Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tidak Ada Yang Percaya Padaku [Chapter 58]

No One Believed Me. If You Say You Believe Me Now, It’s Too Late Bahasa Indonesia




Chapter 58: Tekad Baja


Ini masih terjadi di masa lalu


“Oi, Shinjo, kau benar-benar pandai mengupas kulit, kan?  Aku akan meninggalkan urusan karinya untukmu.  Aku akan pergi ke kelompok lain."


Ryuji Sakakibara, tokoh sentral di kelas, berinisiatif membullyku.  Dia tidak menyadarinya bahwa itu pembullyan.  Kupikir dia benar-benar menganggap kalau apa yang dia lakukan itu lelucon, seperti yang Hanazawa katakan, "Itu sebabnya mereka memilihmu."


“Shinjo, goreng dagingnya setelah dikupas.  Ini menjijikkan, tapi aku akan memaafkanmu karena kamu berbicara menggunakan honorifik hari ini.”


“Benar, Miki!  Ini hari yang indah, dan kami bersenang-senang di siang hari!  Shinjo benar-benar berbakat!  ...... Jangan terbawa suasana, oke?”


Hanazawa sedang berbicara dengan Miki Toranomon, tapi tatapannya tertuju pada Ryuji Sakakibara.


Aku pernah melihat tatapan seperti itu sebelumnya.  Kurasa dia jatuh cinta padanya.


Yah, itu tidak terlalu penting bagiku.


“……Ya, aku akan memasaknya”


“……Ah-haha, aku akan membantumu kalau begitu.”


"Tidak perlu, aku tidak ingin kehilangan bahan-bahannya lagi..."

[TL: Ngesarkas karena gak pandai masak si ceweknya.]


“O-Oke, aku akan mengobrol dengan Ryuji kalau begitu.”


Saat aku sedang memasak, aku tidak perlu memikirkan apa pun.  Aku suka memasak.  Karena itu membuat kepalaku terasa kosong.


Aku juga suka membaca novel.  Karena itu adalah satu-satunya saat di mana aku tidak merasa kesepian.


Aku tidak sabar untuk memasak, makan, lalu tidur.


Setelah itu, akan ada api unggun dan pertunjukan.  ...... Tidak apa-apa, ini akan segera berakhir jika aku bisa menahannya.


Ini situasi yang aneh.


Kelompok kami terdiri dari empat orang, Sakakibara dan aku, anak laki-laki, sedangkan Hanazawa dan Toranomon, anak perempuan.


Tentu saja, ketika kami tidur, anak perempuan dan laki-laki akan dipisah.


Fasilitas ini memiliki bangunan besar di mana anak laki-laki tidur bersama di sebuah ruangan yang besar.


Sedangkan para gadis akan tidur di gedung yang terpisah.  Tidak mungkin bagi mereka untuk bolak-balik di malam hari.  …… yah, mungkin saja.


Selalu ada teman sekelas di sekitar mereka bertiga.


Mereka adalah pusat kelas.  Sejujurnya, aku tidak ingin bergabung dengan mereka.  Hari ini, aku tidak dibully ...... tapi selama orientasi siang hari, biasanya tiga orang inilah yang membullyku .......


Jika aku melakukan sesuatu yang salah, mereka akan membullyku.


Aku tidak mengerti.  Apa arti dari rasa keadilan yang begitu menggerahkan itu?


“O-Onii-chan, uhm, apakah ini tempat yang benar untuk menaruh hidangannya?”


Kuikir itu adalah adik tiriku ketika dia tiba-tiba memanggilku dengan sebutan Onii-chan.  ...... Adik tiriku juga ikut dalam forest school ini dengan kelompok yang berbeda.  Di kelompoknya ada Saito, Miyazaki, Kisaragi, dan Nanako.


Salah satu tujuan dari forest school ini adalah untuk mengembangkan kemampuan anak-anak.


Aku tidak tahu apakah karena ada kerja sama atau karena ada suatu pengaturan yang sengaja dibuat, tetapi selain kami para murid SMP, ada juga murid SD yang melakukan forest school di waktu yang bersamaan.


“U-uhm, …….”


"Oh maafkan aku.  Tolong letakkan di atas meja di sana."


Gadis ini adalah salah satu murid SD yang dipandu oleh kelompok kami.  Faktanya, seharusnya ada tiga orang lagi di sini…….


Aku mendengar tawa keras datang dari arah Sakakibara.  Ada sisa murid gadis SD yang kami pandu di sana.  Tampaknya mereka telah diserahkan pada Sakakibara dan mereka selalu mengikutinya kemana-mana.


Gadis ini menghela nafas karena suatu alasan.


Gadis ini jauh lebih tenang daripada anak-anak yang berisik di sekitar Sakakibara.


