Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tidak Ada Yang Percaya Padaku [Chapter 65]

No One Believed Me. If You Say You Believe Me Now, It’s Too Late Bahasa Indonesia




Chapter 65: Ruang Bagasi


Tidak ada apa-apa di belakang panggung.


Sejujurnya, aku dibawa ke gudang penyimpanan bagasi, yang kusebut area belakang panggung.


Para gadis dari kelasku semuanya ada di sana.


Anri dan Tanaka-san datang terlambat.


Aku menatap Anri dengan wajah gelisah dan dia memalingkan wajahnya dariku……


“A-Anri?  Ada apa ini……? ”


“Uhm, Shinjo, maafkan aku …….. aku akan merias wajahmu untukmu.”


"Rias?  Apa yang sedang terjadi?"


Ketika aku melihat sekeliling, aku melihat bahwa beberapa anak laki-laki sedang didandani oleh anak perempuan.


Mereka diberi wig, mungkin itu dibawa dari suatu tempat.


Mungkinkah mereka berdandan sebagai wanita?  Aku telah membaca beberapa novel TS sebagai studi, dan aku tidak membenci TS itu sendiri, tapi …….  ini bukan TS, tapi genrenya shounen-shoujo, bukan?

[TL: Transsexual (mungkin). Cowok jadi cewek dan sebaliknya.]


Aku menggelengkan kepalaku.  Tidak, ini adalah kehidupan nyata, jangan tertipu.  Anak laki-laki di sekitarku didandani oleh para gadis dan terlihat marah.


Tapi ada juga yang terlihat sangat bahagia.


"Mau bagaimana lagi, sini biar aku yang merias wajahmu untukmu."


“S-Seo merias wajahku?!  Tapi aku maunya Miyu-chan.……”


“Haa?  Aku akan memberi tahu semua orang rahasia masa kecilmu.  Di kelas kamu kencing di—“


"B-Baka!  Itu terjadi ketika aku masih bocah!"


Fumu, nada bicara Hiratsuka terdengar tidak nyaman, tapi dia tidak marah.  Wajah Seo juga tampak tenang.


Mungkinkah suasana forest school membuat Seo bernostalgia?


“Tunggu sebentar, Shinjo.  Aku juga tidak terlalu tertarik dengan itu……"


"Baiklah, Anri, jika kau tidak menyukainya, jangan lakukan itu.”


“Aku tidak bisa melakukan itu.  Karena, ......, sudah lama sejak kita mengadakan pertunjukan kelas seperti ini, dan aku ...... merasa senang karenanya.”


“Aku tidak mendengar acara seperti ini sejak awal, bukan?  K-Kapan ini ditentukan….”


“T-Tanaka-san dan Yamada-kun yang memintaku untuk melakukannya.”


Semua anak laki-laki yang mendengar kata-kataku langsung melihat ke arah Yamada.


Yamada didandani oleh Tanaka-san dan bersiap menjadi feminin.  ......Orang ini adalah dalang utamanya?


“Yamada yang mengajukannya?!”


"Aku tidak menyangka kalau dialah yang melakukannya!"


"Si idiot ini songong juga!"


“Oi, berhenti main-main, Yamada!  Bodohnya kami menyerahkan tanggung jawab ini padamu!”


"Bacot!  Kalau begitu, beri aku ide yang lain!  Ini salahmu karena menyerahkannya padaku!  Selain itu, ini hanya membutuhkan beberapa orang untuk melewati ini semua!  Lagi pula, kalian terlihat sangat senang ketika berdekatan dengan para gadis, bukan?!”


"Sial……."


“Y-Yah, aku sih tidak keberatan.……”


"A-Aku tidak peduli dengan para gadis."


Yup, di sinilah kita, setengah anak laki-laki di kelas.  Mereka tampaknya tidak memaksa siapa pun yang tidak ingin menjadi bagian dari ini semua.


.......Tunggu, aku tidak diberi tahu?


Semua orang tahu tentang hal ini dan hanya aku yang tidak?  Ini ...... agak menyedihkan.


Anri meletakkan tangannya di antara pipiku.


"Mugg…….”


“Ya, Shinjo.  Lihatlah lurus ke depan.  Jangan khawatir, aku akan membuatmu terlihat sangat cantik.”


Dan dimulailah sesi make-up bersama Anri.……


***


Saat aku sedang merias wajahku, aku berpikir tentang bagaimana caranya keluar dari situasi ini.


“…… Makoto, maafkan aku.  Kamu tahu, sebenarnya aku ingin merias wajahmu."


Aku sangat senang saat melihat wajah Anri saat ketika dia sedang merias wajahku.


Jantungku melompat-lompat.


Orang-orang di sekitarku tidak mendengarnya, jadi dia kembali ke nada suaranya yang biasanya.


Aku suka nada suara yankee Anri, tetapi aku merasa lebih betah dengan nada suaranya yang normal.


“Selama Anri bersenang-senang, aku tidak keberatan.”


"Ehehe, aku bersenang-senang.  ….Aku takut untuk pergi ke forest school ketika aku masih SMP, jadi aku melewatkannya.”


Anri jarang membicarakan masa lalunya.  Dia dikhianati oleh seorang gadis bernama Momo, yang satu kelas dengan Miyazaki dan Haruka.  ......Karena inilah, Anri ditinggalkan sendirian.


