Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sekali Kepercayaan Itu Hancur, Maka Habislah Sudah [Chapter 43]

Once Trust Is Broken, It Can’t Be Regained – No Matter What You Say Now, It Won’t Affect Me Bahasa Indonesia




Chapter 43: Niat Jahat Manusia


"Dia dulunya adalah seorang atlet, tetapi seorang reporter memotretnya dengan wanita lain meskipun dia sudah menikah, dan orang-orang mencurigainya sedang berselingkuh.”


"Dia menyangkalnya, dan tidak jelas apakah itu benar atau tidak, tetapi dia kemudian bercerai dengan wanita yang dinikahinya saat itu, yang membuat orang-orang semakin percaya pada rumor itu.”


"Tepat setelah perceraiannya, dia juga menghilang dari dunia olahraga..."


Aku kebetulan mendengar berita itu.  Nama itu terdengar familiar untukku, dan aku mengalihkan perhatianku ke layar berita yang mengabarkan bahwa seseorang yang kukenal telah bunuh diri.


"Dia bunuh diri?"


"Kuharap dia tidak berselingkuh denganku sejak awal."


"Itu benar."


Mereka tidak mengenalnya, dan dia bukan selebriti yang akan dikenal oleh semua orang jadi itulah reaksi mereka.  Dan aku tidak tahu apakah perselingkuhan itu tuduhan palsu atau bukan.


"Setelah dia meninggalkan dunia olahraga, dia bekerja di perusahaan swasta…”


“Ada apa denganmu, Renya?  Apakah berita itu sangat mengganggumu?


"……Ya."


Ketika aku terganggu oleh berita itu, Saijo mulai berbicara denganku, tetapi aku hanya bisa memberinya jawaban mentah.


"Sebuah catatan bunuh diri ditemukan, dan menurut catatan itu..."


"Ada apa Renya?  Jangan bilang kalau kau mengenalnya?"


"Tidak, aku hanya melihatnya di TV."


Saijo, yang penasaran tentang kondisiku, bertanya apakah aku mengenalnya, tetapi tentu saja jawabannya tidak.  Aku hanya mengenalnya satu arah.  Dan aku tidak tahu banyak tentangnya.


"Baiklah…"


"………”


Setelah itu, aku linglung sendiri sampai pestanya selesai.


***


Setelah meninggalkan teman sekelasku, aku pulang ke rumah dan mencari berita di Internet.


Dia dilaporkan tidak setia kepada istrinya, bercerai, pensiun dari olahraga, dan terasing dari teman-temannya.  Namun, dia kemudian menemukan pekerjaan di sektor swasta dan bekerja dengan rajin, mendapatkan kepercayaan dan penghargaan dari orang-orang di sekitarnya.


Tampaknya teman-temannya dan mantan istrinya telah datang menemuinya lagi, entah karena mereka telah melihat bahwa dia telah melepaskan masa lalunya dan memulai hidup baru, atau karena kesalahpahaman telah diluruskan.


Dia sekarang menjalani kehidupan yang memuaskan lagi, meskipun dengan cara yang berbeda dari sebelumnya, dan aku menghormatinya untuk itu.  Dia pasti orang yang kuat yang tidak hancur bahkan setelah satu kemunduran.


Tapi kedengkian manusia tidak ada habisnya.  Dia menjalani hidupnya sepenuhnya, tetapi suatu hari, orang-orang mulai mengetahui tentang masa lalunya.  Dia tidak berbohong tentang namanya, jadi orang-orang yang mengenalnya tahu dirinya yang sebenarnya.  Orang-orang itu berbicara dengannya dan membelanya karena mereka tahu bahwa masa lalunya adalah kebohongan dan mereka tahu betapa kerasnya dia bekerja.  Namun, masyarakat umum dan orang-orang dari departemen lain yang tidak mengetahui karakter aslinya dan menganggap kalau masa lalunya benar, mulai menyerangnya.


Apa yang dimulai sebagai keluhan dari masyarakat umum terhadap perusahaan secara bertahap tumbuh menjadi kebencian.  Karena dia mulai dikenali semua orang, jadi dia dikasari baik di rumah maupun di perusahaan.


Tapi dia masih berusaha melakukan yang terbaik, tetapi teman-teman dan mantan istrinya, yang pada awalnya mendukungnya dalam menghadapi kebencian yang mulai meningkat, mulai meninggalkannya lagi, dan perusahaan dengan lembut menyarankannya untuk mengundurkan diri secara sukarela.


Aku ingin tahu bagaimana perasaannya saat itu.  Dia kehilangan segalanya sekali, tetapi dia bekerja keras dan membangun hidupnya dan kepercayaannya lagi, dan kemudian kehilangan semuanya lagi.  Apakah dia putus asa atau apakah dia membenci orang-orang yang telah menganiayanya dan teman-teman yang telah meninggalkannya?


Aku bukan dia, jadi aku tidak tahu apa jawabannya.


Itu membuatku berpikir tentang diriku yang sekarang.  Setelah apa yang terjadi di SMP, aku mulai berhenti mempercayai orang-orang dan mencoba untuk tidak terlibat dengan siapa pun.  Tapi bagaimana tentang diriku yang sekarang?  Semenjak aku mulai masuk SMA, aku telah terlibat dengan lebih banyak orang, dan bahkan hari ini aku ikut pergi dengan teman-teman sekelasku.


Akankah aku bisa terus seperti ini?  Jika aku terus terlibat dengan orang-orang, aku mungkin akan mulai membangun persahabatan dan kepercayaan dengan orang-orang seperti dulu.  Itu akan menjadi hal yang baik dari sisi lain.  Tapi apa yang akan terjadi padaku jika sesuatu terjadi lagi dan tidak ada yang percaya padaku lagi?


Akankah aku merasa kecewa dan berkata, "Aah, seperti yang kuduga..." atau akankah aku berpegang teguh pada hatiku dan berkata, "Tolong percayalah padaku kali ini!"  Atau ...... akankah aku bunuh diri seperti dia?


"Fiuh.……”


Aku mengalihkan pandanganku dari komputer dan menghela napas.  Aku baru saja mencari informasi di Internet.  Itu mungkin tidak akurat.  Tapi tidak diragukan lagi bahwa dia memang bunuh diri.


“………”


Akan sangat lancang bagiku untuk mencoba memahami perasaannya.  Aku merasa dekat dengannya sendiri, tetapi hasil yang dia tinggalkan dan kebencian yang dia tunjukkan jauh lebih besar daripadaku.  Mungkin dia merasa kesal karena merasa dekat denganku, dan dia mungkin marah karena aku tidak membagikan perasaannya.


Tapi aku berterima kasih padamu.  Berkatmu, aku dapat mengingat naluri pertamaku, dan aku belajar tentang kebencian orang-orang.  Aku tahu ini mungkin masih dalam skala kecil, tetapi aku mungkin mengalami hal serupa.  Itu sebabnya kupikir aku harus menjaga jarak.


Lagi pula, aku tidak ingin membangun kepercayaan dengan orang-orang.