Dia bahkan tidak pernah tersenyum.


Sejak beberapa waktu yang lalu, hanya aku dan gadis ini yang bekerja.  Toranomon hanya mengawasiku.  ...... Tidak, itu lebih baik daripada masakannya jadi kacau karenanya.


Itu tidak masalah.  Ayo selesaikan hidangannya dengan cepat.


Gadis itu kembali lagi setelah mengatur piring.  Dan dia berdiri diam di depanku.


“Aku akan menyiapkan saladnya, jadi tolong atur sayuran yang dipotong seperti yang ada di piring sampel ini.”


"Baik……."


Aku tidak cukup baik saat berususan dengan anak-anak.  Aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan.  …… Tidak, ini bukan hanya dengan anak-anak.  Aku mungkin tidak pandai berinteraksi dengan orang lain juga.


Jangan melakukan sesuatu yang tidak perlu.  Jika aku melakukannya, maka sesuatu pasti akan terjadi.


“Uwa, Shinjo adalah pria yang menyeramkan, tapi kamu bisa memasak dengan sangat baik.  Apa ini?  Ini diatur seperti restoran!  Kamu harus tertawa setidaknya sedikit!  Aku berbicara denganmu hari ini, tahu!"


“……, Hanazawa-san.  Karinya akan siap dalam dua puluh menit, jadi mohon tunggu.”


"Oh ya.  Kamu tahu, apakah kamu benar-benar melecehkan Saito?  Apalagi, kamu membuat gadis seperti Miyazawa menangis.  Tapi Nanako mendapatkan apa yang pantas dia dapatkan, bukan?”


Aku memang tidak bisa merasakan kebencian apa pun dalam kata-kata Hanazawa.  Tapi bagiku, itu terasa seperti kedengkian.


Aku sudah menyangkalnya berulang kali.  Tapi tidak ada yang mau mendengarkanku.  Yang mereka lakukan hanyalah membesar-besarkannya dan menambahkannya menjadi rumor.


“Hei, aku sangat mengkhawatirkanmu.  Kamu adalah satu-satunya orang yang dibully di kelas, bukan?  Sejujurnya, ada yang salah denganmu juga.  Akan lebih baik jika kamu menyangkalnya."


Aku mengatupkan gigiku erat-erat dan menahannya.  Bagian belakang dadaku dipenuhi dengan perasaan yang tidak menyenangkan.


Tenanglah.  Aku pasti akan baik-baik saja.


Ya, itu semua salahku.  Jadi aku ingin kau untuk menjauh dariku.


Tapi aku tidak bisa membiarkan perasaan ini keluar sebagai kata-kata.  Karena sesuatu mungkin akan terjadi lagi.


Jadi, aku hanya akan–


“…… Ya, aku akan berhati-hati mulai sekarang.”


"Apa-apaan balasanmu itu ......, itu sangat lucu......"


Aku merasakan sedikit simpati dan perasaan bersalah dari Hanazawa.  Tapi aku tidak membutuhkannya.


Aku tidak perlu mempercayai siapa pun lagi.


***


Makan-makan sudah selesai, dan aku ditinggalkan sendirian untuk bersih-bersih.  Aku tidak terganggu dengan jumlah pekerjaan ini.


Sakakibara, Hanazawa, dan Toranomon sedang berbicara dengan beberapa anak SD.


Seorang gadis pendiam tertangkap oleh Hanazawa.


"Misa-chan, benar?  Maksudku, bukankah dia sangat imut?  Dia akan terlihat luar biasa jika memakai make-up!”


"Bodoh!  Jangan membuat anak kecil memakai make-up!  Maksudku, dia bahkan lebih cantik darimu.”


“A-Aku akan membantu bersih-bersih…….”


"Apa?  Orang itu melakukannya untuk kita hari ini, jadi aku tidak peduli.  Lagipula dia kalah dalam permainan hukuman.”


“Kuharap aku punya adik perempuan seperti dia.”


Ketika aku sedang membersihkan piring, aku melihat ada sesuatu yang aneh di sana.


Gadis pendiam itu terlihat tidak nyaman.  Aku juga bisa merasakan perasaan tidak puas dari para gadis SD lainnya yang jaraknya agak lebih jauh darinya.


“Misa~ ayo kita lakukan pertemuan strategi di sini.”


Gadis sekolah dengan mata berkaca-kaca dan temperamen yang kuat, dia pasti pemimpin kelompok itu.


Gadis itu memanggil si gadis pendiam.


Sakakibara dan yang lainnya melepaskan gadis pendiam itu dan melanjutkan obrolan mereka sendiri.


Aku sedikit penasaran dengan anak-anak SD ini.


