Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Si Cupu Rupanya Suhu [Vol 1 Chapter 3.2]

The Asocial Guy Who Gets Pushed Around Is Actually The Strongest Bahasa Indonesia




Chapter 3.2: Jatuh Cinta Dengan Pria Asosial


Sudah lewat jam 8.


Teman sekelas mulai berdatangan ke sekolah satu demi satu, dan kepadatan penduduk di kelas meningkat.


Tanpa kusadari, Trio Idiot sudah berada di sekitar tempat dudukku, dan mereka berbicara tentang game center yang kami kunjungi kemarin.


'Aku harus memberikan PR matematikanya kepada mereka sebelum aku lupa.'


Aku berpikir begitu dan berbicara dengan Den.


"Den, PR matematikanya sudah kuselesaikan."


"Oh, Akira!  Kau mengerjakannya dengan benar, kan?"


"Ya..."


Jika aku mengerjakannya seperti biasanya, aku akan mendapatkan nilai sempurna.


Oleh karena itu, aku sengaja mencampurnya dengan jawaban yang salah.


Selain itu, penyesuaian dilakukan agar jawaban yang salah tidak ketahuan oleh mereka.


Ketika aku melakukan hal seperti itu di pagi hari, Ketua Kelas melihatku sambil termenung.


'Ngomong-ngomong ... apa yang sedang Ketua Kelas lakukan sekarang?'


Aku hanya ingin tahu, jadi aku melihat ke seisi kelas.


Tapi, dia tidak ada di sini.


Aku ingin tahu apakah guru sedang memintanya untuk melakukan sesuatu?


Ketika aku mencoba untuk berhenti mencarinya, Ketua Kelas masuk ke kelas dengan tergesa-gesa-gesa.


Padahal masih ada waktu sampai jam pertama dimulai, tapi dia tampak begitu terburu-buru.


Selain itu, Ketua Kelas mengatakan sesuatu kepada teman sekelasnya dengan suara rendah saat dia masuk ke dalam kelas.


Dan teman sekelasnya yang mendengar apa yang dia katakan barusan kembali ke tempat duduknya dan melakukan sesuatu.


"Huh?  Ada apa?"


Den berkata saat melihat tanda-tanda kepanikan semua orang.  Saat situlah Ketua Kelas menjelaskannya.


"Sepertinya ada sidak hari ini."  katanya dengan suara kecil dan pergi memberi tahu teman sekelas lainnya.


"Dia orang yang aneh, bukan?  Padahal dia murid teladan yang membenci hal-hal yang salah, jadi bukankah dia seharusnya berharap bahwa teman sekelasnya tertangkap lalu menertawainya?"  kata Den.


"Ketua Kelas memang membenci hal-hal yang salah, tapi itu semua dia lakukan untuk memastikan bahwa teman-teman sekelasnya tidak terluka, dan memastikan bahwa apa yang mereka bawa tidak ketahuan oleh guru. Ketua Kelas tidak akan melakukan hal-hal yang akan merugikan teman sekelasnya sendiri."


Ketika aku mengatakan itu, Den tampak terkejut dan mengatakan,


"Akira, kau banyak bicara akhir-akhir ini..."


"Oh, benarkah?"


"Kau lebih pendiam di masa lalu, oke?  Kau mulai membicarakan apa yang kau pikirkan semenjak kau menyelamatkan Ketua Kelas di gang, bukan?  Yah, kupikir itu adalah hal yang bagus."


'Seperti yang kuduga ... aku telah berubah.  Perubahan yang cukup nyata hingga Den bisa menyadarinya.'


Itu artinya, ini adalah perubahan yang cukup besar bagiku, dan aku yakin ini semua berkat Ketua Kelas.


"....Yang lebih penting lagi, bukankah kalian seharusnya memerika barang bawaan kalian?"


Aku tiba-tiba teringat dan berkata begitu kepada Trio Idiot.


"Ah!"


Mereka bertiga berteriak bersama-sama dan bergegas ke tempat duduk mereka masing-masing.


Kebanyakan teman sekelas sudah selesai mempersiapkan mental mereka dan duduk di tempat duduk masing-masing.


Tidak berapa lama, Yaguchi-sensei datang.


Di belakangnya ada seorang guru perempuan yang tampaknya bertanggung jawab atas pemeriksaan barang.


"Dengar, semuanya!  Tolong diam dan duduk di tempat duduk kalian masing-masing!". Kata Yaguchi-sensei dengan suara tenang seperti biasanya.


"Kalian pasti sudah familiar denganku.  Jadi, sekarang adalah saatnya sidak."


Satu-satunya pihak yang panik saat mendengar perkataan guru adalah ... Trio Idiot.


***


[POV Shizuka]


Setelah sidak selesai, aku melihat bahwa ruang kelas kami telah kembali damai.


Hanya Trio Idiot yang dimarahi hari ini.


Itu karena mereka menyita majalah dengan gambar seorang wanita berpakaian renang di sampulnya, dan sidak di kelas kami pun selesai.


Teman sekelas lainnya tampaknya telah berhasil menyelamatkan diri dengan menyembunyikan hal-hal penting di tempat persembunyian mereka masing-masing.


