akan menerima banyak "like" dari pria yang tak terhitung jumlahnya. Itu membuktikan betapa banyaknya jumlah orang yang bisa berkomunikasi dengannya dalam aplikasi ini.


Jelas tidak semua pesan dari mereka akan dibalas olehnya.  Dalam hal ini, kira-kira pesan macam apa yang akan diprioritaskan olehnya.....?


"Pesan yang mudah dijawab, kesan dari kata pertama, dan yang paling penting, apakah pihak lain itu orang yang berakal atau bukan.  Itu saja."


"Kenapa kau masuk ke rumahku?!"


Enji, yang main masuk saja ke dalam rumahku tepat setelah kami tiba di apartemen, menjawabnya dengan penuh percaya diri.


"Tenanglah.  Aku akan mengurusnya agar Sho-chan tidak merusak nilai kecocokan kalian dengan pesan yang tidak sopan."


"Hei, jangan mengatakannya seolah aku tidak kompeten!"


Dan inilah pesan pertama yang kukirim setelah mempertimbangkan saran dari Enji.


[Senang berkenalan denganmu, aku Kakeru.  Kita memiliki tingkat kecocokan 98%, kita bahkan sama-sama memasang foto omurice, bukankah kita terlalu cocok satu sama lain?  Mungkinkah ini takdir?]


"Tulisanmu cukup genit, tidak seperti Sho-chan yang biasanya."


Benar juga.  Setelah aku mengirimkannya, aku berpikir kalau itu agak genit.  Tapi, aku tahu bahwa pria akan populer ketika mereka bersikap agak genit.  Enji pasti berpikiran seperti itu juga.


Aku juga ingin mencampur beberapa lelucon agar tidak membuatnya tampak terlalu formal.


"Aku mengubah nama penggunaku menjadi Kakeru.  Itu hanyalah pelafalan lain dari kata Sho."


"Aku tidak menyukai namanya."


"Kupikir namaku sudah bagus.  Lagi pula, kita seharusnya tidak memasang patok terlalu tinggi."


"Semakin tinggi semakin baik."


Saat kami sedang berdebat, ponselku berdering.  Itu adalah pesan dari Connect.


"Sepertinya itu dari Akari-chan."


Aku membuka kunci ponselku dan membuka aplikasi Connect dan melihat bahwa itu adalah balasan dari pesan pertama yang kukirim pada Akari-san.


[Senang berkenalan denganmu juga, aku Akari.  Aku baru memakai Connect, tapi aku tahu kalau kecocokan 98% itu luar biasa, LOL.]

[TL: Anggaplah dia pakai stiker ketawa.]


"Kau memulainya dengan baik.  Kerja bagus."


"O-Oh."


Rupanya, semuanya berjalan dengan baik.  Sudah lama sejak terakhir kali aku melakukan percakapan dengan seorang gadis, jadi aku tidak yakin bagaimana hasilnya.


Tapi, terlepas dari kenyataan bahwa itu sudah cukup lama, ternyata percakapan kami berjalan sangat hidup.


[Aku bekerja paruh waktu di kafe.  Ngomong-ngomong kopi di sini enak.  Aku juga mengerjakan tugas kuliahku di sana setelah pekerjaanku selesai.  Bagaimana denganmu, Akari?]


[Apa?!  Aku juga bekerja paruh waktu di kafe, tahu?!  Di Starbucks!  Sungguh menakjubkan bahwa kita sangat mirip, LOL!]


[Seperti yang diharapkan dari tingkat kecocokan 98% ... LOL.]


Pada akhirnya, kami bergaul dengan sangat baik hingga Enji tidak perlu mengkhawatirkanku lagi dan hubungan kami menjadi semakin dalam.


[Kapan terakhir kali kamu punya pacar?]


[Itu sekitar setahun yang lalu.  Bagaimana denganmu, Akari?]


[Aku juga sekitaran segitu!  Aku tidak menyangka kalau kita bisa samaan sebanyak ini, LOL!]


