Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Romcom Ala Wali Murid [Vol 1 Chapter 3]

The Love Comedy Which Nurtured With A Mom Friend Bahasa Indonesia




Chapter 3: Menyenangkan Rasanya Saat Mengantar Dan Menjemput Adik Sekolah


Hari ini, Senin, adalah hari pertama sekolah adikku.


Karena kami meninggalkan rumah mengikuti jam masuk sekolahku, jadi kami tiba lebih awal daripada anak-anak yang lain.  Namun, tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena TK yang dihadiri adikku juga dilengkapi dengan fasilitas penitipan anak.  Apalagi tarifnya cukup terjangkau.


Tepat setelah tiba di TK, Soyoka langsung berlari ke arah guru dengan penuh semangat tanpa menoleh sedikit pun kepadaku.  Sebenarnya itu bagus, tapi entah kenapa aku merasa agak kesepian.


Bukankah seharusnya kau lebih gugup di hari pertamamu sekolah...?


Setelah dari TK, aku berangkat ke sekolah menggunakan sepedaku dan memarkirnya di tempat parkir khusus sepeda di sekolah.


Suara latihan pagi klub baseball bergema di pagi hari.


Sekolah yang kuhadiri adalah SMA biasa.  Kalau tidak salah, nilai deviasinya di tengah-tengah, kan?


Kebanyakan lulusan SMP di sekitar sini pada dasarnya lebih memilih untuk mengikuti ujian SMA negeri atau memilih SMA swasta terbaik untuk jaga-jaga.  Tapi tidak seperti mereka, aku memilih SMA yang sesuai dengan kemampuan akademikku.


Yah, meskipun nilaiku tidak cukup baik, setidaknya aku selalu bekerja keras untuk mengantar dan menjemput Soyoka.


Sekolah yang kuhadiri adalah SMA biasa yang serius dalam hal pembelajaran maupun kegiatan klub.


Nah, karena aku tidak menginginkan kehidupan SMA yang istimewa, jadi menjalaninya dengan biasa-biasa saja sudah cukup bagiku.  Mari kita menikmati hari yang damai hari ini sambil memikirkan Soyoka.


Setelah itu, aku mulai berjalan dengan tas di bahuku sambil mengulet.


Kemudian, aku bertemu dengan wajah yang kukenal, yaitu, Akiyama Sumi, yang kutemui di upacara masuk TK.


"Ah, halo, Akiyama-san!"


Aku memanggilnya sambil melambaikan tanganku.


Sampai minggu lalu, aku tidak pernah berpikir untuk berbicara dengan Akiyama, Takane no hana.  Tapi kali ini, kami sudah bukan orang asing lagi, karena mulai sekarang, dia mungkin akan bisa membantuku dan Soyoka, jadi mari mulai berteman baik dengannya.


"Oh..."


Dia membalas sapaanku sambil menghampiriku 


Setelah melihat sekitar secara perlahan, Akiyama menyipitkan matanya dengan kesal.  Lalu, dia menarik lengan bajuku dan membawaku pergi.


"Kemarilah sebentar."


"Eh?  Apa?"


Aku bertanya sambil kebingungan, tetapi Akiyama tidak mau berhenti.


Kami keluar dari tempat parkir sepeda di mana banyak murid mulai berdatangan dan mulai berjalan ke arah berlawanan ke arah pintu masuk.


Dia membawaku ke bagian belakang gudang yang digunakan oleh petugas kebersihan.


"Ada apa?"


"Sst, diam."


Akiyama meletakkan jari telunjuknya di mulutku dan berkata dengan tajam.  Terdorong oleh momentum itu, aku hanya bisa bersandar di dinding.


Ngomong-ngomong, Akiyama yang kulihat saat ini sangat berbeda dari apa yang kulihat saat upacara masuk TK.


Entah karena ilusi atau khayalan karena kekagumanku pada gadis cantik di kelas, tapi matanya saat ini berada di bawah titik beku sekarang, itu sedemikian rupa sehingga aku tidak bisa mempercayai ingatanku sendiri.  Dia mungkin saja bisa membunuh seseorang hanya dengan tatapannya saja.  Matanya jelas tidak sama dengan apa yang kulihat saat upacara masuk TK.


"Tolong rahasiakan tentang apa yang terjadi di TK."


Kata-kata yang keluar darinya ternyata mendukung ingatanku di hari Sabtu.


