Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Aku Suka Dia Duluan [Vol 1 Prolog]

I Liked Him First Bahasa Indonesia




Prolog


"Komugi-chan, ayo kita mulai dari teman!"


"Sakurako, itu berbahaya, tahu."


Komugi-chan memberiku helaan napas kecil.


Sepertinya dia terkejut karena aku tiba-tiba muncul dan memeluk lengannya dari belakang.


Matanya yang bulat terlihat sangat imut.  Komugi-chan bisa dibilang dingin dan tanpa ekspresi, tetapi sebenarnya ia cukup mudah dimengerti.  Tapi, kupikir itu karena aku berhubungan dekat dengannya dan sering melihatnya juga.


"Ya, aku terkejut karena hujannya turun cukup deras saat aku keluar dari stasiun.  Bisakah kamu mengantarku sampai ke sekolah?"


"Yah, mau bagaimana lagi."


"Yeay!"


Meski sempat terkejut, tapi dia dengan santai tetap memiringkan payung yang ia pakai ke arahku.


Jika kau melakukan itu, bahumu akan basah, bukan?


"Sini, masuklah."


"Eh?"


Komugi-chan selalu melakukan hal-hal yang keren.  Termasuk ketika kami pergi bersama atau makan di hari libur.


Jika aku bingung saat memilih di antara dua makanan yang ingin kupesan, maka ia akan memesankan keduanya.  Jadi, kalau kita berbagi separuh-separuh, aku akan bisa memakan keduanya, bukan?


Aku senang, tapi aku tidak berpikir kalau itu ide yang bagus untuk menempatkan dirimu sendiri di nomor dua.  Tidak peduli berapa kali aku menegurnya, kupikir itu adalah sifat bawaannya, tapi sebagai teman dekatnya, aku merasa sedikit khawatir padanya.

[TL: Lebih mementingkan orang lain dibanding diri sendiri.]


"Tapi, apa maksudmu "mulai dari teman"?"


"Aku hanya mencoba menirunya saja.  Sebagai bentuk pengakuan, itu benar-benar dialognya, bukan?  "Aku sudah menyukaimu sejak pandangan pertama!  Mari kita mulai sebagai teman!" tapi aku tidak suka itu."


"Kenapa?"


"Karena teman itu lebih rendah dari pacar, bukan?"


"Aku penasaran apakah memang benar begitu...?"


"Ya, dia ingin berkembang dari teman menjadi kekasih.  Jika kamu mengetahui berapa banyak teman yang ia punya, kamu pasti akan sangat kecewa."


"Kalau begitu, apakah menurut Sakurako pacar itu lebih penting?"


"Yah, aku tidak tahu karena aku belum pernah pacaran.  Ah, tapi aku memiliki gambaran bahwa hubungan seseorang dengan pacarnya akan berakhir ketika mereka putus."


"Terus, kalau teman bagaimana?"


"Bahkan jika mereka saling menjauh sedikit, tapi jika mereka bertemu lagi, hubungan mereka akan kembali lagi seperti semula!"


"Jadi maksudmu, hubungan antar teman jauh lebih dalam daripada sepasang kekasih?"


"Menurutku begitu.  Tapi, aku bertanya-tanya apakah istilah "lebih dari teman tetapi kurang dari kekasih" membuat semua orang berpikir bahwa menjadi sepasang kekasih jauh lebih baik daripada sekadar teman?"


Komugi-chan sedikit merenung karena pertanyaanku.  Sebenarnya, tidak apa-apa jika dia mengabaikannya, tetapi dia malah menerimanya dengan serius dan memikirkannya dengan hati-hati agar ia tidak mengatakan hal-hal yang menyakitiku.  Inilah hal yang kusuka dari Komugi-chan.


"Secara umum, bukankah bagus jika memiliki banyak teman?  Tapi kenapa itu dianggap tidak bermoral ketika dia tidak hanya memiliki satu teman?"


"Itu karena kita akan diperlakukan secara spesial jika kita adalah satu-satunya orang yang ia miliki, bukan?"


"Yah, pada saat yang sama mungkin mereka akan saling menganggap temannya sebagai orang nomor satu.  Tapi teman nomor satu tidak selalu untuk orang itu sendiri, bukan?  Dia mungkin saja memiliki teman yang lebih dekat darinya, atau mungkin hanya orang itu saja yang menganggap dirinya sebagai temannya.  Tapi, jika mereka adalah sepasang kekasih, mereka bisa mengatakan bahwa mereka adalah yang terbaik untuk mereka berdua.  Jadi, mungkin itu sebabnya di dunia ini, kekasih jauh lebih berharga daripada teman."


