Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tidak Ada Yang Percaya Padaku [Chapter 64]

No One Believed Me. If You Say You Believe Me Now, It’s Too Late Bahasa Indonesia




Chapter 64: Rekreasi


Dulu, aku benci berfoto.


Aku benci melihat wajah gelapku di album.


Itu berubah ketika aku bertemu Anri.  Folder-folder di ponselku penuh dengan foto-fotoku dan Anri.


Berawal dari field trip ke Destinyland.  Ketika aku melihat foto-foto itu, kami berdua masih memiliki senyum kaku di wajah kami, tetapi sekarang berbeda.


Dalam foto ini, kami duduk bersama di sudut dapur, saling memandang, dan memiliki senyum alami di wajah kami.


“Belum lama ini kita mengambil foto pertama kita berdua, dan aku sangat merindukannya.……”


Anri menggulir ponselnya dan melihat foto-foto lama.


Memutar kembali ke foto-foto waktu di Destinyland.  Rasanya seperti memutar kembali kenangan saat itu.


“Aku ingat betapa terkejutnya semua orang ketika mereka melihat Anri saat itu.  Kau terlihat sangat cantik.”


"I-Itu bohong, kan?!  S-Semua gadis juga menatapmu, Makoto-kun.”


"Benarkah?"


“Mou, Makoto, kamu akan berada dalam masalah karena tidak menyadarinya.……”


Tamasya hari itu adalah sesuatu yang istimewa bagi kami.


Ketika kami bersama, luka masa lalu kami menghilang.  Itu adalah hari di mana aku diyakinkan akan hal itu.


“Berbicara tentang hari itu, aku ingat nada suara Anri yang menjadi lebih halus dan lembut.”


“Eh?!  I-Itu tidak benar.  I-Itu karena kita ada di Destinyland!"


"Tentu saja, itu adalah ruang misterius."

[TL: Salah satu spot di taman hiburan.]


Liburan musim panas masih panjang.  Masih ada banyak waktu libur setelah forest school ini selesai.


Tentu saja, aku masih harus merevisi untuk publikasi dan juga menulis chapter bonus untuk pembaca.  Tapi itu bukan masalah.  Semuanya akan berjalan sesuai jadwal.


Dan aku semakin termotivasi untuk berkreasi ketika aku melihat ilustrasi indah Mitobe-sensei.


Anri masih memandangi foto-foto itu dengan seringai di wajahnya.  Itu adalah foto dari kencan jalan kaki kami.


......Aku memiliki ekspresi seperti itu di wajahku, huh?


“Makoto, kamu banyak menangis setelah itu, bukan?  Fufu, kamu sangat keren, karena membantu Haruka-chan sesudahnya.”


“A-Aah, itu uhm….”


Anri menoleh ke arahku setelah mematikan ponselnya.


Itu hanya gestur, tapi itu membuat jantungku berdetak lebih cepat.  Aku tidak bisa menatap wajahnya.


“Ah, begitu lagi!  Kamu sering melakukannya akhir-akhir ini!  Aku ingin kamu melihatku dengan benar!”


"Benar.  …Itu karena, Pomeko-san sangat imut, oh, tidak, maksudku, …ah, ayo pergi bersama Puggy untuk liburan musim panas, oke?”


"I-Imut, itu memalukan.  …….  Berhenti bercanda dan bicaralah padaku secara tatap muka, oke?”


"Aku tidak bercanda."


"M-Makoto?  U-uhm, aku setuju denganmu tentang pergi jalan-jalan bersama Puggy.  Apa yang harus kita lakukan?"


Tidak ada murid lain yang mendekati tempat ini.  Itu membuatku merasa kalau mulutku semakin ringan.


Aku seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak bisa.


Anri berdeham dengan “kohon."  Wajahnya juga sedikit merah.  Lalu dia dengan lembut meraih tanganku.


"Makoto-kun, kita harus segera ke sana.  Hehe, di sini aku bisa berbicara dengan normal, tetapi di sana akan sulit. ”


Kami selalu sendiri, tapi aku tidak ingin meninggalkannya.


Kami selalu bersama, tetapi di sekolah, kami tidak.