Ketika aku sedang memikirkan apa yang harus kubalas, aku menerima pesan lainnya dari Akari-san.


[Kenapa kamu putus dengannya?]


Kenapa, huh?  Penyebab putusnya hubungan kami sebenarnya bukan karena masalah besar.  Tetapi karena aku sangat keras kepala pada saat itu, aku pun kehilangan dirinya.


Aku tidak bisa meminta maaf padanya sekarang. Hikari juga pasti merasakan hal yang sama.


Karena sudah setahun sejak kami putus, jadi sepertinya dia tidak ingin memulainya lagi dari awal.


Jika aku ingin memberitahunya, aku pasti akan menceritakan segalanya.  Jika aku melakukan itu, aku yakin itu pasti akan membuat Akari-san merasa tidak nyaman.


Kalau begitu, aku akan membuatnya menjadi tidak jelas.


[Aku melewati batas.]


[LOL!!!]


Setelah itu, kami bertukar banyak pesan lainnya.  Kami juga membicarakan tentang artis favorit kami.


[Aku lebih suka J-Rock.  Saat ini, aku sedang menyukai Rusty Dog.]


[Rusty Dog memang bagus, bukan!  Kalau aku sih lebih menyukai Bag Number!]


Lalu, kami juga membicarakan tentang film.


[Aku tidak sabar ingin menonton film yang akan rilis nanti.]


[Ah, sebenarnya, aku juga.]


[Wow, kita samaan lagi!]


[Jika aku tidak salah, judulnya adalah......]


[[Ohanabatake mitaina koi o shita!!!]]

[TL: I Fell In Love Like A Flower Garden.]

[TL: Anggap saja mereka berdua mengirim pesannya berbarengan.]


[LOL!!]


Kami juga membicarakan tentang kafe favorit kami.


[Omurice di sana benar-benar enak, bukan?  Dan interiornya juga sangat stylish!  Aku menyukainya dan sering pergi ke sana.]


[Aku dulu juga suka tempat itu.  Tapi aku belum bisa pergi ke sana lagi akhir-akhir ini......]


[Sebenarnya, aku juga.....]


Aku semakin mengenalnya lebih baik dan lebih baik lagi, dan karena aku tidak dapat melihat wajahnya, jadi aku bisa mengatakan hal-hal yang biasanya tidak akan kukatakan kepada orang lain.


[Aku senang bisa chattingan denganmu, Kakeru-san.]


[Aku juga senang bisa chattingan denganmu, Akari-san.]


[Jika kamu tidak keberatan, kita bisa mengunjungi ......] [Kalau begitu, ayo kita pergi......]


Setelah berkomunikasi selama beberapa hari.  Hubungan kami semakin berkembang, dan puncaknya adalah pada Jumat malam.


[[Mau pergi bersama besok?]]


[[Ah, samaan lagi...]]


Kami berdua bereaksi pada saat yang sama terhadap ajakan yang bersamaan pula, dan bahkan di sisi lain layar, aku bisa membayangkan wajah Akari-san sedang tersenyum, meskipun aku belum tahu seperti apa rupa wajahnya.


[Kalau begitu, besok, ayo kita pergi ke kafe dan menonton film ...... bagaimana?  Apa kau mau?]


[Ayo!]


***


Hari kencan dengan Akari-san.


Enji memberitahuku bahwa sangat jarang ada kasus di mana seseorang akan saling bertemu tanpa mengenal wajah satu sama lain sebelumnya.


Aplikasi kencan memiliki lebih banyak anggota pria daripada anggota wanita, dan tampaknya para pria saling bersaing untuk memperebutkan jumlah wanita yang terbatas.


Dalam situasi seperti itu, seorang pria yang tidak mendaftarkan foto wajahnya tentu saja kalah populer, dan hampir tidak mungkin baginya untuk ketemuan dengan seorang wanita.