"Eh?  Kalau begitu, jika Komugi-chan sudah berkencan dengan seseorang, apakah kamu tidak akan bermain denganku lagi?"


"Jangan khawatirkan itu, karena aku tidak memiliki niat untuk berkencan dengan seseorang sejak awal."


"Mou!"


"Kenapa kamu ngambek?"


"Kamu belum sadar akan pesonamu sendiri, Komugi-chan!  Kamu cantik sekali, tahu?!"


"Apa sih yang orang paling imut di sekolah ini katakan padaku?"


Komugi-chan sepertinya berpikir bahwa aku sedang bercanda atau menyanjungnya saja.  Tapi, sebenarnya itu adalah fakta.  Ada banyak orang yang tertarik dengan Komugi-chan, tapi dia malah selalu merasa kesepian.  Yah, tapi sejujurnya aku juga merasa senang, soalnya kami jadi bisa menghabiskan banyak waktu bersama.


"Kalau aku sih akan tetap bergaul dengan Komugi-chan meskipun aku sudah berkencan dengan seseorang!"


"Kamu seharusnya lebih mengutamakan pacarmu."


"Apakah kamu tidak mendengarku barusan?!  Aku sama sekali tidak bisa untuk tidak bermain denganmu, tahu?!"


"Iya, iya."


"Mmm.  Apakah tidak ada seseorang yang Komugi-chan suka?"


"....Aku tidak terlalu ingin membicarakan hal itu."


Jawabannya selalu sama tidak peduli berapa kali aku menanyakannya.  Padahal, aku ingin sekali membicarakan tentang topik seperti itu dengannya.


"Apakah Komugi-chan tidak tertarik pada percintaan?"


"Menurutku jauh lebih menyenangkan untuk bermain bersama Sakurako.  Apakah Sakurako tidak merasa seperti itu juga?"


"Mou."


Karena dia menghindari topiknya terus, kupikir dia sebenarnya tertarik pada itu juga.


Tapi, kurasa tidak tepat bagiku untuk memaksanya untuk mengatakannya.  Hubungan yang ideal adalah ketika Komugi-chan mengatakannya berdasarkan kemauannya sendiri.  Aku bertanya-tanya bagaimana caranya agar bisa membuatnya melakukan itu?


Kemudian, tanpa terasa, kami telah tiba di sekolah saat sedang asyik mengobrol.


Mengucapkan terima kasih kepada Komugi-chan atas payungnya, aku meletakkan tanganku di pintu kotak sepatu.


Tiba-tiba, entah kenapa, aku punya firasat.  Aku punya firasat bahwa sesuatu akan berubah secara signifikan jika aku membukanya.


"Apa ini?"


"Apakah itu surat cinta lagi?"


Pandangan Komugi-chan tertuju pada amplop putih di tanganku.


"Eh?  Aku tidak sering mendapatkannya .... ah!"


Isinya tergelincir karena tidak ditutup dengan pita atau semacamnya.  Aku mengambil kertas putih yang terjatuh itu dan melihat apa isinya.


"Ha...?!"


Ada untaian huruf yang tidak ada hubungannya dengan cinta untukku.


Uh...  Uh...  apa-apaan ini?  Apa yang orang ini bicarakan?  Seperti yang diharapkan, aku dibuat bingung olehnya.  Apa yang harus kulakukan?  Bagaimana reaksi Komugi-chan?


"Umm, maaf, tapi bisakah kamu membantuku melihat ini sebentar?"


"Huh?  Ada apa dengan suratnya?"


Suara Komugi-chab penuh dengan ketegangan.  Pengirimnya tidak dikenal.  Isi teksnya juga tidak jelas.  Yang paling penting, isinya tidak ditulis tangan atau diketik menggunakan komputer, melainkan memakai potongan huruf dari koran dan disatukan secara kolase.


"....Sakurako, apakah ada seseorang yang dekat denganmu akhir-akhir ini?"


Komugi-chan bertanya berdasarkan isi surat itu.


"Eh?  Tidak.  Kalau memang ada, aku pasti sudah menceritakannya ke Komugi-chan."


"Lalu, apakah baru-baru ini ada seseorang mengaku padamu?"


"Belum ada sejak aku kelas dua."


"Kalau begitu ... Sakurako, apakah ada orang yang kamu sukai?"


"Eh?"


"Ada?"


"...Umm, itu... yah..."


Meskipun awalnya aku agak ragu untuk mengatakannya, tapi pada akhirnya aku tetap memberi tahu nama seorang anak laki-laki padanya.  Saat aku mengatakan itu.  Komugi-chan membuka matanya lebar-lebar, mungkin karena ia cukup terkejut saat mendengarnya.