Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teman Masa Kecilku Yang Terimut Di Dunia [Chapter 60]

Forever And Always, My Childhood Friend Is The Cutest Girl In The World Bahasa Indonesia




Chapter 60: Aku Di Sini


Sekarang jam 9 dan kami telah mencapai titik dimana kami akan berpisah.


"Aku bisa pulang sendiri dari sini."


Rin berbalik ke arahku saat dia mengatakan itu.


"Terimah kasih banyak untuk hari ini. Aku sangat bersenang-senang."


Dia mendukung kata-katanya sendiri dengan senyum indah saat lampu jalan bersinar kebawah wajahnya. Aku mengernyitkan alis sebagai jawaban.


Didalam crystal pupil itu adalah emosi yang pasti tidak berteriak karena senang atau apapun itu. Itu sesuatu yang aku, tanpa keraguan, akan kulewatkan jika saja aku bukan teman masa kecilnya.


"Aku akan mengantarmu."


Proposisi itu datang dari mulutku sebelum aku punya waktu untuk memprosesnya. Rin perlahan menutup matanya dan menggelengkan kepalanya.


"Terimah kasih untuk tawarannya, tapi tidak apa. Kamu juga lelah, jadi kamu harus pulang dan beristirahat."


"Terimah kasih untuk pertimbangannya, tapi aku sangat baik-baik saja, jika aku mengatakannya sendiri. Ini sudah larut, jadi itu yang terbaik jika aku mengantarmu pulang."


"Tapi..."


Aku meraih tanganku, dan jari-jariku saling bertautan dengan jari-jari mungilnya.


"Yah, itu memang yang kukatakan, tapi sebenarnya, aku hanya ingin menghabiskan waktu lebih banyak bersamamu, Rin."


Pupil milik Rin berputar seperti kelereng. Sebelum aku mengetahuinya, dia mulai lengah."


"Begitu..."


Musim semi pada suarana mengkhianati kedinginan yang coba dia pertahankan. Aku memberikan tangan kecilnya genggaman yang erat.


"Aku juga merasakan hal yang sama, Tohru-kun."


Kata-kata tidak diperlukan lagi. Dengan itu, dengan keempat kaki kami, kami berjalan menuju rumah Rin. Kami tidak terlalu berbicara tentang apapun, sebaliknya kami berdua perlahan melanjutkan perjalanan kami. Area yang kami tinggali cukup jauh dari stasiun terdekat, jadi tidak begitu banyak orang. Lagipula, itu sudah larut malam dan kesempatan melewati orang lain sangat tidak mungkin.


Dari kejauhan, kilatan dari sebuah kereta bisa didengar. Sesekali, sebuah mobil berjalan melewati jalan didekat kami. Dan di sebelahku, aku bisa mendengar suara dari nafas Rin.


Dari kejauhan, semua suara itu menghilang. Aroma manis itu selain melayang ke hidungku, pikiranku menjadi mati rasa sebagai respon.


Aku menggelengkan kepalaku, memberitahu diriku sendiri untuk berhenti. Saat aku menyingkirkan pikiran terkutuk itu dari kepalaku, Rin sangat bersemangat saat dia bersenandung. Itu adalah pertunjukkan yang hanya aku yang tahu. Aku bisa merasakan listrik mengalir melalui sarafku. Berjalan kaki 10 menit seperti biasa membawa kami ke 15 menit, saat kami sampai dirumah Rin.


"Terimah kasih untuk hari ini."


"Tidak masalah, aku juga sangat bersenang-senang."


"Apa kamu mendapatkan inspirasi untuk ceritamu?"


"Oh ya, itu sempurna! Aku rasa aku akan menulis 100 ribu karakter story tentang Cat Cafe!"


"Kamu sungguh akan membuat cerita tentang Cat Cafe?"


"Itu seharusnya cukup untuk cerita yang lengkap!"


"Yah, setidaknya kamu antusias. Ngomong-ngomong..."


Rin menundukkan kepalanya di depanku.


"Terimah kasih untuk semuanya... aku sungguh-sungguh."


"Tidak apa, tidak perlu khawatir tentang itu. Pikirkan saja itu sebagai seperseratus balasan untuk semua yang telah kau lakukan untukku."


"Kalau begitu terimah kasih, aku akan memastikan aku akan membuatkanmu rebung untuk makan siangmu besok."


"Sial, sepertinya itu baru saja menjadi seperseribu."


"Rebung seharusnya tidak mengembang tingkat terimah kasih."


Aku merasakan perubahan halus dalam sikapnya. Aku juga merasakan ketidaknyamanan itu sebelumnya. Keagungan itu terlihat suram.


"Hey..."


"Ya?"


"Apakah... ada yang salah?"


"Huh?"


"Yah, hanya saja.. kau tidak terlihat begitu baik."


