Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Si Cupu Rupanya Suhu [Vol 1 Chapter 3.5]

The Asocial Guy Who Gets Pushed Around Is Actually The Strongest Bahasa Indonesia




Chapter 3.5: Jatuh Cinta Dengan Pria Asosial


Aku berkedip beberapa kali ketika melihat Hiromi mengatakan itu dengan penuh percaya diri.


"Kabedon, memegang dagu, mengelus kepala..."


Aku mengulanginya dan mendapatkan gambarannya di kepalaku.


Tapi, bukankah ini semua adalah hal-hal yang dilakukan oleh pria kepada para gadis?


Wajahku memanas saat membayangkan gambaran diriku melakukan kabedon pada Usui-kun.


"Aku pernah mendengar tentang semua hal ini. Tapi ... bukankah itu semua terlalu berlebihan?"


"Fufu.  Pria itu tertarik pada makhluk yang kuat ... sebenarnya, mereka ingin dikendalikan.  Maka dari itu mereka terus bertarung dengan seseorang yang lebih kuat darinya, bukan?


'Jadi itu alasan mengapa anak laki-laki hobi bertarung?!'


Mataku berbinar.


"Jadi maksudmu, mereka hanya ingin berkencan dengan wanita yang lebih kuat darinya?"


"Ya, itu benar.  Itu karena mereka ingin dimanjakan oleh wanita yang kuat.  Itulah alasan mengapa para pria selalu seperti anak kecil."


"Karena mereka tidak suka wanita yang pendiam dan penurut...?"


"Oi, oi, oi.  Apa kamu mempercayainya?"


Hiromi tertawa lucu.


"Haruskah kita mulai berlatih sekarang?"


"Apa?  Latihan di sini?  Sekarang?"


"Kamu tidak akan bisa melakukannya dengan benar jika tidak berlatih, bukan?"


"Tapi, dengan siapa aku harus berlatih?"


"U ... sui ... kun?"


"Apa?!"


Ketika aku sedang terkejut dan berteriak dengan marah, tawa Hiromi meledak.


Dia tertawa sambil memegangi perutnya.


"Haa, aku sudah tidak kuat lagi!  Aku akan mati tertawa jika seperti ini terus!"


"Ah!  Hei!  Apa kamu barusan mengerjaiku?!"


"Itu karena Shizuka imut dan polos!Hahahaha"


"Hahaha, lucu sekali!!  Ayolah!  Aku sedang serius!"


Aku seharusnya kesal karena Hiromi telah mengerjaiku, tapi saag melihat Hiromi tertawa sampai menangis, aku malah jadi ikutan tertawa.


Kami berdua tertawa untuk sementara waktu.


Kemudian, hatiku menjadi lebih ringan dan tenang.


'Aku akhirnya bisa melupakan tentang shock karena gagal mengaku padanya...'


"Terima kasih. Hiromi!"


Setelah tertawa, aku berterima kasih pada Hiromi.


"Aku akan melakukan yang terbaik supaya bisa lebih dekat dengan Usui-kun di masa depan.  Sungguh ... aku senang karena Hiromi adalah temanku."


Hiromi tertawa.


"Aku juga senang.  Tidak seperti Usui, kita sudah berteman sejak dulu."


"Ya, mari kita lupakan tentang Usui-kun ... sejak tahun pertama, aku juga sudah menganggap Hiromi sebagai temanku..."


"......Padahal kamu murid yang sangat teladan, tapi malah bertemab dengan Yankee ... kamu orang yang menarik, Shizuka."


Hiromi terlihat sedikit malu, dan itu sangat lucu.


"Ah ... aku bukan murid teladan.  Aku hanyalah murid yang menyedihkan."


Ketika aku mengatakan itu sambil tersenyum pahit, Hiromi tampak terkejut.


"Apa?  Menyedihkan?  Kenapa?"


"Ayahku adalah dosen universitas, sedangkan ibuku adalah ibu rumah tangga, tapi dia dulunya juga seorang dosen universitas. Maksudku, mereka berdua sangat pintar."


