Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Si Cupu Rupanya Suhu [Vol 1 Chapter 3.4]

The Asocial Guy Who Gets Pushed Around Is Actually The Strongest Bahasa Indonesia


Chapter 3.4: Jatuh Cinta Dengan Pria Asosial


Yah, begitulah.


Waktu pengakuan telah berakhir.  Aku memutuskan untuk mengaku, tapi aku malah menggagalkannya sendiri.


'Tidaaaaak, aku tidak bisa mengakuinya dengan benar!  Aku tidak bisa menyembunyikan rasa maluku atas apa yang telah kulakukan!  Lagi pula, untuk apa aku memanggilnya ke atap?!'


Tiba-tiba, ada yang berteriak di belakangku, yang sedang terdiam.


Rupanya, ada gagak sedang bertengger di pagar.


"Aho!"

[TL: Ini sebenarnya suara gagak, tapi Shizuka dengernya 'Aho' alias 'bodoh'.]


"Aku tahu itu bahkan tanpa kamu beri tahu!"


Aku berteriak pada gagak itu karena aku merasa seperti dia sedang mengataiku.


Aku tidak tahu apa yang sebenarnya dia katakan, tapi setelahnya, aku langsung membuat panggilan telepon.


Hiromi menjawab teleponku lebih cepat dari yang kukira.


"Halo, Shizuka?  Apa kamj sudah..."


"Hiromi!  Bisakah kamu membantuku?"


"Apa?!  Apa kamu sudah mau berkencan sekarang?"


Aku memotongnya,


"Tidak!  Tolong aku...!  Tolong pukul aku yang tidak berguna ini...!!"


"Huh!?"


Hiromi pasti merasakan ada sesuatu yang tidak biasa denganku. Jadi, dia memerintahkanku untuk pergi ke stasiun.


Aku tiba di stasiun dan bergabung dengan Hiromi.  Lalu dengan cepat, kami mengunjungi rumah Hiromi.


***


Setelah gagal mengaku pada Usui-kun satu jam yang lalu, sekarang aku berada di kamar Hiromi.


'Kami berteman sejak kelas satu, tapi ini adalah pertama kalinya aku berkunjung ke rumah Hiromi.'


"Maaf kalau apartemennya kurang bagus.  Di sini agak sempit, bukan?"


"Tidak, tidak apa-apa!"


Ada banyak yang berantakan di kamar Hiromi.


Kumpulan manga ditumpuk di lantai bawah rak buku, sedangkan rak bukunya malah diisi dengan pakaian lipat.


Karena berpikir bahwa Hiromi tidak mempedulikan tentang hal-hal kecil di kamarnya, jadi mau tak mau aku tertawa.


"Apakah ada sesuatu yang menarik bagimu?"


"Ya, semuanya menarik."


"Aku mengerti.  Jika ada yang membuatmu penasaran, kamu bisa langsung melihatnya sesuka hatimu.  Dan kamu juga tidak perlu duduk sambil berlutut, tahu.


"Ah, maaf.  Sudah kebiasaan..."


Sebenarnya, aku tidak biasa duduk seperti ini, jadi aku merasa lega saat dia mengatakan itu.


"Kenapa kamu ingin aku memukulmu?"


Aku merasa gugup saat Hiromi langsung menanyakan hal itu padaku.  Keringatku sampai bercucuran.


"Yah ... sebenarnya ... aku gagal saat mengaku padanya."


"Apa?!  Apa kamu dicampakkan olehnya?!  Si Usui itu?!"


"Ah, tidak!  Itu karena aku tidak bisa mengakui padanya dengan benar!"


"Hah?"


"Aku tidak mengajaknya untuk berkencan denganku ... melainkan memintanya untuk menjadi temanku!"


"Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahah!"


Yah, aku pasti akan bereaksi dengan cara yang sama jika aku berada dalam posisi yang sama dengan Hiromi.


"Terus, terus?  Gimana?  Apa yang Usui katakan setelahnya?"


"Dia bilang kalau dia mengira bahwa kami sudah berteman ... lalu, kami bertukar kontak dan berjanji untuk belajar bersama lain kali dan berpisah setelahnya..."


"....."


Hiromi menatap langit tanpa mengatakan apa pun.


"Yah, mau bagaimana lagi.  Kalian hanya bertukar kontak dan berpisah begitu saja.  Kalian sudah tidak tertolong lagi."


"Apa?  Apanya yang sudah tidak tertolong lagi?"


"Tidak, tidak.  Karena sudah seperti ini, jadi kamu harus berusaha lebih keras dan lebih mendekat lagi dengannya."


"Tapi,  Usui-kun hanya melihatku sebagai temannya ... kupikir sudah tidak ada kesempatan lagi bagiku."


"Kata siapa?!  Dia hanya tidak sensitif, dia bahkan tidak menyadari bahwa Shizuka memanggilnya ke atap karena ingin mengaku padanya.  Dengan kata lain, masih ada kesempatan!"


"Apa kamu ingin aku untuk mengaku padanya sekali lagi?  Maaf ... aku butuh waktu sebentar..."


Ketika aku sedang merasa lemah, Hiromi mendekatiku. Lalu, dia mengatakan sesuatu dengan suara rendah.


"Kalau begitu, buatlah dia yang mengaku padamu!  Gunakan semua yang kamu punya dan taklukkan dia!"


"S-Semua yang kupunya...?"


Kata pertama yang terlintas di kepalaku adalah "daya tarik".


'T-Tapi, aku tidak terlihat seksi sama sekali.  Aku tidak percaya diri.'


Ketika aku sedang merasa putus aja, Hiromi berbisik padaku.


"Aku tahu teknik cinta yang bagus..."


"Eh?  Apa?"


Sahabatku Yankee yang berambut pirang ini tiba-tiba terlihat dewasa.


Hiromi melanjutkan, sambil menatapku dari jarak dekat.


"Ada tiga cara untuk mengurangi jarak dengan lawan jenis. Yaitu adalah kabedon, memegang dagu dan mengelus kepala."