Para wanita jelas merasa takut untuk bertemu dengan pria yang tidak memasang foto wajahnya.  Karena itu membuatnya terlihat seperti orang yang mencurigakan.  Tapi untungnya, aku berhasil menghindari kesan seperti itu karena kebetulan kami sama-sama memasang foto omurice yang sama.


Tingkat kecocokan, foto omurice yang sama, dan kemudahan komunikasi yang lancar.


Sejujurnya, aku juga terkejut.  Aku tidak pernah merasa segembira ini ketika berbicara dengan seseorang selain Hikari.  Ini memberiku perasaan yang sama seperti saat aku sedang berbicara dengan Hikari.


--- "Fujigaya-kun, apakah kamu memiliki seseorang yang kamu sukai ......?"


Aku mendengar suara Hikari diputar ulang di otakku.


Dia masih memanggilku dengan nama belakangku saat itu, bukan?


Saat itu aku dipanggil dengan menggunakan nada suara yang girly.


--- "Sho!  Coba ini!  Ini lezat!"


Setelah kami mulai saling memanggil dengan nama depan, dia mulai menunjukkanku tentang dirinya yang sebenarnya.


Secara bertahap, itu menjadi jelas bahwa dia hobi makan.


Hikari merasa malu dengan hobinya itu, tapi menurutku itu imut.


Tapi kemudian kami bertengkar, dan aku tanpa sadar mengatakan sesuatu yang tidak kusengaja.


--- "Kau rakus sekali kek kebo!"


Dia suka makan banyak, dan hidangan favoritnya adalah omurice.  Tapi meski hobinya seperti itu, dia malah tidak bisa memasak.


Makan siang yang dia buat untukku pada beberapa kesempatan terasa begitu mengerikan sehingga kata "menjijikkan" akan tepat untuk menggambarkannya.  Tapi saat itu, aku senang memakan makan siang buatannya.


"Aku mencoba aplikasi kencan untuk melupakan Hikari, tetapi yang kudapat malah banyak penyesalan......."


Di sebuah toserba dekat stasiun, aku menyandarkan punggungku ke dinding dan menunggu Akari-san.


Untuk beberapa alasan, berbicara dengan Akari-san mengingatkanku pada Hikari.  Mungkin itu karena aku mulai merasakan hal yang sama tentang Hikari ketika aku berbicara dengannya.


Aku tidak sabar untuk menemukan cinta yang baru dan melupakan Hikari.


Kuharap aku akan segera jatuh cinta dengan orang lain selain Hikari.


Aku memikirkannya saat aku melihat notifikasi "Pesan dari Akari" dari Connect.


Tempat pertemuan hari ini adalah di depan 7/11 di Stasiun Sannomiya.


Ada dua toko 7/11 di Stasiun Sannomiya.  Satu di pintu keluar pusat dan yang lainnya di pintu keluar timur.  Kedua toko ini terletak saling berdekatan, dan hanya berjarak kurang dari 1 menit berjalan kaki.


Karena kedua toko tersebut terletak tepat di luar gerbang tiket, jadi keduanya sering digunakan sebagai tempat pertemuan.  Namun, fakta bahwa ada 7/11 lain di dekatnya pasti menyebabkan banyak orang kebingungan.


Aku pernah mengalami hal itu ketika aku dan Hikari pertama kali bertemu di Stasiun Sannomiya.


--- [Aku ada di pintu keluar timur!]


--- [Eh, bukankah biasanya orang-orang keluar lewat pintu keluar pusat?]


--- [Eh?  Kupikir normalnya lewat pintu keluar timur.  Baiklah kalau begitu.  Maaf, aku akan segera ke sana sekarang!]


--- [Terima kasih.]


Sejak hari itu, setiap kali kami bertemu di stasiun Sannomiya, kami selalu ketemuan di depan 7/11 dekat pintu keluar pusat.


Aku lupa memastikan apakah tempat pertemuan hari ini berada di depan pintu keluar pusat atau pintu keluar timur.


[Ada dua 7/11, yang mana yang ingin kamu tuju, pintu keluar pusat atau pintu keluar timur?]


