Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Si Cupu Rupanya Suhu [Vol 1 Chapter 3.3]

The Asocial Guy Who Gets Pushed Around Is Actually The Strongest Bahasa Indonesia




Chapter 3.3: Jatuh Cinta Dengan Pria Asosial


Sepulang sekolah.


Ketika aku memutuskan untuk pergi ke atap dan meninggalkan tempat duduk, ada lengan yang muncul dari belakang dan menahanku.  Lengan tersebut terbalut dengan perban.


"Shizuka, apa kamu mau pulang bareng bersamaku?"


Ada wajah Hiromi tepat di sebelah kananku.


"Oh, maaf.  Aku ada urusan."


"Lalu, apa yang harus kulakukan ?Haruskah aku menunggu sampai kamu selesai?"


"Sebenarnya ... aku ingin mengaku."


Aku tidak mengatakan bahwa aku mau mengaku pada Usui-kun, tapi ... sepertinya Hiromi langsung memahaminya.


Hiromi mengangguk, melepaskan lenganku, dan hendak pergi.


"Aku mengerti ... jadi kamu sudah memutuskannya, yah?  Itu jauh lebih cepat daripada yang kukira."


"Eh ... lebih cepat?"


"Tapi, kupikir itu bagus.  Shizuka adalah tipe orang yang langsung mengatakan apa yang sedang dia pikirkan.  Jadi kupikir kamu tidak akan lama-lama menahan perasaan itu."


"Ahaha ... itu mungkin benar.  Hiromi mengenalku dengan sangat baik, bukan?"


Aku tersenyum pahit padanya, tapi Hiromi membalasku dengan senyum manis dan tatapan yang lembut.


"Yah, aku sangat mengenali dirimu.  Kalau begitu ... semangat!  Dan, tidak peduli apa hasilnya, kamu harus melaporkannya padaku, oke?  Jangan lupa hubungi aku nanti!"


"Oke."


Kata-kata Hiromi membuatku sedikit gugup.


Jika aku berhasil, Hiromi pasti akan ikut senang.


Dan jika itu tidak berhasil ... dia akan menyemangatiku dengan segenap hatinya.


Air mataku sedikit mereda karena ada dukungan dari sahabatku.


"Hiromi ... aku mencintaimu."


"Dasar bodoh.  Kenapa kamu mengatakannya padaku?  Lihat, kamu bahkan sudah mau menangis sebelum mengaku padanya.  Dengar, jika kamu ingin mengaku, cepatlah temui dia."


Hiromi menepuk punggungku sambil tertawa.


Karena benturan itu, beban yang ada di bahuku menghilang.


"Ya, aku akan kembali!"


Aku melambaikan tangan pada Hiromi dan meninggalkan kelas.


Aku bisa mendengar Hiromi mengatakan "Good Luck!" dari punggungku.


***


[POV Author]


Ekspresi Hiromi berubah ketika Shizuka menghilang.


Tidak seperti senyum cerah yang ditujukan pada Shizuka beberapa waktu yang lalu, wajahnya yang sekarang mirip seperti Yankee.


Jika dia berjalan di jalanan dengan wajah seperti ini, tidak akan ada orang yang mau berbicara dengan Hiromi.


Tapi, itu bukan karena Hiromi sedang marah. Itu karena dia merasa sedikit kesepian.


"Kau tampak kesepian."


Ketika Den tiba-tiba datang dan berbicara kepadanya, hal itu membuat wajah Hiromi semakin terdistorsi.


"Ke mana dua orang yang lain?"


"Di toilet."


"Kalau begitu, kamu seharusnya menyusul mereka."


"Aku tidak mau."


"Kamu harus pergi meskipun kamu tidak mau."


"Kenapa harus begitu?"


Hiromi dan Den sudah seperti ini sejak mereka masih menjadi murid baru.


Karena mereka berdua sama-sama Yankee, mereka pun saling mewaspadai.


Tapi, Hiromi tidak tahu apakah itu karena mereka adalah musuh atau sesuatu yang lain.


Namun, bagi Hiromi, Den sedikit berbeda dari murid lain.  Dia yakin orang-orang di sekitar mereka pasti juga merasakan hal itu.


"Aku sedikit cemburu ... kupikir, aku adalah satu-satunya orang yang bisa diandalkan oleh Shizuka, jadi aku merasa sedikit superior ... rasanya menyakitkan karena Usui mengambil Shizuka dariku!"


Hiromi menumpahkan isi hatinya seperti itu karena pihak lain hanyalah seorang Den.


"Terus, kenapa kau tidak mengatakannya langsung pada Ketua Kelas."


"Itu hanya akan menganggunya, bukan?"


"Tapi, kau mengatakannya padaku?"


"Dasar bodoh, itu karena aku menganggapmu seperti tembok."

[TL: Intinya, menurut dia ngomong sama Den kek ngomong sama tembok, alias dia gak nganggep Den sebagai orang.]


"Huh?"


Setelah melihat dua orang lainnya, Kyu dan Non, kembali, Hiromi pergi meninggalkan Den


"Sampai jumpa, tembok."


"Siapa yang tembok, huh?!"