Rin berkedip dengan kaget karena pertanyaan langsungku. Dengan bersenandung. Lampu diatas kepalanya menyala.


"Oh aku tahu, berpisah membuatmu kesepian, kan? Itu pasti kenapa!"


Aku menyilangkan tanganku saat aku mengadakan pertunjukkan megah. Jika aku bercanda disaat seperti ini, mungkin Rin akan kembali seperti biasa. Ketegangan seharusnya pergi kedalam kabut tapi...


"Kamu sungguh bisa melihat kedalam diriku.."


Dia yang menjadi serius membuatku lengah. Sebelum aku bisa berpikir apa yang harus kukatakan, Rin membuka mulutnya lagi.


"Tohru-kun, saat di McDonalds, ingat saat kamu mengatakan ada kemungkinan kita tidak akan pernah bertemu jika Syrup tidak ada disana?"


"Y-ya... aku memang mengatakan itu."


Aku mempelajari sesuatu yang mengejutkan hari ini. Di awal musim panas di kelas dua, aku punya kesempatan bertemu di perpustakaan sekolah. Sedikit yang kutahu, Syrup adalah alasan untuk semua itu. Aku akhirnya bisa mendengar sebagian cerita dari pertemuan kami sepuluh tahun yang lalu. Mengetahui bahwa sekarang merupakan kejutan besar bagi sistemku.


"Aku membayangkannya di kepalaku, jika kita tidak pernah bertemu saat itu... bagaimana hal-hal yang akan berbeda?"


Kami melihat keatas langit berbintang saat Rin mengungkapka perasaanya.


"Berbicara denganmu, memakan semua makanan enak itu, bahkan hanya dengan bersama bersamamu. Itu tidak akan pernah terjadi."


...


"Dan aku mulai merasa kesepian."


Rasanya seperti senyum lemah di wajahnya akan memudah di malam hari jika aku mencoba menyentuhnya. Aku mencoba membayangkannya di kepalaku.


Bagaimana jika Rin dan aku tidak pernah bertemu?


Berbicara dengan Rin, memakan semua makan enak itu dan bahkan bermain bersamanya. Dan sebagai pembaca, dia mendukung impianku setiap hari. Aku memiliki senyum di wajahku saat semua komentar dukungan itu mengatakan bahwa ceritaku itu bagus. Dan saat impianku menjadi kenyataan, kami menangis bersama. Semua kenangan yang tak tergantikan itu akan menghilang seperti itu saja.


Ah, dia benar. Membayangkannya membuatku kesepian juga. Itu menyakitkan, seolah-olah pembuluh darah di dadaku mulai menggumpal.


"T-Tohru-kun?"


Sebelum aku sadar apa yang sedang terjadi, Rin meringkuk di dadaku. Itu sangat hangat dan aku merasa pusing karena aromanya.


"Semua akan baik-baik saja, karena aku berada disini."


Aku memberitahukan itu pada Rin, seolah-olah aku sedang membuat sumpah keabadian.


"Selamanya dan selalu, aku akan bersamamu."


Itu adalah kata-kata untuk menenangkan Rin dan juga untuk mengalihkan perhatian dari kesepianku sendiri. Aku meremas kedua tanganku dan mulai membelai rambutnya yang panjang dan indah itu, seolah-olah aku yang membuat Rin ternyata benar-benar ada.


"Aku juga."


Rin kembali memelukku. Mungkin dia merasa kesepian yang ada pada diriku juga. Untuk sesaat, kami berbagi kehangatan. Pada akhirnya, kami berpisah, sadar bahwa kami berdua diluar.


"Ah... kita melakukan yang sangat berani di publik."


"A-aku lebih berani daripada yang kau pikirkan."


Aku melempar dadaku, mencoba untuk memasang wajah berani, tapi bahkan sebuah pensil bisa membuka wajahku.


"Aku sangat menyadari itu tapi..."


Mengatakan itu, Rin membawa wajahnya mendekati diriku.


"Bagaimana kalau kamu hanya menunjukkan keberanianmu hanya di depanku?"


"Tentu saja. Aku akan memastikan untuk bersikap seperti gadis cantik didepan semuanya kecuali kamu."


"Bagaimana kalau aku menyiapkan truck nya sekarang?"


"Apa kau mencoba membawaku menuju isekai!?"


Rin meletakkan tangannya di wajahnya saat dia mulai tertawa. Itu adalah senyum murni yang seterang yang bisa dilihat mata.


"Baiklah, sampai jumpa besok."


"Ya, sampai jumpa."


Dan dengan itu, kami berpisah. Aku memunggungi Rin yang melambai dan pulang menuju rumahku. Udara di kota tidak begitu bagus, tapi aku merasa luar biasa, maksudku, ini adalah kencan pertamaku dengan Rin. Memikirkannya lagi, ini adalah hari terbaik dalam hidupku.