Guru mungkin tidak berpikir kalau aku akan menyebarkan informasi rahasia seputar sidak karena aku adalah perwakilan kelas yang dikenal sebagai murid teladan.  Jadi, mereka membicarakan tentang jadwal sidaknya di depanku ketika aku datang ke ruang guru.


'Aku tidak ingin melihat teman sekelasku berada dalam masalah, maka dari itu aku membocorkannya.'


Saat aku sedang menarik napas dalam-dalam, punggungku ditebuk dari belakang, dan ketika aku menoleh, ada Yoshida yang sedang menatapku.


Aku merasa agak canggung karena insiden manga sebelumnya.


'A-Apakah aku melakukan hal yang tidak disukainya lagi...?'


Aku secara reflektif menyiapkan diri.


Tapi, Yoshida tidak terlihat marah, dan ia malah tersenyum malu-malu dan berkata,


"Terima kasih karena sudah memberitahuku tentang sidaknya.  Dan juga ... maafkan aku soal kemarin.  Padahal kau sangat peduli padaku, tapi aku malah bicara terlalu banyak padamu.  Kau sebenarnya tidak bermaksud untuk melarangku membawa sesuatu yang tidak perlu ke sekolah, melainkan hanya memperingatkanku agar tidak ketahuan oleh guru, kan?  Aku minta maaf karena tidak bisa menyadarinya."


"Ah ... tidak, aku juga minta maaf karena telah membuatmu merasa tidak nyaman karena caraku bicaraku yang buruk"


"Tidak, tidak.  Aku tidak terlalu memikirkannya.  Terima kasih banyak, Ketua Kelas."


Hatiku menjadi hangat dan aku merasa sedikit geli.


Aku senang karena bisa membantu orang lain.


Aku tidak ingin mengkhawatirkan hal-hal yang tidak perlu, jadi aku harus belajar untuk mengabaikannya.


Tapi ... kurasa aku tak bisa berbuat apa-apa tentang hal itu.  Tidak peduli berapa kali aku menghindarinya, itu selalu terjadi.


Hal-hal semacan ini mungkin mirip seperti Usui-kun.


'Aku ingin memberi tahu Usui-kun bahwa aku bisa berdamai dengan Yoshida.  Tidak, tidak hanya itu.  Aku juga ingin bicara lebih banyak dengan Usui-kun...'


Tiba-tiba, aku memikirkan Usui-kun, dan hal itu membuat hatiku terasa sakit lagi.


Aku ingin mendengarkan apa yang sedang dia pikirkan.  Aku ingin mendengarkan suaranya.  Aku ingin bersamanya....


Aku sadar bahwa aku menginginkan itu semua bukan sebagai Ketua Kelas.


Mungkin, Usui-kun tidak menyadari perasaanku.


Dia mungkin akan berpikir bahwa aku mempedulikannya karena aku adalah Ketua Kelasmya.


'Aku ingin memberitahunya...'


Kurasa, aku sudah tak bisa menahannya lagi.


Aku yakin kalau aku baru saja menyadari perasaan ini, tapi aku merasa bahwa aku sudah tidak bisa mengendalikan perasaan ini lagi.


Aku terus membuat alasan dengan mengatakan "Karena aku Ketua Kelas."


Aku terus menekannya, menahannya, dan menimbunnya, tapi itu semua meledak dengan cepat.


'Jika aku terus seperti ini, aku tidak akan bisa menjalani kehidupan sehari-hariku dengan benar.'


Aku tahu bahwa ini tidak masuk akal, tapi memang begitulah adanya.


Kalau begitu, aku hanya perlu memberitahunya saja.  Jika itu tidak berhasil, maka aku akan menyerah.


Bukankah lebih mudah untuk menyerah daripada terus menerus memikirkan tentang Usui-kun?


Sulit rasanya saat membayangkan tentang berpisah tanpa saling mengatakan apa pun saat kelulusan nanti.


'Daripada menyesal tanpa melakukan apa-apa, lebih baik jika aku menyesal karena bertindak.  Itulah yang kurasakan.  Daripada menyesal karena tidak memberitahunya ... lebih baik...'


Hatiku berdebar-debar ketika aku melihat Usui-kun yang sedang duduk di kursi dekat jendela.


Masih ada beberapa menit sebelum kelas dimulai.


Jadi, aku membulatkan tekadku untuk pergi ke tempat duduk Usui-kun.


Karena gugup, kakiku tidak bisa bergerak seperti yang kuinginkan.  Aku hampir sempoyongan di tengah jalan.


"Usui-kun"


".....Ada apa?"


Usui-kun, yang sedang melihat keluar jendela, menatapku.


"Bisakah kamu datang ke atap setelah pulang sekolah hari ini?  Ada yang ingin kubicarakan denganmu..."


"......Baiklah."


Usui-kun dengan mudah menyetujuinya.


"Terima kasih..."


"Ya."  kemudian, aku kembali ke kursiku.


Baru segini saja ... hatiku sudah menjerit.  Perutku terasa mual padahal aku belum mengaku padanya.


'Jangan kalah, Shizuka!  Gamenya baru saja dimulai!'


Aku tidak bisa fokus pada kelas hari ini. 


Tampaknya, urban legend tentang kau tidak akan bisa memikirkan hal lain ketika sedang jatuh cinta itu benar.