Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tidak Ada Yang Percaya Padaku [Chapter 67]

No One Believed Me. If You Say You Believe Me Now, It’s Too Late Bahasa Indonesia




Chapter 67: Siapa Itu Nikaido?


Mari singkirkan soal publikasi manga dari pikiranku untuk sekarang. Saat ini pikiranku hanya disibukkan dengan publikasi novel.


Tapi aku ingin membaca manga yang digambar Mitobe-sensei…….


Karakterku akan bergerak seperti apa nanti?


Ah tidak, sekarang aku harus fokus mandi dulu.


Tapi memangnya bisa ya menggambar 100 halaman dalam waktu sesingkat itu? ......Dia pasti memiliki sesuatu yang istimewa dalam sifatnya. Tidak, usaha hariannya saja pasti luar biasa. Aku harus belajar darinya.


Untuk sekarang, aku harus mandi dan menenangkan pikiranku.


Ada pemandian besar di paviliun gedung tempat para siswa menginap. Dan itu pemandian udara terbuka.


Dikarenakan tidak semua siswa dapat memasuki pemandian, kami pun memasuki pemandian sebagai unit dua kelas.


Sejak aku mulai hidup sendiri, aku terkadang suka pergi ke pemandian umum.


Merendam tubuhku di bak mandi besar terasa sangat menyenangkan. Itu adalah tempat yang sempurna untuk memikirkan perkembangan novelku.


Aku ingat saat aku masih SMP di sekolah alam, aku langsung meninggalkan bak mandi tanpa merendam diri. Karena aku ingin cepat-cepat menyendiri–


Aku melepas pakaianku di ruang ganti dan meletakkan handuk di leherku.


Hari ini aku banyak bergerak, jadi tubuhku terasa berdebu. Andai saja di sini ada sauna……


“O-Oi Shinjo, kenapa kau telanjang begitu!?”


Hiratsuka terlihat ketakutan, aneh.


Melihat para siswa di sekitarku, rupanya mereka memiliki handuk yang melilit di pinggang mereka. Jadi seharusnya......seperti itu ya? Tidak ada yang melakukan itu di pemandian umum yang biasa kukunjungi.


“Nanti juga kau lepas handukmu saat masuk ke bak mandi, kan. Tidak usah malu begitu.”


"Benar. Aku setuju dengan Shinjo.”

Hirano menyela dari samping. Tubuhnya yang besar terlihat berotot dan kuat.


Dia adalah anggota klub judo. Otot-otot dadanya yang terlatih dengan baik pun berkedut.


"Jadi bagian depannya harusnya ditutupi? Padahal mau diapakan pun tidak masalah, kan? Maksudku, ayo langsung masuk saja ke sana! Waktunya terbatas, kan!"


Yamada, yang juga memiliki tubuh kuat yang terlatih di klub baseball, meraih bahuku.


Ini menjengkelkan, tapi aku tidak keberatan. Itu adalah cara dia berkomunikasi denganku.


"......Bagaimana ya caraku mengatakan ini, kalian bertiga luar biasa.”


Kukira Hiratsuka akan lebih bersemangat, tapi ternyata tidak begitu. Dia menutupi bagian depannya dengan handuk dan rambutnya yang panjang diikat ke belakang.


"P-pokoknya, ayo masuk!"


Pemandiannya cukup luas. Dengan begitu banyak orang di sana, bak mandinya akan terisi dengan cepat.


Hal pertama yang kulakukan adalah membilas tubuhku di kamar mandi.


Kurasa mungkin Anri sekarang juga sedang berendam di bak mandi.


Sambil membilas badan, aku masih memikirkan Anri. ......Aku harus menghapus pikiran kotorku.


"…..Kau Shinjo, kan? ......kau, hubungan macam apa yang kau miliki dengan Shinozuka-san?”


Ada siswa yang tidak kukenal tiba-tiba berbicara padaku saat aku sedang membilas tubuhku.


Yang dikatakannya cukup tidak sopan, tapi aku tidak peduli.


"Oi, jangan mengabaikanku."


“Aku tidak mengabaikanmu. Aku dan Anri cuma teman."


Kurasa dia tidak menyukai jawabanku, karena dia terlihat sedikit kesal.


Siapa sih pria ini?


"Haa? Kau memanggilnya dengan nama depannya. –Hyo?! Dingin tahu!?"


Pria kasar itu tiba-tiba melompat, kaget.  Sepertinya ada yang menyiramkan air ke kepalanya.


Melihat ke belakangnya, rupanya ada seorang pria besar dengan wajah tampan.


Pria itu…… tentu saja Nikaido, teman masa kecil Anri.


“Owada, jangan melakukan hal yang bodoh, dong. Bukankah tidak sopan bertemu dengannya untuk pertama kalinya dengan sikap seperti itu? Maaf, kupanggil Shinjo saja tidak masalah, kan? Aku Nikaido.  ......Aku satu kelas dengan orang ini."