Melihat dari dekat, sekali lagi aku merasakan kecantikan yang tidak nyata darinya.  Aroma yang lembut dan manis menggelitik rongga hidungku.


"Eh?  Tapi kenapa?"


"Aku tidak ingin orang-orang tahu banyak tentangku."


"Maksudmu tentang adikmu?"


"....Bagaimanapun juga, kita hanya teman sekelas, jadi jangan mencoba terlibat denganku seperti tadi."


"Hanya teman sekelas..."


Kata-kataku terhenti.  Tatapannya yang dingin menusukku.


"Jika hal ini sampai bocor ... kamu tahu akibatnya, kan?"


"Aku tidak tahu ... tapi aku mengerti.  Aku berjanji tidak akan membocorkannya, apakah itu sudah cukup?"


"Ya."


Akiyama berbalik dan pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi seolah urusannya denganku telah selesai.


Aku cukup aktif menyebarkan fakta tentang eksistensi adikku, jadi aku tidak tahu apa alasannya untuk menyembunyikannya.  Tapi yah, kita memang tidak seharusnya membicarakan tentang keluarga kita di sekolah, bukan?  Bahkan teman dekat pun biasanya tidak mengetahui tentang struktur keluargamu, jadi aku tidak bisa mengatakan kalau dia salah.


Setelah membersihkan debu di belakang punggungku dengan lembut, aku keluar dari gudang.


Tidak ada lagi sosok Akiyama di sana.  Sebaliknya, justru Mizukilah, orang yang memiliki wajah tampan, yang berjalan ke arahku.  Dia datang dari arah lapangan tenis.


"Hei, Kyota!  Apa ada hal menarik yang terjadi?"


"Mizuki?  Apa kau mendengar apa yang kami bicarakan?"


"Tidak, tidak.  Aku hanya melihat Akiyama-chan keluar dari kejauhan.  Setelah itu, aku berkata dalam hati, "OMG!"  Ah, mungkinkah itu cerita yang sulit untuk dibicarakan?"


Mizuki menyeka keringat di dahinya dengan handuk yang tergantung di lehernya.


Jika hal itu dilakukan oleh laki-laki biasa, maka itu akan terlihat panas dan pengap.  Tapi jika itu dilakukan oleh laki-laki ini, itu akan terlihat indah dan menyegarkan.


Jika dinilai berdasarkan bau seragam dan antiperspirant yang dipakainya, apakah dia baru saja menyelesaikan latihan pagi klub tenisnya?


Kami berdua kemudian masuk ke gedung sekolah bersama-sama, mengganti sepatu, dan menaiki tangga karena kelas tahun kedua berada di lantai dua.


"....Kami hanya berbicara sebentar."


"Hmm, tapi kau tahu?  Kau berbicara dengan Akiyama-chan, loh."


Mizuki tersenyum penuh arti.  Ya, aku bisa mengerti bahwa berbicara dengan Akiyama secara normal saja adalah hal yang istimewa.  Tapi tidak, dia tidak seperti yang semua orang pikirkan, dia hanyalah seorang kakak yang idiot!  Tapi aku tidak akan memberitahunya karena aku telah disuruh untuk tutup mulut.


"Biar kutebak, kau pasti habis mengaku padanya dan mendapat penolakan, bukan?"


"Huh?  Kenapa kau berpikir kalau aku ditolak?"


"Apa kau tahu sudah berapa banyak pria yang mengaku kepada Akiyama-chan dan ditolak olehnya?"


Aku tidak percaya kalau ada hal seperti itu yang terjadi.  Itu terasa sangat mengerikan ketika membayangkan ditolak olehnya dengan tatapan menghinanya itu.


"Tidak, tidak.  Di hatiku hanya ada Soyoka seorang."


"Sayang sekali.  Kupikir kau sudah mulai tertarik kepada para gadis."


"Aku hanya tertarik pada Soyoka!  Hari ini adalah debut TK-nya, kau tahu?!  Nih, lihat fotonya."


"Mulai lagi..."


Meskipun ia mengatakan itu, tapi Mizuki selalu mendengarkanku yang membual tentang adikku.


Tunggu, mungkinkah orang ini ... mengincar Soyoka?!  Jadi itu alasan kenapa dia masih belum punya pacar ... aku tidak akan memaafkanmu ,Mizuki!


"Entah kenapa, aku merasa seperti kau sedang membayangkan hal yang tidak-tidak."