"Aku mengerti.  …….Aku juga tidak memiliki kenangan indah tentang forest school.  Aku tidak punya teman.”


“Kita berdua telah berubah entah bagaimana, bukan?  Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan menghabiskan acara ini dengan teman sekelasku seperti ini."


“Mereka sangat baik ketika kau berbicara dengan mereka.”


"Ya, ……, semuanya baik.  Tapi asal tahu saja, terkadang aku merasa takut.  Ketika aku berpikir akan dikhianati lagi, aku menjadi takut.……”


Semakin luas lingkaran yang kau kembangkan, semakin banyak masalah yang akan kau hadapi yang berkaitan dengan hubungan.


Aku yakin aku juga akan terus memiliki masalah dengan orang-orang di masa depan.


Tapi, kupikir aku telah tumbuh karena bertemu dengan Anri dan mengobrol dengan Haruka, keluargaku, dan Nanako juga.


"…..Aku akan selalu ada untukmu.  Jika terjadi sesuatu, aku akan melindungi Anri.”


Kupikir suara yang kukeluarkan lemah dan tenang.


Tapi setelah aku mengatakannya, aku merasakan gelombang penyesalan.  Aku hanyalah …… teman untuk Anri.  Mungkin kata-kata berat seperti itu tidak diperlukan.


Anri membelai lembut rambutku.  Karena yang ia sentuh adalah wig, jadi rasanya agak aneh.


“Akhirnya, kamu kembali ke dirimu yang biasanya.  Kami tampak jauh akhir-akhir ini, tapi aku lega sekarang.  Ma-Makoto-kun sangat penting bagiku.  --Terimakasih untuk segalanya."


Mungkin, aku sedang hanyut oleh minat cintaku sendiri.


Wajar saja.  ......Anri istimewa bagiku.  Itulah hubungan antara aku dan Anri.


"Hmm?  Anehnya, di sini cukup tenang.”


Aku berbisik, jadi teman sekelasku tidak bisa mendengarku.  Aku yakin Anri juga akan memperhatikan nada suaranya yang biasa.


Di sini, para gadis yang sedang merias wajah memalingkan wajah mereka, para anak laki-laki juga memalingkan wajah mereka, dan untuk beberapa alasan, Hiratsuka menutupi wajahnya dengan tangannya sendiri?


Hirano berdiri di depan kaca jendela dengan bahu gemetar.  Apa-apaan ini?


Anri kemudian menepuk pundakku.


"Yosh!  Shinjo, sudah selesai!  ……, aku mungkin terlalu berlebihan.  Tapi kamu sangat imut."


*Tunggu, Anrii.  A-Apa yang sedang terjadi di sini?”


"Aku akan memotretmu nanti!  Tapi aku harus pergi sekarang!"


Yamada dan Tanaka-san memimpin para anak laki-laki.


Sekali lagi, adegan ini…….


Suasananya menjadi aneh.  Murid laki-laki yang berpakaian seperti perempuan mondar-mandir  ke sana dan kemari.


Murid perempuan dengan senang hati memotret mereka semua.


Aku tidak tahu apa ini karena aku jarang berpartisipasi dalam acara sekolah, tetapi apakah ini adalah suasana dalam keadaan spesial?  Suasananya mirip dengan festival.  Aku hanya ingat pernah pergi ke festival sebagai seorang anak kecil dengan Haruka dan Miyazaki ...... kupikir aku tidak akan pernah bisa mengalami suasana seperti itu lagi.

 

“Tunggu, Shinjo?  Serius, kau Shinjo?!  Ya Tuhan!  Kupikir akulah yang paling lucu, tapi ...... sial, aku kalah!"


Yamada menatapku dan mendecakkan lidahnya dengan frustrasi.  Tidak, jangan mendecakkan lidahmu.  Maksudku, apa yang sedang kau bandingkan?


“Haa?  Serius, Shinjo?  Ah, aku akan jatuh cinta padamu.  Ini buruk.  …… Hei Seo, bagaimana menurutmu?”


“……Ini membuat frustrasi tapi kau lebih cantik dariku.  ......Maksudku, jangan panggil aku Seo.”


"Aku setuju.  …… Oh, Seo juga imut, tapi kau tidak boleh memiliki lipatan di antara alismu.”


"Ini membuatku kesal.  Maksudku, kau selalu memuji dan mengejek di saat bersamaan.  Kau selalu saja seperti itu.”


"B-Baka!?  Miyu sedang mengawasi kita, jadi jangan lakukan itu!”


Keduanya bercanda bersama dengan akrab.  Atmosfernya cukup bagus.


Pada saat itu, sebuah tangan diletakkan di bahuku dari belakang.  Itu adalah sentuhan yang berat.


Aku berbalik dan melihat Hirano, yang tidak berpakaian seperti wanita.  Kupikir sepertinya ada karakter seperti ini di manga.


“Anak laki-laki yang melakukan cross-dressing silakan berkumpul di dekat Shinjo.  Ayo kita mulai."


Ketika Hirano mengatakan itu, para anak laki-laki yang melakukan cross-dressing berkumpul di sekitarku.


Why?


Pertanyaan itu tidak pernah hilang, dan mereka semua menaiki ke panggung seolah-olah untuk mengelilingiku.