Aku menekan perasaan di dadaku dan berdiri dengan memegangi tangan Anri.


Apakah tidak apa-apa untuk menjadi sangat bahagia?


Akankah sesuatu hal yang buruk akan terjadi padaku seperti waktu itu saat forest school?


Semua ketakutanku sirna saat aku bersama Anri.


Kami memutuskan untuk pergi ke alun-alun rekreasi.


 ....Master, aku telah menemukan seseorang yang kusayang, terima kasih atas novelnya.


Aku memutuskan untuk membicarakan tentang masterku pada Anri suatu hari nanti.


***


Itu adalah Hiratsuka yang mendekatiku lebih dulu.


"Oi, oi Shinjo!  kau terlambat!!  Ini sudah dimulai!  Adikmu ada di atas panggung!  Kaa~ Haruka-chan sangat imut!”


Ketika aku sampai ke tempat kelas kami, teman-teman sekelasku sudah berkumpul di sana.


......Aku dulu benci adegan ini.


Dalam sekelompok teman sekelas yang semuanya berkumpul dan mengobrol, hanya aku yang datang belakangan dan menghabiskan waktu sebagai penyendiri, seperti orang buangan.


Sekarang setelah aku memikirkannya, aku menyadari bahwa perasaan terasing dapat membawa pikiran seseorang ke arah yang tidak menyenangkan.


Aku melihat ke arah Anri di sebelahku dan dia tersenyum sedikit pahit.  Mungkin dia memikirkan hal yang sama juga.


Anri tidak akrab dalam kelompok karena pengalaman masa lalunya.


“O-Oi, Shinjo, d-jangan terlalu jauh dariku.”


Namun, hal-hal mungkin akan sedikit berbeda sekarang.


Hiratsuka menatapku dan berbicara kepadaku dengan senyum riang.  Dia terlihat seperti penggoda, tapi kurasa dia pria yang sangat baik.  Dan Hirano yang serius selalu bersamanya.


Aku tidak merasakan tekanan aneh dari teman sekelasku yang lain.  Baik Yamada maupun Tanaka berkata, “Ou!” 


“Shinozuka-san, sisi ruangan ini kosong, loh……”


Ini mungkin hal yang biasa.


Tapi, apakah itu benar-benar normal?  Karena aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan menjadi orang yang mencoba untuk menyesuaikan diri dengan kelompok tanpa menolak orang-orang seperti ini.  Kupikir tidak ada orang yang mau menerimaku.


Anri, yang diundang oleh Tanaka, menatapku.


Dia terlihat sedikit pemalu.  ......Tapi aku yakin dia akan baik-baik saja.


“Setelah forest school ini selesai, mari kita bicara banyak berduaan.”


“Y-Ya … T-Tentu saja.  ...... Kalau begitu aku akan pergi."


Anri memberiku lambaian kecil dan kemudian berjalan menuju Tanaka-san.


Anri, yang dikhianati oleh teman-temannya, mungkin akan mulai berteman lagi.


……Mou, aku sedikit cemburu.


***


Yamada, yang berdiri di samping Tanaka-san, mendekati kami, sambil menggaruk kepalanya.


“Uhehe, ooo, Shinjo!  Apa kabar?  Aku sendiri baik-baik saja!  Hehe, aku telah melihat Tanaka, yang sudah lama tidak kulihat!  Kau pasti juga merasa senang setelah melihat Shinozuka-san untuk pertama kalinya setelah sekian lama, bukan?”


“Ah, s-sepertinya begitu."


Sejujurnya, kami bertemu hampir setiap hari.  ...... Tapi jangan mengatakan sesuatu yang tidak perlu.


Kemudian, Hirano menyela.


“Shinjo, adikmu akan mulai bernyanyi.  Dengarkan dia."


"Bsgitukah.  ……Hmm?  Dia bisa menyanyi?  Aku hanya pernah mendengar derumannya.”


Ada tempat tinggi di alun-alun yang digunakan sebagai panggung pertunjukan.


Haruka dan gadis-gadis lain di kelas sebelah berdiri dengan memakai jersey.


Aku ingin tahu apakah mereka masih sedikit malu-malu.  Berbeda dengan Haruka, yang tampak menikmati dirinya sendiri, Miyazaki dan banyak gadis lainnya tampak malu dan patah semangat.