"Bukan seperti itu.  Ngomong-ngomong, seharusnya Soyoka tidak akan menyukai pria tampan dengan kepribadian buruk sepertimu."


"Huh?  Apa yang sedang kau bicarakan?"


Aku akan mengawasi terus Soyoka sebelum diterkam olehnya!


"Apakah kau tidak ingin mencari pacar atau semacamnya?"


"Karena aku telah memutuskan untuk menggunakan seluruh waktuku sepulang sekolah dan jiwa ragaku hanya untuk Soyoka, jadi akan sulit bagiku untuk menemukannya kecuali jika dia sama-sama penyuka anak kecil sepertiku."


"Kau terdengar seperti duda beranak satu."


Itu adalah hal yang aneh untuk didengar darinya.  Sambil berjalan menyusuri lorong, kami melanjutkan percakapan kami.


"Tapi meskipun begitu, Akiyama-chan lumayan cocok, bukan?"


"Aku tidak menyangka kalau Mizuki akan mengatakan hal seperti itu pada gadis itu."


"Itu karena setiap kali aku bicara dengannya, dia akan meresponnya dengan dingin.  Tidak ada gadis lain seperti dirinya, jadi itu cukup seru dan menyenangkan."


Orang ini ... kalau dipikir-pikir, dia adalah pria yang tidak pernah kesulitan dalam menghadapi para gadis.  Mungkin karena dia selalu didekati oleh para gadis, jadi dia lebih suka pasangan yang tidak mudah untuk ditaklukkan.


Akhir-akhir ini, dia sering membuat lelucon tentang guru muda yang baru saja menjadi wali kelasnya.


"Apakah dia akan dingin juga hari ini?"


"Aku terkejut bahwa kau memiliki hobi seperti itu."


"Kau akan mengerti ketika melihat wajahnya."


Sesampainya di kelas, aku melihat Akiyama yang sedang duduk di dekat jendela.


Figur Akiyama saat di sekolah sangatlah sempurna.  Keindahan dan keunggulannya tetap sama tidak peduli dari sudut mana kau melihatnya.


Mizuki langsung berbicara dengannya dengan senang hati dan ditanggapi dengan dingin.  Ugh, dia terlihat shock karenanya.


"Wah, HR hari ini akan dipakai untuk memutuskan siapa yang akan bertugas di setiap komite~"  ujar seorang wanita yang datang bersamaan dengan bel masuk.


Saat dia berdiri di podium kelas, suasana kelas langsung mereda.  Dia adalah wali kelas kami, Kijimura Tamaki-sensei.  Saat melihatnya, wajah Mizuki langsung berubah menjadi senyuman.


"Kiji-chan, kau terlihat cantik juga hari ini!  Apa kau baru saja memotong ponimu?"


"Eh, bagaimana kamu bisa mengetahuinya, Amayo-kun?"


"Itu karena aku selalu memperhatikan Kiji-chan."


"Aku akan mengatakannya sekali lagi, jangan menggoda gurumu, oke?"


Kijimura-sensei mengatakan itu sambil merapikan poninya dengan ujung jarinya.  Aku sama sekali tidak tahu di mana letak perbedaannya.  Biasanya, jika Mizuki membuat pernyataan yang memuji wanita tertentu, maka barisan murid perempuan akan marah besar, tapi itu tidak terjadi pada Kiji-chan, yang disukai oleh semua murid.


Yah, dia berada di akhir usia 20-an, jadi dia tidak terlalu tua.  Dan dia juga seseorang yang bisa dengan mudah digoda oleh Mizuki tanpa ragu sedikit pun.


Tapi, tidak ada yang mengira kalau Mizuki sebenarnya serius, jadi ketika dia membuka mulut manisnya, itu malah diterima dengan baik oleh para gadis.


"Yah, kalau begitu, sebagai hukuman karena telah menggoda gurumu, Amayo-kun, kamu yang akan melanjutkannya!"


Kupikir itu ide yang bagus karena tugas itu diserahkan kepada Mizuki, karena itu terlalu merepotkan.


"Ekspresi marahmu juga imut, Sensei."


"Fufu, aku tahu itu."


"Kalau begitu, aku akan melakukan yang terbaik karena Sensei yang imut telah memintaku melakukannya."


Saat berdiri di podium, Mizuki mengambil kapur dan menulis daftar komite di papan tulis secara berurutan.