Ketika aku mengalihkan pandanganku ke mereka, aku melihat bahwa pemimpin kelompok itu mencubit lengan si gadis pendiam itu…….


Aku bahkan tidak bisa mendengar kata-katanya.  Tapi ada perasaan tidak enak di sekitar mereka.


Gadis pendiam itu hanya mengangguk berulang kali dan melihat ke kejauhan dengan ...... tatapan kosong.


***


Menari di sekitar api unggun.


Kami harus melakukan hal-hal konyol seperti itu.


Para murid di sekitarku sangat senang karena bisa bergandengan tangan dengan para gadis dan menari.  Sedangkan beberapa murid lainnya merasa malu.


Aku sendirian.  Aku sebenarnya berada dalam arenamya, tetapi semua orang menghindariku.


Aku hanya bisa berpura-pura menari di sana.  Aku hanya berjalan-jalan dengan tangan terangkat ke udara.  Karena tidak ada yang mau memegang tanganku.


"Ah, ……."


Aku melihat ke bawah, dan kemudian melihat ke atas.  Di sana aku melihat Saito-san, yang telah ...... menjadi cukup kacau, dan matanya bertemu dengan mataku.


Saito-san terlihat agak tidak nyaman dan memalingkan wajahnya dariku.


"Miyu, kamu sedang dalam bahaya.  Ayo, masuk ke barisan ini.  Tashiro mencarimu.”


“Y-Ya!  B-Benar!  Hehe…."


Senyuman di wajahnya menggambarkan seolah-olah dia sedang mencoba untuk menutupi sesuatu yang aneh.  Saito-san dibawa pergi oleh teman-temannya dan meninggalkan arena.


Aku diliputi perasaan mual.  Jangan lengah.  Kami berada di sekolah yang sama, jadi kami pasti akan bertemu satu sama lain.  Dia tidak ada hubungannya denganku.  Namun, ingatan tentang perpustakaan itu kembali memghantuiku.


Kami biasa berbicara dengan sangat bahagia.  Kami sangat dekat.…….


Aku merasa seperti ada sesuatu yang akan meluap dari balik pikiranku.  Tapi aku mengabaikannya.  Aku tidak merasakan sakit di hatiku.  Aku baik-baik saja saat sendirian.  Aku tidak perlu terlibat dengan siapa pun.  Waktulah yang akan mengurusnya.  Aku pasti bisa melupakan segalanya.


“Oh, itu Shinjo!  Kamu memiliki wajah yang sangat suram!  Yah, kurasa tidak ada yang mau memegang tanganmu, huh?  Aku tidak menyalahkanmu.”


Orang di belakang Saito-san adalah Hanazawa.


Hanazawa meraih tanganku.


Mengapa orang ini tersenyum?  Mengapa tangannya begitu hangat?  Mengapa dia berbicara denganku?  Apa kau lupa apa yang sudah kau lakukan padaku?


Apakah dia ...... mencoba menipuku?


Hatiku dengan cepat menjadi dingin.  Aku dapat dengan jelas merasakan kehadiran dinding di dalam diriku.  Itu adalah tembok yang tidak akan pernah bisa diruntuhkan.  Itu sangat kokoh seolah-olah terbuat dari baja.


Aku membutuhkan tekad baja yang tidak akan bisa dikalahkan oleh siapa pun.


Aku memasang senyum palsu untuk melewati Hanazawa.


"Oh, itu senyuman yang bagus!  Itu benar, begitulah caramu bergaul dengan Ryuji dan yang lainnya hari ini!”


"……Aku mengerti."


“…… Kamu, kamu telah membantu adikku ketika dia sedang bermasalah dengan seorang playboy di hari libu terakhirnya, bukan?  Dia ingin berterima kasih padamu.  Kamu jugalah yang membantu mengurus tugas adikku di kelas tanpa ragu-ragu.  Kamu benar-benar pria yang baik, tahu.  Beberapa orang bahkan mengatakan bahwa Saito telah salah menuduhmu.”


Musik dansa berhenti.  Gerakanku juga berhenti.


Aku tahu bahwa aku seharusnya tidak terlibat dengan siapa pun lagi.  Aku tidak tahu bagaimana dia tahu tentangku, tetapi dia menciptakan kesempatan untuk terlibat denganku.


“Hehe, aku cukup keren di kelas, loh.  Jadi jika kamu tidak suka diganggu, maka aku akan memberi tahu Ryuji.  Jadi mari berteman!”


Membantu?  Apakah aku membantu adikmu?  Aku orang yang baik?


Aku dipenuhi dengan perasaan jijik.  Tapi aku menekannya dengan tekad baja.


"……Tidak, itu semua salahku.”


“Eh?  Ada apa denganmu?  Lihat, mari kita pergi ke sana dan minum jus!”