...... Teman masa kecil, huh.


Aku melirik Hiratsuka, dan tatapannya beralih ke Seo.


Aku mulai memiliki perasaan campur aduk tentang sesuatu.


Aku melihat ke arah panggung lagi dan melihat Haruka bertingkah mencurigakan, berlarian ke sana dan kemari, seolah mencari sesuatu.


Tiba-tiba, aku merasa matanya bertemu dengan mataku.  Itu gelap, jadi aku tidak bisa melihatnya dengan jelas……


Tapi, Haruka tersenyum malu-malu dan memberiku lambaian kecil.


Mungkin dia sedang melambai padaku.  Di masa lalu, aku tidak akan mengerti.  Dia tidak pernah berubah tidak peduli berapa usianya.  ......Itu benar, bagaimanapun juga, dia adalah adikku.


......Haruskah aku menunjukkan padanya sesuatu yang besar sesekali?


Aku melambaikan tanganku dan berteriak dengan sangat keras.


“——Haruka, semangat!!”


Dengan banyaknya murid yang berdengung di sekitar, aku tidak tahu apakah dia bisa mendengarku.  Meskipun aku tidak tahu apa yang sedang kulakukan, tapi aku hanya ingin menghibur adikku.  Mungkin itu karena perasaan alami.


Haruka melompat-lompat gembira dengan mulut ternganga.


Lalu–


"Yeeeeeey!!!  Dengarkan lagu dari  anak Tahun Pertama, Kelas B!"


Haruka melangkah maju dari grup dan mulai menyanyikan lagu dengan suara duniawinya–


Aku bertanya-tanya apakah tidak apa-apa untuk meledak-ledak di dalam hutan seperti ini, tetapi penonton benar-benar benar-benar merasa terhibur.


Aku tidak menyangka bahwa Haruka telah menjadi penyanyi yang begitu baik.  Tentu saja, murid lain juga bernyanyi, tetapi mereka semua ditenggelamkan oleh suara Haruka.


Lagu itu seperti lagu idol, dan aku tidak tahu lagu siapa itu, tapi Haruka telah mencoba yang terbaik.


Beberapa murid sedang menari.  Di antara mereka, aku bisa melihat Miyazaki.


"Orang itu bisa melakukan apa saja jika ada hubungannya dengan olahraga."


Kenangan masa kecilku kembali bersamaan dengan lagunya.


Itu semua kenangan yang menyakitkan, tetapi ada juga saat-saat penuh bahagia.


Meskipun hal-hal selalu bertentangan, tapi amu akhirnya bisa menyembuhkan lukaku.


Mau tak mau aku mengikuti Anri dengan mataku sambil mendengarkan lagu Haruka.  Anri menghabiskan waktu bersama Tanaka dan yang lainnya dengan senyum di wajahnya.


Aku merasakan perasaan bahagia yang tak tertahankan.


Aku tidak pernah berpikir bahwa akan tiba saatnya di mana aku bisa menikmati acara sekolah biasa seperti ini.


"Terima kasih banyak.  Selanjutnya, Kelas A Tahun Pertama!  Adeju!”


Haruka terlihat puas dan mendapat sorakan dari para murid.


Aku merasa ingin menepuk kepala Haruka untuk pertama kalinya setelah sekian lama.


“Oi, Makoto, kitalah yang akan tampil selanjutnya, jadi ayo bersiap-siap dengan cepat!”


Hiratsuka meraih bahuku karena suatu alasan.  Dan kepalaku dipenuhi tanda tanya.


Kelas C kita akan melakukan pertunjukkan?  Apa yang akan kita lakukan?  Aku tidak mendengar apa pun tentang hal ini.


“Maafkan aku, Shinjo … tapi aku sudah mendapat persetujuan dari istrimu!”


Yamada membuang pandangannya dengan canggung.  “Istri”?  Maksudmu Anri?!


"O-Oi, apa yang akan kita lakukan?  Hirano?  Mengapa kau menarikku?  Oi, tunggu?!  Apa yang sedang terjadi?!"


Aku diseret oleh Hirano dan dipindahkan ke bagian belakang panggung.