Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Romcom Ala Wali Murid [Vol 1 Chapter 4]

The Love Comedy Which Nurtured With A Mom Friend Bahasa Indonesia




Chapter 4: Lukisan Adikku Terlalu Indah


"Nananananana..."


Nada lagu yang menyenangkan terdengar dari Soyoka.


Minggu pertamanya di TK sudah berakhir, dan setiap kali ia pulang ke rumah, ia selalu menyanyikan ulang lagu-lagu yang ia pelajari di TK, jadi aku sangat menantikan untuk mendengarnya setiap hari.


Apalagi, suara nyanyian Soyoka layaknya malaikat.  Di masa depan nanti, mungkin saja ia akan menjadi diva.


Jika aku merekam suaranya dan mengirimkannya ke perusahaan rekaman, bukankah ia bisa langsung debut saat ini juga?  Punya banyak bakat memang mengerikan.


Pembawaan lagu oleh kakak kelasnya yang berjudul "Pesta Penyambutan Murid Baru" tampaknya sangat berkesan baginya, sehingga ia terus mengulanginya di rumah.  Dia tidak dapat mengingat liriknya, jadi hanya sebagian dari melodinya saja yang ia ulangi terus-menerus.


"Kau bernyanyi dengan sangat baik Soyoka!"


"Aitou!"

[TL: Arigatou maksudnya.]


"Ucapan terima kasihmu juga imut, Soyoka!"


Aku merasa senang sekaligus kesepian saat memikirkan bahwa ia akan bisa mengatakan semakin banyak dan banyak lagi kosakata di masa depan.  Saat di mana ia bisa berbicara dengan lancar tidak akan lama lagi.


"Bisakah Soyoka mengulangi lagunya lagi?  Karena aku ingin merekamnya di video."


"Gamau "


"Ayolah, Soyoka!  Ah, sepertinya aku harus memasang kamera pengintai di seluruh rumah..."


Ya, aku akan merekam semua pertumbuhan Soyoka di rumah.  Dan aku juga akan memasangnya di TK!  Hehehe...


"Onii-chan bertingkah aneh lagi."


Soyoka yang menatapku dengan jijik juga tampak imut!


Saat aku sedang melakukan pekerjaan rumah, Soyoka biasanya menonton TV atau bermain dengan mainannya.  Aku lega karena Soyoka baik-baik saja ketika aku sedang tidak mengawasinya.


Aku melirik ke TV dan melihat bahwa "Koisuru Minisuka-chan", sebuah anime yang membuat Soyoka kecanduan, sedang ditayangkan.

[TL: Miniskirt-chan.]


||  "Shirt-san, aku melihatmu! Aku melihatmu dengan Jeans-san di manekin!"


||  "Apakah kamu mencoba menuduhku bahwa aku berselingkuh, Miniskirt-chan?"


||  "Memangnya aku salah?"


||  "Sungguh merepotkan ... aku akan pulang terlambat lagi hari ini.  Aku tidak perlu malam yang luar biasa darimu."


||  "...Oke.  A-Aku paham."


Seperti biasa, anime macam apa ini...?!  Ini bukanlah tontonan yang seharusnya dilihat oleh anak kecil.  Ini mirip seperti anime romance yang tayang di siang hari kecuali para karakternya yang berupa pakaian sehari-hari.


Ngomong-ngomong, atasannya adalah karakter pria sedangkan bawahannya adalah karakter wanita.


"Kasihannya, Minisuka-chan..."


Soyoka terlihat sangat emosional sehingga dia menyeka air matanya dengan lengan bajunya.


Dia sangat sensitif.  Apakah anak TK bisa memahami apa isi dari drama ini?


Minisuka-chan dikatakan populer secara misterius karena karakternya yang imut dan alur ceritanya yang sangat solid.  Anime ini memiliki reputasi yang bisa dinikmati baik untuk orang dewasa maupun anak-anak.


Beberapa gadis di kelasku juga ada yang mengikuti anime ini, dan terkadang pembicaraan mereka masuk ke dalam telingaku.


Ada banyak karakter di dalamnya, dan tokoh utamanya adalah Minisuka-chan, istri dari Shirt-san, yang berselingkuh darinya.


||  "Shirt-san ... aku tidak akan menyerah!  Aku pasti akan membuktikan bahwa akulah yang paling cocok untukmu!"


Ceritanya berakhir ketika Minisuka-chan memantapkan tekadnya.  Tapi, aku tidak mengerti ini...


"....Kupikir sudah waktunya untuk menyiapkan makan malam."


"Ya!"


Ibuku bekerja sampai larut malam juga hari ini.


Rumahku terlalu luas untuk tinggal berdua dengan Soyoka, jadi kami hanya menggunakan lantai satunya saja.


Soyoka, yang berlari kencang dari ruang tamu, bergegas ke lemari es dengan senyum lebar di wajahnya.  Itu karena aku baru saja belanja bahan makanan tadi.


Berkat orang tua kami yang bekerja tanpa istirahat, jadi kami tidak memiliki kekhawatiran soal masalah keuangan.  Tapi tetap saja, ini sulit bagi kami untuk tinggal berduaan saja.  Untungnya, aku bisa melakukan yang terbaik untuk Soyoka!


"Aku mau makan steak!"


"Tidak ada steak hari ini.  Bagaimana dengan tumis daging dan sayuran?"


"Aku tidak mau memakannya jika Onii-chan memasukkan paprika hijau ke dalamnya..."


Dia menatapku seolah-olah dia sedang mengawasi setiap sayuran yang kuambil dari kulkas.