"Apakah ada yang bersedia melakukannya?  Jika memungkinkan, aku ingin ini diputuskan secepatnya."


Aku tidak berniat menjadi bagian dari komite.  Saat pagi dan pulang sekolah, aku harus mengantar dan menjemput Soyoka sehingga aku tidak boleh melakukan kegiatan yang tidak perlu.


Waktuku khusus kudedikasikan hanya untuk Soyoka!


Mizuki pasti tahu hal itu, jadi dia tidak akan menyuruhku melakukannya.  Murid-murid lainnya juga sepertinya telah melupakan kehadiranku seperti yang biasanya mereka lakukan.


Dengan munculnya beberapa orang yang mencalonkan diri, penentuan komite pun berjalan dengan lancar, dan Mizuki menuliskan nama mereka di papan tulis.


Sebenarnya ada banyak alasan kenapa mereka ingin bergabung dengan komite, dan aku senang saat melihat teman-teman sekelasku termotivasi untuk melakukannya.  Mungkin karena mereka ingin mendapatkan tugas yang nyaman sebelum mereka dipaksa untuk melakukan tugas yang tidak mereka sukai.


"Heh?  Jadi ini berjalan lebih lancar jika Amayo-kun yang melakukannya dibanding aku, huh?"


Guru yang bersandar di jendela dan mengawasi dengan santai, sekarang mulai merasa tidak tenang.  Itu karena Mizuki memiliki kepemimpinan dan popularitas, sehingga semua orang mau bekerja sama dengannya.


Pada akhirnya, hanya kolom ketua Kelas yang masih kosong.  Posisi Ketua Kelas dan Wakil Ketua Kelas masing-masing membutuhkan satu orang.


Jika dibandingkan dengan komite kelas atau komite festival yang memiliki ratusan tugas, maka posisi Ketua Kelas bisa dibilang kalah populer.


Entah kenapa aku takut kalau aku yang akan ditunjuk.


"Kalau begitu, selanjutnya adalah Ketua Kelas, jadi..."


Mizuki menatap kelas dengan tatapan penuh kesulitan.  Di depannya, ada atmosfer yang seolah ingin mendorong seseorang untuk melakukannya.  Semua orang terlihat seperti ingin menghindarinya.


Jika seperti ini terus, maka anak yang memiliki keyakinan diri rendah akan ditunjuk dengan alasan karena dia "terlalu serius."  ini sudah seperti itu sejak aku SMP.


Aku tidak suka situasi ini, tapi ... aku juga tidak mau melakukannya, jadi aku hanya bisa diam dan mengamatinya saja.


Namun, bertentangan dengan harapanku, posisi Ketua Kelas telah diputuskan.  Itu karena Akiyama mencalonkan dirinya sendiri dengan tangan terentang.


"Oh, Akiyama-chan, kau mau melakukannya?"


"Ya, aku akan melakukannya."


"Bagus, terima kasih.  Kalau begitu, ketua kelasnya adalah Akiyama-chan."


Kelas tiba-tiba menjadi ramai karena dia, yang biasanya tidak menunjukkan perilaku agresif, tiba-tiba mencalonkan diri menjadi Ketua Kelas.  Namun, aku merasa heran karena alasan yang berbeda.


Apakah tidak apa-apa baginya untuk menjadi Ketua Kelas, padahal dia harus mengantar dan menjemput adiknya?


Tidak, hanya karena aku sibuk bukan berarti Akiyama juga, kan?  Mungkin hanya kebetulan saja dia yang mengantarnya saat upacara masuk TK dan nanti giliran orang tuanya yang akan mengantar dan menjemput adiknya saat hari kerja atau bisa juga mereka menggunakan bus sekolah.


Dia memiliki nilai yang sangat baik dan juga sangat populer, jadi aku tidak keberatan.  Tapi, kepemimpinannya masih patut dipertanyakan karena dia tidak terlalu terlibat dengan orang lain.


"Kalau begitu, Wakil Ketua Kelasnya adalah..."


"Kupikir Amayo-kun lebih cocok jadi Ketua Kelas karena kamu lebih populer dariku."


Seperti sedikit merajuk, Kijimura-sensei berkata begitu.  Kupikir itulah alasan mengapa dia terlihat agak kurang nyaman tadi.


Kupikir itu cukup beralasan.  Mizuki memiliki popularitas dan kepemimpinan, jadi tidak akan ada yang menentangnya.  Jika Akiyama tidak mengangkat tangannya, maka Mizukilah yang akan menjadi Ketua Kelasnya.


