Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tidak Ada Yang Percaya Padaku [Chapter 59]

No One Believed Me. If You Say You Believe Me Now, It’s Too Late Bahasa Indonesia




Chapter 59: Tidak Ada Yang Percaya Padaku


Ini juga masih terjadi di masa lalu.


Setelah aku meninggalkan master, aku duduk di sudut api unggun.


Tidak ada yang berbicara denganku.  Terkadang, aku bisa mendengar suara adik tiriku yang sedang berteriak, tetapi aku tidak peduli.


Shizuka Miyasaki sedang berjalan sendirian dengan seorang murid laki-laki, tapi aku tidak merasakan apa-apa.


Kisaragi dan kelompok gadis lainnya melihatku, lalu menunjukku dan menertawakanku, tapi aku tidak peduli.


Nanako sedang duduk sendirian di sana, tapi itu bukanlah masalah bagiku.


Kepalaku dipenuhi dengan pikiran untuk menulis novel.


"Hei!  Kamu terlihat sangat kesepian.  Haa.  ......, kamu benar-benar pengacau jika kamu tidak muncul bahkan setelah aku mengundangmu.  Kamu tahu, kamu seharusnya meminta maaf kepadaku……"


Hanazawa-san datang untuk duduk di sebelahku.


Aku tidak tahu.  Kenapa dia terus berbicara denganku di forest school ini?


"……Aku tidak mengerti.”


“Ah benar, kamu tahu, ada banyak rumor buruk tentangmu, tetapi kamu pandai dalam olahraga, kamu juga murid terbaik di kelas kami, kamu tinggi dan kamu memiliki wajah yang tampan.  Beberapa gadis mencoba memeriksa untuk melihat apakah rumor itu benar.  Serius, kamu hampir menjadi populer.  Aku tidak tahu apakah kamu mengetahuinya karena kamu selalu dibully di kelas kami.  Kakak dan adik kelas bahkan ikut membicarakanmu.”


Supaya tidak mempermalukan ibu dan adik tiriku, aku terus menjaga agar penampilanku rapi dan elegan.


Belajar dan berolahraga dengan sempurna akan mengurangi penilaian negatif keluargaku.


Aku melakukan apa yang harus kulakukan.


Aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan menjadi populer.


Tidak mungkin aku bisa populer.  Karena aku selalu diperlakukan seperti penjahat.


"Itu tidak mungkin.  ...... Aku terlalu suram”


"Apa?  Tapi kamu bisa berbicara dengan adikku.  Kudengar kamu normal saat itu.  Kamu benar-benar harus berhenti menyembunyikannya.  Bahkan Ryuji sampai kesal denganmu makanya dia mengganggumu terus.”


Aku benar-benar tidak mengerti.  Hal kecil ternyata bisa mengubah penilaian dari seseorang.


Apakah ini karena nasib burukku?  Tidak, itu salah.  Itu karena aku terus membuat pilihan yang salah.


Aku tidak berguna.


Gadis ini seperti Nanako.


Dia hanya ingin memainkan peran sebagai murid yang baik yang peduli padaku, orang yang dibenci oleh semua orang.


Kata-katanya tidak memiliki bobot.


"Kenapa kau selalu mencoba berbicara denganku?"


"Eh?  Itu karena kita sekelas.  Selain itu, aku hanya ingin tahu tentang seperti apa wajahmu yang sebenarnya karena adikku tiba-tiba jadi sangat imut dan pemalu.  Dan apakah kamu berpikir kalau aku menyukaimu?  Pfft, aku–“


“Uhm, tentang Sakakibara-kun.”


"Apa!?  S-Serius!?  Mengapa?  Apa?  Eits, kamu bohong!  Oh, Ryuji–“


Hanazawa melihat ke belakangku, tersenyum dan melambai.


Saat itulah aku merasakan kejutan di punggungku.


"Guhuk……”


“Oh, maaf, kau banyak laga di forest school ini, huh?  Maksudku, kau seharusnya memikirkan tentang posisimu di kelas.  Hanazawa sudah bersikap baik padamu, tapi itu tidak berguna.  Aku benar-benar ingin menghajarmu.”


Sepertinya aku telah dipukul di bagian belakangku sekeras yang dia bisa.


Itu terlalu mendadak hingga aku tidak bisa bernapas dengan baik.


