Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Si Cupu Rupanya Suhu [Vol 1 Chapter 4.4]

The Asocial Guy Who Gets Pushed Around Is Actually The Strongest Bahasa Indonesia




Chapter 4.4: Kemungkinan Untuk Tidak Dapat Bertemu Dengan Pria Asosial Lagi


Orang yang menghentikan kami adalah Araki-san, teman dekat Ketua Kelas.


"Tolong bawa aku juga!"


Dia pasti telah mengejar kami sambil berlari, jadi Araki mengatakannya sambil bernapas dengan pundak yang naik turun.


Lalu, dia menambahkan,


"Kudengar SMA Anakuma mengincar Shizuka!  Mereka tiba-tiba memanggilku, jadi kupikir itu dimaksudkan untuk memisahkanku darinya ... tapi tujuan mereka yang sebenarnya adalah Shizuka ... aku telah tertipu..."


"Huh?  Apakah mereka melakukan sesuatu padamu?"


Den mendekati Araki.  Dia tampak khawatir tentang kondisi Araki.


"Tidak ada ... aku cuma dipanggil.  Lalu aku menendang mereka semua dan pertarungannya langsung berakhir begitu saja.  Kemudian, aku mendengar tentang rencana penculikan Shizuka dari mereka."


"Yah, itu karena Ketua Kelas tampak lebih baik daripada kau..."


"Tapi itu bukan alasan mengapa mereka harus memilih Shizuka?!"


"Sakit, sakit!"


Araki-san menendang Den dengan penuh semangat.


"Aku akan pergi juga.  Kudengar dia anak tahun kedua.  Jadi, dalangnya pasti Genji Kuromatsu."


"Dasar bodoh!  Apa yang bisa kau lakukan dengan tangan seperti itu?!  Dia bukanlah tipe orang yang bisa kau hadapi dengan satu lengan!"


Tangan kanan Araki-san masih dibalut perban. Jadi, Den memberikan alasan yang masuk akal.


Araki-san juga sadar bahwa dia tidak akan bisa ikut bertarung, itu sebabnya ia terlihat sedih.


"Tapi ... aku menang sebelumnya..."


"Tapi, itu cuma umpan yang disiapkan untuk memisahkanmu dari Ketua Kelas.  Jangan sombong hanya karena mengalahkan ikan kecil.  Kita akan menghadapi lebih dari selusin orang yang memiliki skill bertarung.  Jika kita membicarakan tentang angka, maka kau tidak akan bisa membantu apa-apa."


"Terus, apa kalian akan tetap melakukannya?  Kalian kalah dalam jumlah, bukan?"


Suara Araki-san bergetar.


"Dengar, kami akan berada dalam masalah jika kau mengikuti kami.  Aku tidak bisa bertarung sambil melindungimu."  kata Den dengan tegas.


Ngomong-ngomong, aku juga merasa begitu.


"Aku juga memiliki permintaan untukmu, kalau aku tidak ingin Araki-san mengikuti kami."


Ketika aku mengatakan itu, Araki-san tiba-tiba muncul di hadapanku dan dia memegangi tanganku dengan tangan kirinya.


"K-Kenapa ... kenapa kamu juga...?"


Matanya yang terbakar dengan kemarahan menatapku.


Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya, jadi aku menatap balik Araki-san dan menjawab.


"Aku setuju dengan Den.  Aku tidak bisa bertarung sambil melindungi Araki-san."


"Aku tidak memintamu untuk melindungiku!  Bahkan jika kamu mau melindungiku, tolong jangan pedulikan aku dan lanjutkan saja pertarunganmu!"


"Aku tidak bisa melakukan itu.  Karena Ketua Kelas akan merasa sedih jika melihat Araki-san terluka."


Ketika aku mengatakan itu, kekuatan cengkraman tangan Araki-san mulai menghilang secara perlahan.


"Aku tidak tahu seperti apa si Kuromatsu Genji ini, tapi dia orang yang sangat merepotkan, kan?  Kami ingin berkonsentrasi pada musuh kami.  Aku yakin aku pasti akan bisa menyelamatkan Ketua Kelas ... jadi, aku ingin Araki-san percaya padaku dan tunggu saja kabar baik dari kami."