"Karena itu permintaan dari Kiji-chan, jadi mau bagaimana lagi.  Lagi pula, jika aku menjadi Ketua Kelas, bukankah aku akan menjadi semakin dekat dengan Sensei?  Tunggu, mungkinkah memang itu rencanamu, Sensei?!"


"Tentu saja tidak!  Anak-anak, siapa yang mau menjadi---!"


"Hehe, sayangnya ini sudah diputuskan."


Mizuki menyeringai dan menulis namanya sendiri di kolom terakhir.


Sepertinya dia benar-benar menyukai Kijimura-sensei.  Aku yakin pasti para gadis ingin berlomba-lomba untuk mencalonkan diri menjadi wakilnya, tetapi sayangnya, itu sudah diputuskan untuk menjadi milik Akiyama.


"Salam kenal, Akiyama-chan."


"Ya, salam kenal."


"Senang bisa menjadi Ketua Kelas bersamamu.  Tahun lalu kita berada di kelas yang berbeda, tapi aku selalu tertarik denganmu."


"Ya, tapi secara khusus aku tidak berbeda dengan orang lain."


Meski ditanggapi dengan dingin oleh Akiyama, tapi entah kenapa ia malah tampak senang.


Sambil tersenyum, ia melihat ke arah kelas dan menyatakan berakhirnya pemilihan anggota komite.


Ketika Kijimura-sensei yang tampak puas keluar, para murid langsung menjadi heboh.  Di tengah kebisingan itu, yang masuk ke telingaku adalah kesan kontras dari pihak laki-laki dan perempuan.


"Bukankah anak itu sangat tidak sopan?"


"Aku tidak percaya dia tetap dingin terhadap Mizuki!"


"Seperti yang diharapkan dari Akiyama-san!  Dia tidak kehilangan ketenangaannya saat berhadapan dengan Mizuki?"


Setelah itu, aku mengikuti kelas hari ini sambil melihat-lihat foto Soyoka untuk mengisi ulang energiku.


Setelah HR selesai, kami pulang, dan para murid bergerumul menjadi kelompok tiga atau lima orang.  Setengah dari mereka pergi ke kegiatan klub dan setengah lainnya langsung pulang.


Aku sendiri langsung pulang menjemput Soyoka.  Senang rasanya bisa mengantar dan menjemput adikku setiap harinya mulai sekarang.


Sambil mengendarai sepeda emak-emak dengan kursi anak kecil, aku bergegas menuju TK adikku.


"Tunggu aku, Soyoka!"


Aku mencoba mengemudi dengan aman sembari menekan perasaan yang meluap-luap ini.


Pada prinsipnya, mengendarai sepeda harus melintasi sisi kiri, dan sebagai kakak yang baik, aku harus mematuhi peraturan lalu lintas.  Aku juga harus memperhatikan kecepatan serta para pejalan kaki dan mobil yang melintas.  Aku takut kalau itu akan menjadi kebiasaan jika aku ugal-ugalan hanya karena sedang sendirian sekarang.  Jika aku mengalami kecelakaan saat membonceng Soyoka, maka itu akan menjadi masalah besar.


Karena perjalanan menuju TK berlawanan dengan arah stasiun, jadi tidak ada banyak teman sekolah yang melewati jalan yang sama.


Sungguh hal baik karena jalannya tidak terlalu padat hari ini.


"Uwoooooo!!"


Aku mengayuh dengan sekuat tenaga sambil memperhatikan keselamatanku sendiri.


Bukankah dengan kecepatan ini aku akan bisa berpartisipasi dalam Tour de France di Machali saat lulus nanti?


Perasaan ingin bertemu dengan adikku membuatku sangat bersemangat sekarang.


Namun, sesuatu yang menghancurkan semangatku itu muncul dari belakang.


"Mustahil!  Apakah kau mencoba menyalipku?!"


"Bisakah kamu berhenti membuat keributan di jalan?  Aku merasa malu hanya karena berada di sekolah yang sama denganmu."


"Ada apa denganmu?!  Datang-datang kok bikin sewot?!"


Itu adalah Akiyama yang muncul dengan ekspresi dingin di wajahnya.


Ia memakai rok pendek selutut yang berkibar-kibar di udara karena terkena embusan angin.