“Tunggu, Ryuji, kamu sudah keterlaluan.  D-Dengar, sekarang sedang forest school, jadi tidak apa-apa jika dia menjadi patsy.  Apalagi makanannya enak.”


"Jadi, Hanazawa menyukai pria ini?  Bukankah kamu terlalu dekat dengannya?  Aku sudah tidak sabar untuk pergi ke forest school bersamamu~  Bolehkah aku datang ke kamarmu setelah ini?  Jika aku menyelinap masuk, aku tidak akan ketahuan, kan?”


"A-Ahahaha, serius?!  Tunggu, aku sangat senang.  …….  Tapi Shinjo tidak ada hubungannya dengan ini.  Tidak mungkin aku menyukai pria suram ini.  Dia hanya seseorang untuk bahan olok-olok.  Dia benar-benar menyebalkan.  Dia sangat menyebalkan, dan dia tidak mengatakan apa pun bahkan pada saat buku pelajarannya dirobek-robek.  Dia bukan laki-laki, kamu tahu?”


Wajah Hanazawa memerah saat dia mengatakannya dengan gembira.  Mungkin dia tidak ingin terlihat bersahabat denganku, tapi dia berusaha keras untuk menyangkalnya.


Aku ingin tahu apakah dia tahu apa yang sedang dia lakukan?  Dia menatapku dari atas.  Dia tidak melihatku sebagai pribadi.  Apa gunanya apa yang dia katakan barusan?


“Kau benar-benar menjijikkan.  Maksudku, Shinjo, kau tadi berduaan dengan seorang anak SD, bukan?  Apakah kau seorang lolicon hanya karena kau tidak bisa mendapatkan perhatian dari teman-temanmu?  Bukankah itu buruk?  Bukankah aku harus memberi tahu semua orang tentang ini?  Kau telah melecehkan seseorang sebelumnya, kan?"


“Eh, ah, serius, ……?  Ah, kamu memegang tanganku saat kita menari tadi.  kamu yang terburuk…”


Nada suara Hanazawa menjadi rendah.  Tatapannya berubah menjadi salah satu penghinaan bagiku.


Apakah kau benar-benar percaya padanya?  Oh begitu.  Tidak ada yang percaya padaku.


Aku tidak merasa sedih.  Aku hanya berpikir bahwa itu normal.


“Tentu, aku berbicara dengannya, tapi—“


“Gah—– Serius, itu menjijikkan!!  Aku punya adik perempuan, jadi akan sangat menjijikkan rasanya jika orang ini ada di kelasku.  Bukankah begitu, Hanazawa~”


“Ya, itu benar-benar menyeramkan …….  Tidak mungkin.  Shinjo, apakah kamu benar-benar seorang lolicon?”


“Oi oi, jangan beri tahu Miki.  Dia tertarik padanya, maka dari itu dia menggodanya terus.  Serius, dia punya selera buruk."


"Apa?  Tidak mungkin.  Miki yang itu, kan?  Dia sangat dingin.”


"Lihat.  Dia bilang itu membuatnya ingin membully gadis yang dia suka.  Aku tahu dia pasti sangat terganggu karena aku memukulnya.  Apakah kau ingin aku membullynya juga karena dia terlalu sombong?"

[TL: Maksudnya si Miki pengen ngebully siapa pun yang suka mc, dan si Ryuji ini pengen ngebully Miki karena caper sama Hanazawa.]


Aku tidak bisa memahami tentang isi percakapan itu.  Toranomon dan orang-orang ini seharusnya berteman, kan?  Jadi mengapa mereka ingin mengkhianati seseorang dengan begitu mudahnya?


Kemarahan yang tidak bisa dipahami membuncah dari dasar perutku.


Tidak, kemarahan dapat menghancurkan seseorang.  Aku tidak perlu merasakan apa-apa.


Aku mengambil napas dalam-dalam.


Tidak apa-apa, pikiranku sudah tenang.


Aku melihat bahwa ada semakin banyak murid yang memperhatikan interaksi kami.


Mereka yang melihatku sedang dibully sedang merasakan perasaan superioritas.  Memang benar bahwa Toranomon sedang melihat kami dengan tatapan tajam di matanya.


Sekelompok anak SD dari kelompok Shihan juga menatapku.