Pesan dari Akari-san persis seperti apa yang sedang kupikirkan saat ini, dan aku merasa bahwa chemistry yang baik adalah akumulasi dari momen-momen seperti ini.


[Kalau begitu, silakan lewat pintu keluar pusat saja.]


[Seperti yang biasa dilewati orang-orang, iya kan?]


Akari-san, sama sepertiku, dia menganggap bahwa pintu keluar pusat adalah tempat yang cocok.  Berbeda dengan Hikari.


Aku tiba sedikit lebih awal dari waktu yang ditentukan dan dengan gugup menunggu Akari.


Aku jauh lebih gugup dari yang kuduga. Itu jelas.  Karena aku akan bertemu dengan seseorang yang baru beberapa hari saling bertukar pesan.


Dan ini bukan hanya pertemuan semata.  Karena hari ini kami akan makan omurice di kafe favorit kami dan kemudian menonton film yang ingin kami tonton.


Kami belum memutuskan apa yang akan kami lakukan untuk makan malam, tapi kemungkinan kami akan makan bersama.


Aku membuat reservasi di kafe dan mendapatkan tiket film.  Pakaian yang kukenakan telah dipilih oleh ahlinya.  Sepatuku bersih.  Rambutku sudah dipangkas dan kukuku juga sudah kupotong.  Intinya, aku merasa sangat tampan hari ini.


Aku ingin tahu apakah aku memiliki bau mulut atau tidak, tapi karena aku baru berusia 20 tahun, seharusnya tidak ada yang perlu kukhawatirkan, bukan ......?


Saat aku mengembuskan napas ke tangan dan memeriksanya, aku menerima notifikasi dari Connect.


Karena Akari-san adalah satu-satunya orang yang dicocokkan padaku, jadi tentu saja itu darinya.


[Aku baru saja turun dari kereta!  Aku akan ke sana sekarang...]


Karena kami tidak mengenal wajah satu sama lain, jadi hal pertama yang harus kulakukan adalah memberitahunya seperti apa penampilanku sebelum kami bertemu


[Aku mengenakan mantel krem ​​panjang.  Bagaimana dengan Akari?]


[Ah, aku juga memakai warna krem!  Aku mengenakan jaket boa!]


[Berarti kita samaan dong?  LOL.]


[Nee!  LOL.]


Aku gugup, tapi aku juga sangat menantikannya.


Ekspektasi tentang orang seperti apa yang akan datang terasa mirip seperti melakukan gacha dalam sebuah game.


Karena aku belum pernah melihat foto Akari-san, jadi aku berekspektasi tinggi padanya.


Aku mendongak dari ponselku dan bertanya-tanya apakah sudah waktunya baginya untuk tiba?


"Terima kasih sudah menunggu, Kakeru-san~  Namaku A---kari....?"


Aku mendongak dari ponselku dan melihat Akari-san, yang telah berkomunikasi denganku selama beberapa hari.


......Kupikir, orang yang memanggilku adalah Akari-san.  Karena memang begitulah yang seharusnya.


Tapi dari dialog sebelumnya, gadis di depanku ini sudah pasti dia.  Tapi kenapa ......?


""Loh------?""


Aku bahkan tidak yakin apakah ini kenyataan atau mimpi.


""Loh kok elu?!!!!""


Seharusnya, aku akan bertemu dengan seseorang yang baru kutemui untuk pertama kalinya.  Tapi, orang yang ada di depanku ini bukanlah orang yang baru kutemui, melainkan orang kedua dari lawan jenis yang paling sering kutemui setelah ibuku.


"Kenapa kau ada di sini?" "Kenapa kamu ada di sini?"


Akari-san, orang yang memiliki janji temu denganku di depan 7/11 dekat gerbang tiket Stasiun Sannomiya, ternyata adalah mantan pacarku, Takamiya Hikari.


Dan hari ini, aku dipertemukan kembali dengan mantan pacarku melalui aplikasi kencan.