"Shizuka juga sangat pintar."


"Aku tidak pintar sama sekali.  Jika aku pintar ... seharusnya aku akan pergi ke SMA yang lain."


"....Bukankah mereka terlalu ketat?  Orang tua Shizuka."


ketika Hiromi bertanya padaku dengan cemas, aku menggelengkan kepalaku dalam diam.


"Itu tidak ketat sama sekali.  Mereka bilang, "Shizuka pasti memiliki kelebihannya sendiri, jadi tidak apa-apa jika dia tidak bagus dalam belajar."  mereka adalah tipe orang tua yang seperti itu..."


"Lalu, mengapa kamu terlihat begitu tertekan?"


Aku ingin terlihat seperti biasa, tapi sepertinya, aku tidak bisa menyembunyikannya dari Hiromi.


Namun, aku tidak ingin membuat Hiromi merasa khawatir, jadi aku hanya membalas dengan tersenyum.


"Mungkin, itu karena orang tuaku terlalu baik?  Aku tidak menyalahkan siapa pun, aku hanya menyalahkan diriku sendiri.  Aku tidak bisa melakukan segalanya dengan baik, maka dari itu aku merasa demikian."


"Kamu terlalu serius...."


"Aku juga berpikir begitu.  Aku terlalu serius dan tidak fleksibel seperti orang bodoh ... itu sebabnya aku tidak bisa mendapat teman ... aku membenci diriku yang terlalu serius ini."


Aku tidak mencoba untuk menjadi serius.  Aku tidak mencoba untuk hidup dengan serius.  Ini mungkin karena sifat alamiku, dan kadang-kadang aku merasa sulit untuk hidup karena sifatku ini.


"Itu sebabnya, aku membutuhkan seseorang yang fleksibel seperti Hiromi..."


Sebenarnya, aku iri pada teman-teman sekelasku.  Aku selalu ingin menjalani kehidupanku di sekolah seperti itu, tapi ... aku tidak bisa melakukannya dengan baik.


Hiromi diam untuk sementara waktu setelah mendengarkan apa yang kukatakan barusan.


Kamarnya menjadi hening.


Aku mungkin telah mengganggunya karena tiba-tiba membicarakan hal yang berat.


Ketika aku berpikir untuk mengubah topik pembicaraannya karena canggung, Hiromi membula mulutnya.


"A-Aku ... aku menyuka seseorang seperti Shizuka!"


Suara Hiromi sedikit lebih keras dari biasanya.


"Apa?"


"Apa kamu ingat saat kita baru masuk sekolah?  Aku hanya memiliki ibu, dan ibuku adalah seorang Yankee, ditambah aku juga sama sepertinya, jadi orang-orang di sekitarku menghindariku kemanapun aku pergi.  Yah, aku tidak bisa apa-apa karena aku juga tidak ingin diganggu oleh mereka."


"Ya, aku mengingatnya.  Hiromi, kamu terlihat seperti kucing yang lemah."


"Karena aku tidak bisa menunjukkan kelemahanku ... aku tidak punya pilihan lain selain mengatakan bahwa aku baik-baik saja ...tapi sebenarnya, aku sangat kesepian..."


Hiromi berhenti berbicara.  Ia meminum air dari botol plastik di dekatnya dan mengambil napas.


"Jadi ... ketika aku masih di tahun pertama, aku sangat senang karena ada Shizuka yang peduli padaku..."


Aku ingat saat kami masih kelas satu.  Pada saat itu, Hiromi sendirian di kelas.


Dia tidak berbicara dengan siapa pun dan tidak ada orang juga yang mau bicara dengannya.


Saat jam istirahat makan siang, dia akan makan siang sendirian dan pindah ke kelas lain.


Aku tidak bisa meninggalkan Hiromi yang seperti itu, meskipun aku tahu bahwa aku akan diejek olehnya, tapi aku tetap mencoba untuk berbicara dengannya secara aktif...


"Apakah aku mengganggumu saat itu?"


"Tentu saja."


"Apa?!"