Master, yang sedang dikelilingi oleh sekelompok gadis, melihat ke bawah dengan ekspresi penyesalan.


Aku merasa khawatir tentang apa yang mungkin akan mereka lakukan padanya.  Aku ingin bergegas pergi ke sana sekarang.


Tapi itu tidak akan menyelesaikan masalahnya.


...... Aku akan baik-baik saja, karena aku memiliki tekad baja.  Aku hanya perlu membangun tembok.


Sakakibara bangkit dan menendang perutku dengan kakinya.


Itu tidak sakit, tapi itu membuatku merasa sangat tidak nyaman.  Aku merasa sengsara.


“Ini benar-benar mengganggu.  Aku tidak mau tidur di sebelah pria ini.  Kau harus tidur di luar hari ini.  Ada pohon yang bagus di sana, bukan?  Kau perlu mendinginkan dirimu untuk malam ini.  Atau haruskah aku menyuruhmu untuk berjaga?  Bawalah minuman keras yang kubawa ke kamar anak perempuan dan tinggalkan itu di sana.  Bawalah rokok itu juga bersamamu, karena jika mereka mengetahuinya, maka semuanya akan tertuju padamu.  Serius, jangan terbawa suasana hanya karena aku bersikap baik padamu hari ini–“


Sepatu Sakakibara membuat bajuku berlumpur.  Tendangan Sakakibara semakin lama semakin kuat.


Tidak ada tanda-tanda kalau guru akan datang.  Mungkin mereka sedang minum-minum di suatu tempat.


Aku ingin tahu apa yang protagonis novel lakukan pada saat seperti ini.  Cerita macam apa yang harus kutulis di saat seperti ini?  Apakah ada cara untuk menghentikan bullying dalam sebuah novel?


Ah, jika pakaianku kotor, ibu tiriku pasti akan marah padaku.  Jika aku terluka, aku harus membayar biaya rumah sakit.  Jika aku merusak sesuatu, maka aku akan membutuhkan uang.


Sakakibara mencengkeram dadaku.


Saat aku melihat Hanazawa, dia menatap Sakakibara dengan tatapan penuh gairah.


Oh, ya, orang-orang ini tidak mengerti tentang rasa sakit manusia.  Mereka tidak berpikir bahwa itu mungkin akan menjadi karma bagu mereka.


“Apa yang kau lakukan—guh?”


Kekerasan tentu saja tidak benar.  Karena itu akan dikembalikan kepadamu suatu saat nanti.  Itu sebabnya, tidak peduli berapa kali kau disuruh untuk melakukan sesuatu, kau tidak boleh melakukannya lagi.  Namun, jika aku tidak menunjukkan keinginanku untuk memberontak, gadis-gadis itu akan terus membullyku.  Ini adalah penegasan dariku.


Aku tidak melihat Sakakibara.  Aku hanya meniru Sakakibara dan mencengkram dadanya juga.


Aku pernah membaca novel tentang bagaimana cara mencengkram dada seseorang.  Dengan membungkus pakaian di sekelilingnya, angkat tanganmu tinggi-tinggi dan kencangkan dengan kekuatan sebanyak yang bisa kau kumpulkan.


Dalam kebiasaan orang-orang ini, ini adalah ...


“Menurutmu ini lelucon, kan?  Mencengkram dada teman sekelasmu, menendangnya, meninjunya?”


"………Apa, kau, kamu b*jingan suram, berani melawanku, uuu–“


"Aku hanya seorang anak SMP, tidak berbeda denganmu.  Aku tidak mengerti mengapa kau menempatkan perintah kekuasaan padaku.  Mengapa kau melakukan kekerasan terhadap orang yang tidak kau sukai?  Mengapa kau merusak barang-barang milik orang lain?  Mengapa kau melakukan hal-hal yang tidak disukai oleh orang lain?”


"……, Haa, kau seorang penjahat dan–“


Aku hampir kehilangan akalku untuk sesaat.


Yah, itulah sifat manusia.  Keadilan disertai dengan kebencian.


Saat aku sedang mencengkram dada Sakakibara dan melihat sekeliling, dia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya atas pembangkanganku yang tiba-tiba ini.


Dan aku memikirkan rumor tentangku.  Ada rumor bahwa aku telah melakukan kekerasan di dalam kotak karaoke.  Mereka mungkin akan berpikir bahwa Sakakibara adalah korban dalam situasi ini dan akulah yang melakukan kekerasan.  Padahal, akulah korbannya.