“Tunggu, tunggu?! Aku begitu karena orang ini selalu genit pada Shinozuka-san!”


"Lalu apa masalahnya bagi kita? Jika Shinozuka senang, itu sudah cukup bagiku. Jangan cemburu, lah."


“M-maaf…..”


Apa ini? Aku tidak bisa mengikuti percakapan mereka sama sekali. Aku hanya ingin membilas tubuhku. Aku tidak ingin mencari masalah.


Hirano dan Hiratsuka, yang berada di kamar mandi juga tapi agak jauh dariku, menatapku dengan prihatin.


Aku pun hanya melambaikan tangan dan memberi tahu mereka bahwa aku baik-baik saja.


Nikaido lalu menyingkirkan Owada dan duduk di sebelahku dan mulai membilas diri. Owada membungkuk padaku dan pergi ke teman sekelasnya.


"Aku minta maaf, ya. Dia bukan orang jahat kok.  ......Yah, namanya juga pubertas. Hei, bolehkah aku bicara denganmu sebentar?"


"Aku tidak keberatan, tapi......bolehkah aku membilas tubuhku dulu?"


“Aduh! Kalau begitu ayo kita segera membilas diri!"


"Y-ya."


Pasti orang ini sangat populer. Dari sudut pandang seorang pria, dia memang cukup tampan dan senyumnya alami serta menarik.


......Teman masa kecil Anri, ya.


Tanpa banyak bicara kami pun cepat-cepat membilas tubuh kami dan pindah ke area terbuka.


Bak mandi tempat kami berada ada di udara terbuka.


Dan tidak ada orang yang mendekatiku dan Nikaido.  ……Kenapa, ya?


"Sekali lagi aku minta maaf. Namaku Owada dan dulu kami sekolah di SMP yang sama."


"Apakah sama juga dengan Anri?"


"Hmm? Ah, begitu ya. Shinozuka memberi tahu Shinjo soal SMP-nya, ya?"


Dalam kehidupan sehari-hari kami setelah Destinyland, Anri dan aku melewati Nikaido.


Dan saat itulah Anri bercerita tentang masa lalunya.


Hari itu adalah kenangan yang tidak akan pernah aku lupakan.


Nikaido pun menggaruk kepalanya.


"Ahh, iya, kau luar biasa. Aku sangat menghormatimu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa soal itu. Terima kasih. Sungguh, terima kasih banyak."


"Tidak, aku tidak berutang budi apapun pada Nikaido."


"Yah, bagi Shinjo, itu benar."


Nikaido melanjutkan ceritanya.


"Seperti yang mungkin sudah kau dengar, Shinozuka menjadi seperti itu karena salahku. Aku sudah lama kepikiran hal ini……"


Aku kesal dengan nada bicaranya.


Suaraku pun menjadi sedikit lebih kuat.


"-salahmu? Sudah lama kau kepikiran hal itu? Egois sekali."


Nikaido menatapku dengan tatapan tajam. Namun aku tidak peduli dan melanjutkan. Tapi anehnya, aku merasa tidak tahan.


"—Kami tidak ingin ada hubungannya dengan siapapun. –Kenapa kau bicara padaku dengan wajah biasa begitu? Kenapa kau......mencoba dekat denganku..... Tidak peduli seberapa keras kau mencoba, kau tidak akan bisa menghapus masa lalu.  ......Begitulah pikirku."


Kata-kata yang ditujukan pada Haruka, Miyazaki, dan Saito-san di masa lalu sudah cukup jelas.


Mereka adalah masa lalu, bukan sekarang.


Dan itu bukan kata-kata untuk Nikaido.


Masa lalu ya masa lalu, bukan masa sekarang.


-Masa lalu memang tidak bisa dihapus, tapi luka bisa disembuhkan. Masa sekarang dapat dihargai dan dijalani sekarang juga.


Dia pasti juga pria yang baik. Mungkin dia ingin melakukan sesuatu untuk Anri.


Aku merilekskan diri dan menenggelamkan tubuhku ke dalam bak mandi sampai sebatas bahu.


"Bagiku, Anri adalah orang terpenting di dunia ini.  –Aku akan melindunginya."


Tubuhku terasa panas. Bukan karena aku sedang berendam di bak mandi. Tapi karena karena aku memikirkan Anri.


Tidak ada yang bisa mengalahkan perasaan ini.


Nikaido tersenyum, lalu menghampiriku, dan merangkul bahuku?


K-kau terlalu dekat.


"Shinjo, hari ini adalah pertama kalinya aku melihat Anri tersenyum dari lubuk hatinya. Dan itu saat dia bersamamu. Aku belum pernah melihat senyum yang seindah itu sebelumnya. Yakinlah, aku tidak punya niat untuk terlibat dengan Shinozuka dan menyakitinya—.”


......Aku bisa maju bersama Haruka. Bahkan Nanako dan aku bisa mengobrol dengan normal.