Kubis, wortel, bawang ... dia sedang memantau sayuran yang berjejer di talenan, dan ekspresi wajahnya berubah menjadi keputusasaan saat paprika muncul.  Matanya terbuka lebar dan gemetar.


"Kejam..."


"Dari mana kau belajar kata-kata seperti itu?"


"Kalau aku makan paprika hijau, aku akan berubah menjadi hijau juga!"


"Haha, mana mungkin..."


Yah, mau bagaimana lagi.  Mari buat makanan hari ini tanpa menggunakan paprika.


Ketika aku mengembalikannya ke dalam lemari es, senyuman Soyoka mulai kembali.  Ekspresinya yang berubah-ubah sangat imut sehingga aku tidak tahan untuk menggodanya terus.


Soyoka kemudian buru-buru membawa bangku dan berdiri di depan wastafel.


"Biarkan aku yang melakukannya!"


Soyoka berkata begitu sambil mengangkat kedua tangannya.  Kemudian, aku menyingsingkan lengan bajunya sambil tersenyum melihat betapa imutnya dia.  Dan akhirnya, aku mencuci tanganku sampai bersih dan menunggu giliranku.


"Kalau begitu, mungkin aku akan menyuruhmu mencuci kubisnya."


"Oke~"


Aku menaruh kubis yang dipotong seukuran mulut ke dalam saringan dan menyerahkannya pada Soyoka.


Akhir-akhir ini, dia sering membantuku.  Aku senang saat melihat dia mulai tumbuh dewasa, baik secara mental maupun fisik.


Karena tidak aman jika menggunakan pisau, jadi perannya saat ini adalah mencuci sayuran.


"Bukankah ia akan menjadi istri yang baik di masa depan ... tunggu, apa?!  Aku tidak akan membiarkannya menikahi siapa pun!"


"Onii-chan ngomong sendiri mulu."


Aku menumis daging dan sayurannya secara kasar dan membumbuinya dengan garam dan merica serta consomme.  Ini adalah hidangan sederhana ala pria.


Aku menaruh semua lauknya di meja yang luas dan duduk berdampingan dengan Soyoka.


"Terima kasih atas makanannya!"


Menggunakan garpu untuk anak-anak, aku menyuapinya sedikit demi sedikit.


"Lezatnya~"


Sepertinya tidak sia-sia aku membuatnya, karena ia memakannya dengan lahap.


"Apakah di TK menyenangkan?"


"Iya!  Karena aku menggambar di sana!"


"Tunggu, di mana hasil gambarmu?  Cepat serahkan padaku, karena aku akan memindainya, melaminatingnya dan memajangnya secara permanen!"


Lukisan buatan Soyoka adalah mahakarya!


"Sudah kubuang."


Aku memuntahkan darah ketika dia mengatakan itu dengan nada ringan.


Tampaknya, aku harus menyusup ke dalam TK dan mengobrak-abrik tempat sampahnya untuk mengamankan mahakarya tersebut.  Tidak, tidak.  Itu malah akan membuatku terlihat seperti penjahat sungguhan.


Aku akhirnya memutuskan untuk menyelesaikan makan malamku dan membersihkan mejanya.  Dan setelahnya, aku menyodorkan kertas dan krayon pada Soyoka.


"Apakah Soyoka mau menggambar juga di rumah?"


"Eh?"


"Aku akan memberikanmu pudingku nanti."


"Oke!"


Kesepakatan telah selesai.  Soyoka pun melemparkan dirinya ke atas karpet dan memegang krayon hitam sambil menggoyangkan kakinya.


"Tangannya tidak goyah.  Apakah dia jenius yang sebenarnya...?"


Aku tidak yakin apa yang sedang dia gambar.  Namun, tidak diragukan kalau karya epik sedang diciptakan.


Secara bertahap, bentuknya mulai terlihat.


"Oh, itu orang ... tidak mungkin!  Apakah ini gambar Onii--chan?!"


"Ini gambar Iku."


Iku......


Tanganku gemetar karena shock berat.  Sejak kapan kalian menjadi begitu dekat?


Kalau diingat-ingat, hari ini sepertinya ia juga sedang bermain bersama Iku ketika aku menjemputnya...


Karena aku dan Akiyama menjemputnya pada waktu yang hampir bersamaan, jadi mereka berdua dititipkan di penitipan anak yang sama juga.


Ini curang!  Padahal aku yang memintanya untuk menggambar, tapi malah dia yang digambar.  Iku Akiyama, aku tidak akan memaafkanmu!  Kau telah membuatku menjadi musuhmu sekarang!


Sementara aku sedang terbakar dalam persaingan, Soyoka meneruskan gambarnya.  Meskipun gambarnya tidak terlalu bagus, tapi aku dapat melihat dengan jelas bahwa dia sedang menikmati bermain-main dengan peralatannya.  Bahkan orang yang digambarnya juga terlihat bahagia.  Ah, kenapa bukan aku yang di sana...?


"Sudah selesai!"


"Seperti yang diharapkan dari Soyoka!  Terlalu jenius!  Meskipun aku menginginkannya, tapi aku kesal karena Iku yang menjadi modelnya ... ah, Soyoka!  Kenapa kau tidak menggambar kakakmu saja lain kali?  Itu pasti bagus!"


"Soka capek.  Soka mau nonton anime dulu."


Soyaka melemparkan krayonnya dan pergi ke sofa.


Tak perlu dikatakan lagi, aku kemudian memintanya untuk menggambarkanku lukisan yang lainnya lagi.


Kemudian, ilustrasi yang kudapatkan dengan syarat bahwa aku akan memberikannya lebih banyak puding selama seminggu, telah dibingkai dan dipajang di kamarku.