Hanazawa mengguncang bahuku, hampir menangis.


“H-Hentikan?!  Kamu akan membunuh Ryuji!  Dia pingsan!  Kamu tahu kalau aku suka Ryuji, kan?  Dan hanya karena aku sedikit menggodamu…”


"Aku tidak peduli dengan perasaanmu.  –Menggodaku?  Tidak, ini jelas pembullyan.  Berapa lama aku harus bertahan dengan hal semacam ini?  Rumor tentangku?  Aku tidak peduli tentang itu semua.  Kau sungguh tidak berpikir kalau apa yang kau lakukan terhadapku adalah menggoda, kan?  Bukan hanya Hanazawa dan Sakakibara.  Aku berbicara tentang semua teman sekelasku.  –Kenapa kalian tidak bisa mengerti?!”


"A-Aku tahu!  T-Tapi a-ada beberapa hal yang tidak bisa dia kendalikan!”


"Aku mengerti .... kalau begitu itu—"


Aku melihat sekeliling pada semua orang di daerah itu.


“JANGAN PERNAH TERLIBAT DENGANKU LAGI BGST!”


Aku melepaskan tanganku dari dada Sakakibara, yang telah hening selama beberapa detik.


Sakakibara ambruk ke tanah tanpa perlawanan.


Satu-satunya suara di tempat ini adalah suara api unggun.


Tidak ada yang mencoba untuk berbicara.


Aku pergi ke tempat guru tepat setelah itu dan menjelaskan kepadanya tentang masalah yang kusebabkan.


Aku menjelaskan tidak hanya kepada wali kelas kami, tetapi juga kepada wali kelas lain yang relatif waras.

[TL: Ngesarkas gurunya yang bukannya ngebantu eh malah bikin makin parah.]


Guru wali kelasku berusaha mati-matian untuk menyangkal pembullyan apa pun, tapi...


"I-Itu benar apa yang Onii-chan katakan.  Aku memahaminya karena aku juga pernah dibully di sekolah!”


Masterku datang dengan seorang guru SD dan menunjukkan kepada kami sebuah video yang dia rekam di ponselnya.  Master memiliki goresan di wajahnya.  Itu adalah goresan yang berkelanjutan ketika dia melawan sekelompok gadis yang mencoba untuk mengganggunya.


Ketika aku memberi tahu mereka bahwa aku akan melaporkan kasus bullying ini ke polisi atau dewan pendidikan, wali kelasku terlihat sangat pucat.


Aku juga menemukan sebatang rokok di saku Sakakibara setelah dia pingsan.  Sakakibara juga mengatakan bahwa dia membawa minuman keras, jadi mereka memeriksa barang bawaannya dan menemukan kalau ada minuman keras juga di sana.


Perilaku Sakakibara menjadi masalah besar, dan mereka menghubungi orang tuanya di tempat dan memutuskan untuk memberi skorsing padanya untuk sementara.


Aku hanya mencengkeram dadanya, tetapi aku malah harus menulis surat penyesalan atas kekerasan tersebut.  Dari kesaksian murid lain, jelas bahwa aku adalahkorban bullying, dan tidak ada lagi yang menyalahkanku.


Aku harus menghabiskan sisa forest school sendirian.


Aku menunjukkan kepada mereka bahwa jika kau membully orang lain, maka kau harus siap dibully juga.  Di akhir sekolah, master melaporkan kepadaku bahwa pembullyannya telah berhenti.


Forest school berakhir tanpa berbicara dengan teman sekelasku.


Master memberiku senyuman yang sesuai dengan usianya dan mengucapkan selamat tinggal kepadaku dengan wajah yang jernih.


"Aku akan melihatmu di daftar peringkat suatu hari nanti!  Terima kasih, Onii-chan!”


Liburan musim panas telah berakhir, dan suasana di kelas kami, secara halus, mengerikan.


Pembullyan terhadapku telah berhenti sepenuhnya.  Tapi tidak ada yang mau berbicara denganku.


Rumor menyebar bahwa reputasi burukku adalah fakta.  Insiden kekerasan Nanako di karaoke telah dibesar-besarkan oleh mereka.