Begitu pun dengan perdamaian kembali antara Nikaido dengan Anri…….


"Jangan menatapku seperti itu. Aku tidak apa-apa kok. ……Sejujurnya, sekolah adalah tempat yang istimewa, bukan? Aku tidak bisa memaafkan diri sendiri atas kesalahanku, dan aku sudah bekerja sangat keras sejak saat itu. Jadi biar kuyakinkan kau. Tidak akan ada lagi orang yang terlibat dengan kalian berdua. Kami tidak akan membiarkannya."


"Nikaido? ……lalu bagaimana dengan Owada yang tadi?"


"Maaf soal dia.  ......Aku akan mengawasinya, kok."


Aku tidak merasakan egoisme apapun dari diri Nikaido.


"Aku merasa sedikit kepanasan, jadi aku akan pergi duluan ya. Teman sekelas Nyanta juga mengkhawatirkanmu, tuh."


 -Hmm? Barusan dia bilang "Nyanta"? Tunggu, apa-apaan?


"Oi, Nikaido?! Apa-apaan! Kenapa kau memanggilku Nyanta—"


Untuk sesaat, wajah Haruka muncul di benakku, tapi dia bilang, "Aku lupa." Itu artinya dia betul-betul lupa. Dia memiliki kepala yang istimewa memang. Itu yang membuatnya berbeda.


Nikaido, yang sudah keluar dari bak mandi, tersenyum kecut.


"Kau tahu [†Jet Black Fallen Angel Dark Angel†], kan?"


......Tentu saja tahu. Penulisnya mulai memposting tahun lalu dan dengan cepat menempati posisi pertama secara keseluruhan. Kurasa ada laporan buku di saat yang sama dengan punyaku. ……


"Mungkinkah….."


"Haha, itu cuma pikirmu. Aku sudah bilang sebelumnya kalau aku tidak akan terlibat dengan Shinozuka, tapi karena aku benar-benar menyukaimu, aku akan terlibat denganmu, dan kita adalah saingan di industri yang sama, kan. Kuharap kita bisa bekerja sama mulai dari sekarang!"


Nikaido menepuk pinggulnya yang kencang dan pergi ke tempat teman-teman sekelasnya berada……. Apa-apaan orang ini? Aku bisa mencium aroma yang sama seperti aroma Haruka dan Dojima,......


J-jadi orang itu tidak akan terlibat dengan Anri rupanya.


Tapi dia ingin terlibat denganku……


"Ooi, Shinjo! Kau baik-baik saja!?"


"Maksudku, apakah Shinjo cocok-cocok saja dengan Nikaido?"


"Aku mencoba jauh-jauh darimu, karena kukira kalian sedang membicarakan sesuatu yang serius."


Yamada, Hiratsuka, dan Hirano mendatangiku dengan khawatir.


"Nikaido itu sangat terkenal, kan? Dia atletis, pandai belajar, dan sangat populer, tapi dia juga terkenal karena tidak tertarik pada perempuan."


"Seisi kelas D benar-benar berpusat pada dirinya. Dia terkenal di sekolah lain karena ketampanannya dan kudengar dia juga merupakan seorang model."


"….Shinjo juga lumayan sih."


Entah bagaimana, aku terkejut karena diriku merasa lega ketika berbicara dengan orang-orang ini.


"Aku agak lelah…….Ngomong-ngomong, Yamada, apa kau dan Tanaka-san betul-betul tidak berpacaran?"


"Gooo!? Yang benar saja!? Seperti yang kubilang Shinjo, kami tidak pacaran!!"


"Luar biasa, besok mau hujan, kan? Maksudku, Tanaka-san datang untuk menonton pertandingan tempo hari, kan? Membawa bento buatan sendiri pula."


"……Aku iri dengan cerita itu. Aku......takut pada......perempuan."


"Hirano memang sangat populer! Kau tidak lihat berapa banyak cokelat yang dia dapatkan di hari Valentine? Dan semua orang juga merayakan ulang tahunmu."


Aku tahu, Hirano populer karena kepribadiannya yang baik.


Berbicara soal ulang tahun, ulang tahunku ada di paruh kedua liburan musim panas. Aku akan mencoba untuk tidak mengingat......kenangan buruk apapun sekarang.


"Bukankah Shinjo mendapat pengakuan cinta setiap hari saat baru masuk sekolah dulu?"


"T-tidak, itu…. tidak benar"


"Haa!? Apa maksudmu tidak benar! Aku tidak mengerti!!"


Aku menghabiskan sisa waktu dengan mendengarkan Yamada dan yang lainnya berbicara omong kosong, kadang-kadang juga menceritakan kisahku sendiri.


Kali ini, yang tidak istimewa sama sekali tentunya, tampaknya......sangat memuaskan.


Jantungku mulai berdebar-debar membayangkan bertemu Anri di waktu senggangku setelah ini.