Araki menunduk.


"Shizuka ... kamu pasti akan berhasil menyelamatkannya, kan?"


Araki-san melihat ke bawah sehingga aku tidak bisa melihat ekspresi di wajahnya.  Tapi, aku merasa seolah-olah dia hampir menangis.


"Ya."


Dia tidak mengangguk, tapi dia terlihat seperti berhasil diyakinkan.


Kemudian, Araki-san perlahan-lahan melepaskan tangannya dariku setelah mendengar jawabanku.


"Jangan coba-coba melapor ke polisi, oke?  Kau tahu apa maksudku, kan?"


Kata-kata Den menusuk Araki-san.  Kemudian, Araki-san menjulurkan lidahnya.


"Aku tahu itu, bodoh!  Kamulah yang seharusnya jangan menunjukkan penampilan memalukan seperti saat di dalam gang!"


"Apa katamu?  Apa kau pikir kita tetap sama seperti saat itu?!  Setelah kejadian itu, aku berlatih barixos!!!"


Kyu dan Non mencoba untuk menenangkan Den yang hampir menggigit Araki-san.


Setelah pertengkaran kecil tersebut, Araki-san kembali normal dan menatapku dengan tatapan yang kuat.


"Genji Kuromatsu adalah pemimpin para anak tahun kedua SMA Anakuma.  Untuk lebih jelasnya, dia lebih kuat dari DQN yang terlibat dengan kita sebelumnya..."


"Oke."


"Aku tidak punya pilihan lain.  Jika itu terserahku aku tidak keberatan jika harus meminta bantuan polisi.  Tapi, kita tidak bisa melakukannya karena kita tidak tahu apa yang akan mereka lakukan pada Shizuka, kan?  Kalau begitu, berhati-hatilah karena para bawahan Kuromatsu sangat takut padanya, jadi mereka akan menyerangmu habis-habisan.  Para Yankee Anakuma merasa bahwa Kuromatsu akan membunuhnya jika dia kalah dalam pertempuran.  Jadi, mereka tidak punya pilihan lain selain bertarung sampai mati atau kalah lalu dipukuli olehnya sampai mati."


"Oke."


"Dan ingat ... jika terjadi sesuatu pada Shizuka, aku akan mengirim kalian semua ke neraka."


Ketika aku melihatnya lebih dekat, mata Araki-san dipenuhi dengan air mata.


Aku merasakan adanya kemarahan dan kekecewaan yang tak terkendali pada dirinya, dan hatiku terasa sakit saat melihatnya.


"Ya..."


Setelah menjawab dengan satu kata, aku berpaling dari Araki-san dan mulai berlari lagi.


"Hei, jangan pergi sendirian!"


Suara Den terbang dari belakangku.


'Jika terjadi sesuatu pada Ketua Kelas, bahkan jika Araki-san tidak melakukan apa-apa, akulah yang akan pergi sendiri ke neraka karena kehidupan sehari-harinya yang tenang akan hancur dan tidak akan pernah bisa kembali lagi ke bentuk semula.


Jika aku tidak bisa menyelamatkan Ketua Kelas, aku pasti akan menyesal seumur hidupku karena aku tidak akan bisa melihat senyuman lembut milik Ketua Kelas lagi ... aku merasa sakit hanya dengan berpikir seperti itu...


"Akira!  Ini jalan pintasnya!"


Den berlari dan menyusulku lalu menunjuk ke arah jalan sempit yang dipenuhi oleh pepohohan.


"Akan lebih cepat jika lewat sini!"


"Oke."


Jalan sempit yang tidak beraspal ini dilapisi oleh rerumputan, dan terkadang ada akar pohon yang menonjol keluar dan hampir menyandung kaki.


Tapi, aku tidak bisa memperlambat kecepatanku.  Aku hanya bisa berpikir untuk sampai di sana lebih cepat.


Langit gelap di atas kepalaku tampak seperti mau runtuh.  Dan aku berlari menembus angin yang lebih dingin dari biasanya.


'Ketua Kelas, bertahanlah...'


Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku aku merasa sakit saat sedang memikirkan seseorang.