Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Si Cupu Rupanya Suhu [Vol 1 Chapter 4.3]

The Asocial Guy Who Gets Pushed Around Is Actually The Strongest Bahasa Indonesia




Chapter 4.3: Kemungkinan Untuk Tidak Dapat Bertemu Dengan Pria Asosial Lagi


[POV Akira]


Setelah sekolah, aku mengunjungi game center bersama Trio Idiot.


Aku biasanya tidak merasa seperti ini, tapi aku merasa agak gelisah hari ini.


Aku tidak tahu apa alasannya.  Tapi, itu mungkin karena aku baru saja membuat janji dengan Ketua Kelas untuk pergi ke toko buku pada Minggu nanti.


Anehnya ... aku merasa begitu bersemangat.


"Hei, Akira.  Jangan linglung dan memikirkan hal lain, oke?  Kau datang ke sini untuk bersenang-senang, kan?"


Den melemparkanku koin.  Itu adalah koin yang yang dipakai untuk game center ini.


Jika kau memainkan sebuah game dengan koin ini dan menamatkannya, kau akan mendapatkan koin yang lain.


Ini adalah sistem di mana kau dapat menambah jumlah koin yang kau miliki dengan memainkan game.


'Syukurlah, kurasa mereka tidak menyadarinya.  Aku merasa lega setelah mengetahui bahwa ekspresiku tidak berubah.'


"Game apa yang akan kita mainkan sekarang?  Bukankah ini cocok untuk Akira?"


Apa yang Kyu rekomendasikan dengan senang hati adalah game fighting.


Ada controller di sebelah kiri dan banyak tombol warna-warni di sebelah kanan ... tampaknya akan sulit bagiku untuk mengembangkan skill pada percobaan pertama.


"Di mana Non-kun?"


Aku penasaran dengan Non-kun, yang tidak kelihatan dari tadi.


Den, yang mendapatkan tiket dari kejauhan, menanggapi suaraku. 


"Dia bilang dia mendapat telepon dan pergi keluar sebelumnya, kan?"


"Huh?  Ya, dia bilang dia tidak bisa menerima telepon di sini, kan?"


"Dia tidak bisa mendengar suara teleponnya karena terlalu bising di sini.  Lagi pula, itu telepon dari ibunya."


Itu benar.  Sulit untuk menelepon di tempat di mana ada banyak mesin game yang membuat suara keras.


"Mari kita pindah sambil melihat apa yang terjadi dengannya."


Den menyelesaikan gamenya dan pergi ke pintu keluar.  Aku dan Kyu mengikutinya dari belakang.


Di luar mendung, matahari yang seharusnya masih cerah, malah redup.


'Apakah sudah waktunya untuk turun hujan?'


"Oh, Non!  Apa kau sudah selesai?"


Den menemukan Non dan berbicara dengannya.  Kemudian, Non melihat kami dengan ekspresi suram dengan ponsel di lengannya.


"Den ... kita punya masalah besar"


"Huh?  Masalah apa?"


Ekspresi Den menguat setelah merasakan ada yang tidak beres.


".........Ketua Kelas diculik oleh Anakuma."


'Ketua Kelas....?'


Apa yang dikatakan Non, membuat pikiranku kacau.


"Hei ... apa maksudmu?!"


Suara Den terdengar meluap.


"Anak tahun kedua meneleponku.  Dia bilang kita harus mencari Ketua Kelas sebagai balasan untuk yang kemarin.  Jika kita ingin mendapatkannya kembali, kita harus mencarinya sendiri.  Dia bilang ini adalah permainan petak umpet.  Batas waktunya sampai hujan turun."


Non berkata dengan ekspresi pahit.


"Sampai hujan?  Tapi langitnya terlihat seperti akan turun hujan kapan saja!  Sial!"


Den meludah dengan ekspresi yang sama.


"Kalau itu tahun kedua, berarti pemimpinnya adalah Kuromatsu Genji.  Tapi, kenapa dia mengincar Ketua Kelas?"


Kyu menanggapi perkataan Den.


"Para gadis yang sering terlibat dengan kita adalah Ketua Kelas dan Hiromi Araki.  Dari sudut pandang mereka, bukankah Ketua Kelas dan Hiromi Araki memang terlihat istimewa bagi kita?"


"Huh?  Apa-apaan interpretasi yang asal-asalan itu?!"  teriak Den.


"Ini buruk ... ayo lapor polisi ..."