Itu tidak ada hubungannya denganku.  Aku akan baik-baik saja selama aku bisa menghabiskan hari-hariku dengan tenang dan menulis novel.


Selain itu, wali kelas kami telah diganti.  Itu karena dia mengetahui tentang masalah bullying tetapi malah menyembunyikannya.  Sebaliknya, wali kelas yang relatif baiklah yang menjadi wali kelas kami.


Sakakibara pergi ke sekolah seperti biasa……. tapi untuk sementara, Sakakibara berhenti datang ke sekolah, tetapi dengan dorongan Hanazawa dan Toranomon, dia secara bertahap mulai kembali normal.  Dia tidak memiliki gaya sentripetal yang sama seperti sebelumnya.

[TL: Jiahaha kena mental :D ]


Ketika dia pas-pasan denganku, dia bahkan tidak mau melihatku, seolah-olah dia mengingat memori yang menakutkan.


Begitulah yang terjadi.  Kupikir mungkin dia akan membenciku, tapi ternyata tidak.  Terkadang, aku melihat Sakakibara sedang diejek.  Tapi dia tersenyum, namun dia juga tampak jijik, yang membuatku terkesan.


Hanazawa masih mencoba berbicara denganku.  Tapi aku mengabaikannya, dan dia secara bertahap berhenti mencoba berbicara denganku.


Dari waktu ke waktu, aku bisa merasakan Toranomon menatapku, tapi itu tidak masalah bagiku.


Aku tidak berpikir kalau aku akan pernah berbicara dengan orang-orang ini lagi.


Rupanya, kepala sekolah telah diberitahu bahwa ada tiga murid lain yang telah membullyku.


Mereka bertiga telah menghabiskan hari-hari mereka di kelas dengan ekspresi yang kurang nyaman.


Tinggal beberapa hari lagi menuju kelulusan.


Aku dipanggil ke belakang gedung sekolah dengan sebuah surat.


“S-Shinjo, aku sudah memperhatikanmu untuk sementara waktu sekarang.  ...... Aku tahu rumor buruk itu bohong.  ...... Aku sudah melakukan penelitianku!!  A-Aku kikuk, jadi aku membuat masalah dengan semua gadis yang kamu suka....... aku minta maaf atas apa yang telah kulakukan.  …… aku minta maaf.  –A-Aku ingin kamu untuk berkencan denganku.……”


“Maaf, tapi sudah terlambat untuk meminta maaf sekarang.  Aku tidak akan berkencan dengan siapa pun karena situasi keluargaku.  Jadi--"


“Ah, ……, itu benar.  A-Aku pernah membullymu.……”


"Tidak, itu hanya karena kamu tidak menarik bagimu."

[TL: Awkwkwk pedes juga mulutnya :D ]


“…………Eh…………….  Hikkss ……, ugh, d-diamlah—"


Toranomon berlari, menangis dan berteriak dengan wajah memerah.  Aku tidak peduli dengan pengakuan palsu ini.  Kata-katanya terlalu ringan, sama seperti Hanazawa.


Kepala tahun ajaran keluar dari sudut.


“O-Oi, aku tidak peduli berapa banyak tuduhan palsu yang telah dibuat, tapi aku tidak akan membelamu soal pengakuan.……”


“Tidak, jika kau tidak melakukannya, mereka pasti akan mengatakan bahwa aku berbicara tidak pada tempatnya.  Terima kasih atas waktunya."


"Y-Ya, aku akan membantumu dengan itu.  Sejujurnya, mengapa kau tidak memiliki sedikit pun kepercayaan terhadap orang lain?”


"Percaya?  Itu benar, …….  kuharap aku dapat menemukan seseorang seperti itu suatu hari nanti."


"Oh, tunggu sebentar, Shinjo, dengarkan aku!”


Aku tidak menyangka bahwa aku akan menerima serangkaian pengakuan palsu lagi setelah ini.


Dalam perjalanan pulang setelah aku meninggalkan guru.  Hanazawa sudah menungguku di depan taman.


“Ah, ehehe, aku sudah menunggumu, Shinjo.  K-Kamu tahu.  Aku sudah baik pada Shinjo saat forest school, ingat?  Aku menyukai Shinjo sejak saat itu.  ...... Sejujurnya, aku suka sikap dinginmu.  Kamu harus berkencan denganku.”


Aku tidak bisa apa-apa selain mengerutkan alisku.