Kupikir itu tidak cocok untuk dipakai saat bersepeda.  Tapi anehnya, bagian pahanya tidak kelihatan.  Tidak, tunggu, aku tidak sedang mencoba untuk mengintipnya, sungguh.


"Hebat juga kau karena mampu mengejarku ... Oh, hei!"


Akiyama terlihat anggun bahkan saat mengendarai sepeda.  Kakinya yang menginjak pedal juga terlihat santai dan tidak mengandung kekuatan.  Namun, tiba-tiba dia meningkatkan kecepatannya dan melompat ke depanku.


Dia juga menggunakan sepeda emak-emak sama sepertiku, tapi ada bagian yang sangat berbeda dari milikku


"Listrik....!  Jadi kau memakai sepeda listrik!"


"Oh, memangnya kenapa?  Aku tidak mau menjadi sepertimu yang mengayuh pedalnya begitu keras hingga berkeringat meski ini masih awal musim semi."


"Apa kau mengejekku?!"


Sambil tersenyum penuh kemenangan, Akiyama mempercepat lajunya.


Sepeda listrik.  Itu adalah kendaraan kelas atas yang mampu melaju kencang tanpa banyak usaha dengan menggunakan bantuan tenaga listrik.


Itu adalah instrumen peradaban yang mampu meluncur deras bahkan di tanjakan hanya dengan sedikit menarik gas.


"Itu benar-benar melanggar aturan!"


Mengantar dan menjemput anak adalah sebuah tradisi, dan untuk melengkapi tradisi itu, kita harus menggunakan sepeda emak-emak dengan kursi khusus anak tanpa bantuan teknologi apa pun!


Demi emak-emak di seluruh negeri dan demi adikku yang sedang menunggu dijemput, aku tidak boleh kalah darinya!


Aku mengangkat pinggulku dan mengayuh sekeras yang kubisa.  Ketika kami memasuki daerah perumahan yang dekat dengan TK adikku, aku berhasil berbaris di sampingnya.


"Apakah kamu berniat memboncengi adikmu dengan cara mengemudi yang kasar seperti itu?"


"Tentu saja!  Itu karena Soyoka menyukainya!"


Melintasi turunan dan tanjakkan sangat menyenangkan, seolah-olah sedang naik roller coaster.  Ketika ia sudah besar nanti, aku akan mengajaknya ke taman hiburan di Yamanashi yang terkenal dengan mesin-mesinnya.


Ketika aku mengintip dari samping, Akiyama tampak sedikit senang.


Aku sebenarnya tidak bisa membaca ekspresi wajahnya seperti biasanya, tapi dia terlihat baik-baik saja atau sedang dalam suasana hati yang baik.


"....Apa?"


"Tidak, kupikir auramu saat ini sangat berbeda dari yang di sekolah.  Apakah ini dirimu yang sebenarnya?"


"Tidak, itu sama saja."


Tidak, itu benar-benar berbeda ... tapi yah, setidaknya aku tahu bahwa Akiyama adalah tipe orang yang mudah diajak bicara.  Jika ini di sekolah, dia pasti akan mengabaikanku.  Aku belum pernah melihatnya berbicara dengan senang hati seperti ini sebelumnya.


"Apakah Akiyama ingin menjemput adik juga?"


"Ya.  Ibuku sedang bekerja, jadi aku disuruh untuk mengantar dan menjemputnya."


"Oh, begitu."


Melihat Akiyama, aku bisa mengerti mengapa dia sedang dalam suasana hati yang baik.


"Aku tahu apa yang kau rasakan.  Aku juga berpikir bahwa mengantar dan menjemput adik setiap hari adalah hal yang luar biasa!  Itu membuatmu bersemangat, bukan?"


"Tidak juga."


"Ayolah, tidak perlu merasa malu, kau terlihat begitu ceria saat upacara masuk TK kemarin, tahu?"


"Ah, itu! I-Itu karena Iku..."


Seolah merasa malu, Akiyama memalingkan wajahnya dariku.  Perubahan ekspresi di wajahnya masih jarang seperti biasanya, tetapi emosinya jauh lebih kaya dari yang sebelumnya.


Yah, kau sangat menyukai adikmu, bukan?  Aku mengerti kok bagaimana rasanya.  Aku senang karena kau sama sepertiku soalnya teman-temanku yang lain tidak ada yang memiliki adik dengan rentang usia yang jauh.


"Kuharap kau juga ceria di sekolah, sama seperti saat kau sedang bersama Iku."