Kyu berkata dengan wajah masam.  Den merasa bertanggung jawab karena kata-kata itu.


"Yah, si Kuromatsu itu ... aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan pada Ketua Kelas jika kita lapor polisi ... apalagi dia bukan tipe orang yang takut saat melihat polisi..."


Tiba-tiba, Den menepuk punggungku.


"Mau sampai kapan kau bengong terus seperti itu?"


Kejutan dari tepukan itu menyadarkanku.


'Ya, ini bukan waktunya untuk bengong.  Aku harus pergi menyelamatkan Ketua Kelas.'


Aku tidak bisa menahannya lagi dan mulai berlari.


"Oh, hei, Akira!"


Den ikut berlari di belakangku.  Aku juga bisa merasakan tanda-tanda Kyu dan Non yang ikut mengejarku dengan tergesa-gesa.


"Kau ... tunggu dulu!  Aku tahu kalau kau ingin menyelamatkannya, tapi kita bahkan tidak tahu di mana mereka berada!  Apa yang akan kau lakukan?!"


"Jika kita pergi ke SMA Anakuma, pasti ada seseorang yang mengetahuinya, kan?"


Aku menjawab pertanyaan Den.  Namun, Den malah mengerutkan kening dan alisnya.


"Kau melanggar aturan bermain petak umpetnya!  Karena kita semua tahu di mana sekolah mereka, jadi sudah jelas kalau mereka berada tempat yang berbeda, bukan?!  Apalagi orang itu adalah anak tahun kedua!  Jadi jika kau menerobos masuk ke SMA Anakuma, maka kau akan menghadapi semua anak tahun pertama dan ketiga!"


"Terus?"


Apa masalahnya coba?  Jika kita memang harus mengalahkan mereka, maka kita hanya perlu melakukannya saja.


Aku berpikir begitu dan memberinya jawaban singkat, tapi Den malah berteriak.


"Jika kita melakukan itu, hujannya akan turun, dan kita tidak tahu apa yang akan mereka lakukan pada Ketua Kelas!"


Setelah mendengar itu, kepalaku tiba-tiba menjadi dingin.


Rupanya, aku baru menyadari bahwa kepalaku barusan dipenuhi dengan amarah.


'Itu benar, yang terpenting sekarang adalah bahwa kita harus menyelamatkan Ketua Kelas, bukan untuk mendorong SMA Anakuma ke dalam kehancuran.'


Ketika aku berhenti, Kyu dan Non-kun berhasil mengejar ketinggalan.


"Kyu, Non, menurut kalian, di mana sekiranya mereka berada?"  Den bertanya pada mereka berdua.


"Seperti yang Den bilang, aku tidak bisa membayangkan bahwa mereka akan berada di SMA Anakuma."  jawab Kyu.  Dan Non ikut menjawab.


"Berdasarkan perilaku mereka, SMA Doryu di utara adalah kemungkinan yang terbaik."


Ketika aku mendengar jawaban mereka, Den-kun menerimanya.


"Doryy ... sungguh tidak masuk akal jika mereka memilih sekolah yang telah ditinggalkan sebagai titik temu..."  kata Den penuh ironi.


Aku pernah mendengar bahwa tempat itu, dulunya adalah SMA swasta Doryu.  Itu adalah SMA dengan banyak Yankee, sama seperti SMA Anakuma.


Namun, karena SMA Anakuma berada di dekatnya, pertempuran wilayah di antara para Yankee menjadi semakin sengit.


Ada rumor bahwa sekolah itu ditutup secara paksa.  Dan sekolah itu sekarang menjadi tempat spiritual terkenal di daerah ini, karena adanya hantu kepala sekolah yang meninggal karena sedih setelah sekolah itu ditutup.


Karena aku sudah tahu lokasinya, jadi sudah tidak ada alasan untuk berdiam diri lagi.


Ketika aku mulai berlari, Trio idiot mengikutiku dengan tergesa-gesa.


"Tunggu, Akira!"


".........Apa gunanya menunggu?"


Dia sangat menyebalkan karena selal menghentikanku di saat aku sedang cemas dan sangat ingin pergi untuk menyelamatkan Ketua Kelas.


Ketika aku mengabaikan Den dan mulai berlari lagi, aku mendengar suara keras dari belakang.


"Hei, kalian!  Tunggu!"


Aku berhenti dan berbalik karena menyadari bahwa suara itu adalah milik orang yang tidak bisa kuabaikan.


Trio Idiot yang ada di belakangku juga ikut berbalik karenanya.