"Karena kamu tidak mau meninggalkanku sendiri meskipun aku sudah mengusirmu.  Jadi sudah sewajarnya jika aku merasa terganggu, bukan?  Kamu sangat keras kepala."


Hiromi menertawaiku saat berkata begitu.


Itu kasar, tapi itu tidak menyakitiku.


"Tapi ... berkat itu, aku bisa berteman baik dengan Shizuka.  Aku tidak sendirian lagi di kelas.  Aku telah diselamatkan oleh Shizuka yang serius."


Aku hampir menangis saat mendengar kata-kata Hiromi.  Tapi, kurasa aku bukan aku saja yang mau menangis. Ujung hidung Hiromi juga memerah.


"Jadi ... jangan mengatakan kalau kamu membenci dirimu yang serius itu.  Itu adalah sesuatu yang kamu bawa sejak lahir, bukan?  Maka dari itu, terima saja dirimu yang seperti itu ... jadilah dirimu sendiri, Shizuka."


'Aaaaaaaaaahhh... aku punya teman yang sangat baik!  Aku punya teman yang bisa mengenaliku sebanyak ini!!'


Hanya dengan itu saja, sudah bisa membuat diriku menyukai diriku sendiri lagi.


Kupikir, aku akan terus melanjutkan melakukan yang terbaik sebisaku.


Aku ingin menjadi orang yang bahagia.


"Hiromi ...aku mencintaimu".


Aku tak bisa berhenti menangis. Aku memeluk Hiromi sambil menangis, dan Hiromi membalas pelukanku.


"Jika dibandingkan dengan Usui, siapa yang lebih kamu cintai?"


"Itu..."


"Tidak mungkin!!  Di saat seperti ini, meskipun itu cuma bohongan, kamu seharusnya langsung menjawab Hiromi!!"


"Hahaha!  Tunggu!  Jangan, geli !Hahaha!!!"


Karena aku ragu-ragu saat menjawabnya, Hiromi pun menyerangku dengan cara menggelitikku.


Air mata haru yang keluar barusan, dalam sekejap, berubah menjadi tawa.


Kami terus tertawa sampai tenggorokan kami sakit...


Aku dan Hiromi berguling di karpet kamar ketika jam di kamar Hiromi menunjukkan pukul tujuh.


"Sudah, hentikan ... ah, ehem ... aku harus pulang sekarang..."


Aku pura-pura terbatuk saat sedang berguling.


"Mengapa kamu tidak menginap saja?"


Hiromi berkata dengan nada ringan.


"Tapi, aku belum mengabari ibuku ... aku juga harus sekolah besok..."


"Mengapa kamu tidak mengabarinya saja sekarang?  Jika dia seperti yang kamu katakan sebelumnya, dia pasti akan mengizinkanmu.  Percayalah, kamu akan baik-baik saja.  Jika kamu mencuci seragammu dengan hati-hati, kamu bisa memakainya lagi besok.  Jika tidak, aku akan meminjamkan milikku padamu."


"Ya, aku mengerti.  Aku akan meneleponnya dulu."


Aku mengeluarkan ponselku dan menelepon ibuku.


Aku belum pernah meminta izin untuk menginap secara tiba-tiba, jadi kupikir dia pasti sedang mengkhawatirkanku.


Tapi, ibuku langsung menjawab, "Baiklah.  Selamat bersenang-senang." dan itu membuatku terdiam.


'Rupanya, aku hanya terlalu banyak berpikir...'


Saat aku menutup teleponnya dengan lega, Hiromi menatapku dengan wajah bersemangat.


"Apa katanya?"


"Yah, bersenang-senanglah."


"Hore!  Aku tidak akan membiarkanmu tidur malam ini!"


"Apa?!  Aku harus tidur jam 10 malam!"


"Huh?!  Apa kamu serius?!"


Kalian saling menatap dan tertawa terbahak-bahak lagi.


Aku tidak bisa berhenti tertawa jika sedang bersama Hiromi.


Dan hari ini, aku menginap di rumah temanku untuk pertama kalinya dalam hidupku.