Menurutku, suasana lembut yang ia tunjukkan di depan Iku akan membuatnya menjadi jauh lebih populer dibanding suasana dingin yang ia tunjukkan ke orang lain.  Meskipun dia tetap populer, sih.


"Nah, aku akan mengajarimu cara untuk merasa ceria ketika kau sedang tidak bersama adikmu.  Pertama, buka galeri di ponselmu.  Kemudian, lihat-lihatlah foto adikmu!"


Senyuman dari malaikat pasti akan mampu menghilangkan semua penatmu!  Kau akan menerima efek samping jika kau tidak membukanya setiap ada waktu luang!  Jika Akiyama mau, aku bisa mengajarinya bagaimana cara membuka ponsel secara diam-diam di kelas.


Bagi Akiyama, foto Ikulah yang akan memainkan perannya.


"Tidak, terima kasih.  Seperti yang kukatakan tadi pagi, aku tidak ingin orang-orang di sekolah tahu tentang Iku."


"Benarkah?  Kalau aku malah ingin semua orang mengetahui tentang adikku."


Bahkan menurutku seluruh Jepang harus tahu betapa imutnya Soyoka.  Jika ia menjadi aktor cilik, kupikir ia akan menjadi sangat terkenal.


Tidak, jika ia begitu, nanti waktu yang ia habiskan bersamaku akan berkurang, jadi aku menolaknya.


"Aku akan berada dalam masalah jika sesuatu terjadi pada Iku karena diriku."


"Kupikir ... semuanya akan baik-baik saja."


"Tidak, itu karena aku tidak terlalu disukai di sekolah..."


Dia mengatakannya dengan suara yang begitu kecil sehingga hampir tersapu oleh suara rantai yang berputar.


Akiyama sangat populer di kalangan anak laki-laki sebagai gadis cantik yang tertutup dan juga dianggap sebagai gadis keren oleh kalangan anak perempuan.  Oleh karena itu, tidak ada alasan baginya untuk tidak disukai.


Namun, beberapa di antara mereka ... meskipun hanya sebagian kecil, ada juga kelompok anak perempuan yang memandang Akiyama sebagai musuh bebuyutannya.  Bahkan dalam penentuan anggota komite hari ini, aku mendengar suara-suara yang mengatakan hal-hal buruk padanya.


Apakah memang ada kemungkinan bahwa Iku akan diincar oleh mereka?


Aku tidak bisa mengatakan tidak.  Tapi, apa yang akan kulakukan jika ada niat jahat yang mungkin diarahkan pada Soyoka?


Tentu saja aku akan mencoba menghindarinya, sama seperti yang dilakukan Akiyama.  Oleh karena itu, aku tidak bisa mengatakan bahwa kekhawatirannya itu tidak berdasar.  Selain itu, aku sangat menyukai caranya yang memikirkan keselamatan adiknya.


Setelah itu, tanpa adanya percakapan lagi, aku ngebut ke TK secara vertikal.  Aku sampai berkeringat hanya karena mengejar Akiyama.


Kecepatan sepeda listrik terlalu kencang, bukan?


Lalu, kami tiba di TK dan memarkir sepeda kami.


"Tunggu.  Tapi, itu tidak menjelaskan mengapa kau bersikap begitu dingin di kelas, bukan?  Dan aku tidak mengerti mengapa kau mau menjadi ketua kelas."


Ketika aku bertanya secara tiba-tiba, Akiyama mengunci sepedanya dan menatapku.


"Karena itu membuatku menjadi lebih keren."


"Huh?"


"Aku bertujuan untuk menjadi kakak yang keren dan cantik, agar Iku bisa menyombongkanku pada teman-temannya."


"Oh, gitu, yah..."


Orang ini ... dia adalah kakak yang idiot, bukan?  Dan jangan menyebut dirimu sendiri sebagai gadis cantik!


Gambaran tentang Aikayama di dalam pikiranku langsung runtuh dengan suara keras.  Siapa itu yang mengatakan kalau dia bertalenta?   Dan mengapa dia begitu sedih jika adiknya terlibat?


Kemudian, aku memutuskan untuk menjemput Soyoka yang sedang menggambar di kelas dan langsung membawanya pulang.


Wajah Akiyama yang menarik lengan Iku di sampingnya tampak rileks, dan sejauh ini, nampaknya rencananya untuk menjadi kakak yang keren akan mengalami kesulitan.