Aku tidak akan membiarkan hal seperti ini mengganggu emosiku.


“Eh-uhm, kupikir Hanazawa sedang berkencan dengan Sakakibara-kun?”


“Eh, ah, ya.  Itu sudah lama sekali.  Pria cacat itu hanya seorang teman bagiku.  ...... Hei, a-apa pendapatmu tentangku?  Kupikir kamu cukup keren……”


Aku menghela nafas dan mulai berjalan meninggalkannya.


Dia lebih buruk dari Toranomon.


"Hei, tunggu aku!!!”


Hanazawa mencoba meraih tanganku.  Tapi aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.  Aku tidak ingin diserang oleh perasaan mual lagi.


Itu mengingatkanku saat di dalam bus ketika forest school.  Aku menjauhkan tanganku lagi dari tangan Hanazawa.


Hanazawa tercengang.


Aku mengeluarkan beberapa kata dengan nada kasar yang tak terduga.


“—Aku sudah memberitahumu waktu itu.  Jangan pernah terlibat denganku lagi.  Tolong jangan beri aku pengakuan palsu.  …… Selamat tinggal."


Hanazawa terus berkata dengan suara yang bercampur dengan isak tangis, “Maafkan aku, aku minta maaf karena telah membullymu, aku minta maaf–“ untungnya aku memiliki tekad baja.  Jadi aku tidak akan tertipu oleh kata-kata seperti itu.  Aku tidak bisa mempercayai orang lain.


Aku memandang Hanazawa yang sedang terisak-isak dengan tatapan dingin dan berjalan pulang.


Ibu dan adik tiriku tidak ada di rumah hari ini.  Jadi aku akan menulis novel.


Aku akhirnya mencapai "Peringkat 1” yang master katakan padaku saat itu.


Aku terus menulis novel untuk mengisi kekosongan di hatiku.


Karena hanya itu yang bisa menyelamatkanku.


***


Saat ini.


Masa lalu yang tak ingin kuingat.  Tapi aku perlu melihatnya lagi untuk terus bergerak maju.


Kurasa aku sudah sedikit berubah sejak saat itu.  Aku ingin tahu apakah aku akan dapat menikmati forest school nanti?


"Terima kasih banyak!  Semoga datang lagi!"


Aku berjalan keluar dari gedung dan menjadi sentimental.


Tembok yang kupikir tidak bisa ditembus ternyata telah berhasil dirobohkan oleh Anri.


Anri telah menyembuhkan luka di hatiku yang kupikir tidak akan pernah sembuh.


Hidupku yang kupikir tidak akan pernah berubah, telah diwarnai oleh Anri.


Ponselku bergetar.


Aku segera memeriksa kotak pesan dan melihat bahwa Anri telah tiba di stasiun.


Aku tidak sabar untuk melihatnya, jadi aku mulai berlari menuju stasiun.


–Aku ingin melihat Anri.  Aku tidak bisa menghentikan perasaan itu.


Aku berlari, dan berlari, dan terus berlari.


Tiba-tiba, aku teringat apa yang dikatakan Dojima.  Memang benar bahwa berlari dapat membuatmu melupakan semua hal yang tidak menyenangkan dan merasa segar kembali.


Aku akhirnya menemukan Anri yang sedang menungguku di depan stasiun.


Melihat Anri saja sudah bisa membuat jantungku berdegup kencang.


Anri memperhatikanku dan melambaikan tangannya.


Gestur itu sangat menawan ...... hingga aku hampir kehilangan kendali atas pikiranku.


"Huh?  Makoto, apakah kamu berlari ke sini?  Kamu seharusnya berjalan denfan perlahan.  Ehehe, ayo kita banyak mengobrol hari ini!”


Aku tidak tahu harus berkata apa….


Aku memeluk Anri.


“E-Eeh!?  Makoto!?  A-Ada apa?  Apakah kamu mengalami hari yang buruk?”


"…… Akhirnya aku bertemu dengan Anri.  Terima kasih ……."


Anri tersenyum dan memelukku kembali tanpa mengucapkan sepatah kata pun.


Aku tidak bisa mempercayai siapa pun, tetapi secara ajaib, aku dipertemukan dengan seseorang yang sangat penting bagiku.


Seperti yang kuduga...


–Aku jatuh cinta pada Anri.