Hiromi berlari keluar dari kelas dengan perasaan segar.


'Karena mereka tidak memiliki pesuruh hari ini.  Aku yakin, mereka pasti akan melakukan keperluan mereka sendiri.'


Mereka bertiga, sebenarnya juga menyadari bahwa pesuruh mereka sedang mendapatkan pengakuan dari Shizuka di atap.


Mereka bodoh, memiliki otak otot, dan kasar, dan itu lucu karena mereka bisa bertingkah sangat bijaksana, hingga membuat pipi Hiromi melonggar.


'Berjuanglah, Shizuka!'


Hiromi mengeluarkan ponselnya supaya sahabatnya bisa menghubunginya kapan saja.


***


[POV Shizuka]


Di atap saat sepulang sekolah, aku sedang menunggu saat-saat yang menentukan.


Atap sekolah kami relatif bebas untuk dimasuki, tapi untungnya tidak ada orang lain hari ini.


Panggung pengakuan pun sudah siap.


Ketika aku mendekati pagar, aku bisa melihat klub sepak bola dan klub bisbol yang sedang berlatih di lapangan.  Dan juga petak bunga tempat di mana aku diselamatkan oleh Usui...


".....Maaf karena telah membuatmu menunggu."


Aku mendengar suara yang sering kudengar akhir-akhir ini, jadi aku berbalik.


Rupanya, Usui-kun telah datang.


Wajah Usui-kun tidak berubah dari biasanya.


Dia mungkin tidak menyadari bahwa aku akan mengaku padanya sekarang.


Padahal Hiromi telah menghilangkan keteganganku, tapi tiba-tiba, tombol ketegangan kembali menyala.


Jantungku hampir melompat keluar.


"Ah, um ... terima kasih sudah datang."


"Ya."


"Jadi ... apa kamu tahu ... apa yang ingin aku bicarakan?"


"Huh?"


Jantungku berdebar-debar jauh lebih kencang dari sebelumnya.


Kepalaku pusing dan mataku mulai berkunang-kunang.


"A-Aku ... i-itu ... Usui-kun...!"


Kupikir aku akan pingsan saat selesai mengatakannya.


'Tidak, tidak masalah jika aku terjatuh nanti!  Ayo kita katakan!  Ayo kita lakukan sekarang!'


"Usui-kun!  Kumohon!  Tolong bertemanlah denganku!


...


...


...


Atap menjadi tenang.


Teriakan para penggemar klub sepak bola dan teriakan penuh semangat klub bisbol terdengar dari kejauhan.


Aku tidak bisa bergerak seolah-olah waktu telah berhenti, dan Usui-kun juga hanya terdiam saat melihatku.


Kami sama-sama tidak bergerak untuk waktu yang lama.


Setelah beberapa saat, Usui-kun mulai mengatakan sesuatu.


"Apa?"


Apanya yang apa?  Aku tidak mengerti apa maksudnya.


'Gawaaaaattt!!!'


Seluruh sel dalam tubuhku tiba-tiba membeku.


'Aku salah ngomong!  Karena saking gugupnya, aku malah mengatakan "tolong jadilah temanku!"'


Aku merasa lemas karena kesalahanku sendiri.


Kemudian, Usui-kun menatapku dan berkata,


"B-Bukannya ... kita sudah berteman, Ketua Kelas?"


Ah, betapa lembutnya Usui-kun.  Aku baru memintanya menjadi temanku, tapi dia sudah berpikir kalau kami sudah berteman.


'Tunggu, teman....?  Dia hanya melihatku sebagai temannya...?  Apa yang harus kulakukan sekarang...?  Tamatlah sudah...'


Ini terlalu sulit bagiku hingga aku ingin jatuh dan pingsan, tapi aku tidak boleh merepotkan Usui-kun, yang telah datang jauh-jauh hanya untuk mendengarkan apa yang ingin kukatakan padanya. 


Aku membuat senyum terbaik yang bisa kulakukan dan berterima kasih pada Usui-kun.


"Aku senang karena kamu berpikir begitu ... kamu tahu, aku tidak punya banyak teman..."


"Menurutku ada beberapa orang di sekitarku yang juga menganggap Ketua Kelas sebagai temannya."


"Benarkah?"


Aku telah memanggilnya ke atap, tapi aku malah mengatakan itu.  Padahal aku telah memberi tahu Hiromi bahwa aku akan mengaku padanya ... aku menangis dalam hatiku karena terlalu bodoh.


"Kalau begitu ... bisakah kita belajar bersama setelah pulang sekolah di hari-hari tertentu?  Aku tidak pandai dalam matematika, jadi akan lebih baik jika kamu bisa mengajariku..."


"Oke."


"Sungguh?  Terima kasih ... bisakah ku memberitahuku nomor kontakku?"


"Baiklah."


Aku bertukar informasi kontak dengan Usui-kun.


"Kalau begitu ... aku akan mengajakmu belajar bersama lain kali."


"Ya."


"Yah ... kalau begitu..."


"Sampai jumpa lagi."


Usui-kun menyimpan ponselnya di sakunya dan mulai berjalan menuju pintu masuk atap.


Kemudian, dia melewati pintu itu dan menghilang.