Di ujung tatapan Hanazawa, ada teman sekelas yang mengelilingi Sakakibara.


Mereka menatap kami dengan curiga.  Aku tidak suka cara mereka menatapku.  Aku tidak ingin kalian melihatku.


“……Aku tidak ingin diberitahu itu sekarang.  Pembullyan akan terus terjadi dengan sendirinya.”


Aku mulai berjalan ke arah yang berlawanan dengan teman sekelasku, dan menatap ke kejauhan dengan tatapan kosong.


" Eh, ah, tu-tunggu, mou ….. kamu bukan anak kecil, jadi berhentilah ngambek.  Oh, tidak, Ryuji, aku datang!”


Suara itu adalah campuran antara simpati dan meledek.  Hanazawa berlari, meninggalkanku.


Pada saat ini, aku benar-benar sendirian di dunia.


Tapi, ini adalah jalan yang kupilih.


Tidak mungkin ada orang yang bisa kupercaya di masa depan.


Aku menuju ke area memasak yang kosong untuk membaca novelku.


Ada seorang tamu di area memasak, yang kupikir tempat ini akan kosong.


Gadis pendiam yang telah diurus oleh kelompokku sedang duduk di sana sambil mengetik di ponselnya dengan sangat cepat.


Ketika dia melihat ke arahku, dia melompat dan mencoba untuk pergi.


"Tidak apa-apa.  Aku cuma mau membaca novelku di sini.  Aku akan pergi ke tempat lain.”


"Ah, novel …….  oh, kamu juga suka membaca novel?”


Gadis itu hendak pergi, tetapi langkahnya terhenti.


"Ya, aku belum membaca chapter terbaru Tetsuro.……”


"Tetsuro!  Oh, ……, aku juga suka Tetsuro, ……, aku suka novelnya, …….”


Ada suasana yang tak terlukiskan antara aku dan gadis itu.


Tidak apa-apa, gadis itu tidak ada hubungannya denganku.


"Ini karya yang bagus.  Kuharap aku bisa menjadi protagonis yang kuat seperti dia.  Ngomong-ngomong, kau sedang mengetik pesan, bukan?  Jika aku mengganggumu, aku akan......"


“T-tidak, kamu sama sekali tidak menggangguku.  Aku tidak punya seorang pun untuk dikirimi pesan.  Kakakku berada di sekolah yang berbeda, jadi kurasa tidak apa-apa.  …… Aku sudah lama ingin menulis novel seperti Tetsuro……, dan aku sudah menulis novelku sendiri.”


Menulis novel?  Apa?  Pilihan untuk menulis novel sendiri tidak pernah terlintas di benakku sebelumnya.


"Luar biasa …….  kau bisa menulis novel?”


“Tidak, itu tidak luar biasa sama sekali.  Karena …… ini adalah satu-satunya hal yang aku nikmati saat melakukannya.”


Gadis itu menatap sekelompok anak SD yang berisik dengan tatapan kosong.


Gadis itu menatap sekelompok gadis SD yang membuat keributan dengan tatapan kosong.  Aku punya novel, jadi aku bisa tahan dengan itu.


“Haa, aku ingin tahu apakah tidak akan ada lagi pembullyan ketika aku sudah dewasa.  ...... tapi, hei, aku punya novel untuk pelarianku.”


Meski begitu, gadis ini tampak lebih kuat dariku.


“Aku ingin tahu apakah aku bisa menulis novel……”


“Eh, a-aku tidak tahu, tapi aku yakin kamu pasti bisa.  Ah, m-maukah kamu melihat karyaku?  Hehe, aku sangat senang karena karyaku mendapat peringkat teratas.”


“Aku tidak tahu tentangmu, tetapi peringkat teratas sangat bagus.  Selamat……."


"Terimakasih.  …… Hehe, aku tidak tahu kenapa, tapi aku sangat senang.  Sudah lama sejak terakhir kali aku dipuji oleh orang lain.  ...... Jika kamu menyukai nobel, mengapa kamu tidak mencoba menulisnya?  Aku akan mengajarimu cara update di websitenya!”


“Y-Ya, bisakah aku melakukannya?  …… Tidak, aku akan mencobanya”


"Ya!"


...


...


...


Kami telah berbicara selama puluhan menit.


Ketika kami membicarakan tentang novel, kata-kata itu keluar tanpa sadar.  Sudah lama sejak aku memiliki waktu yang begitu damai.


Waktu yang menyenangkan selalu berakhir.  Dia dan aku sama-sama melihat ke arah kebisingan yang dibuat oleh teman sekelasku.


Jika kami tidak segera kembali, kami akan menghadapi banyak masalah.


“......Aku pergi dulu, Onii-chan.  Kamu tahu, aku senang kamu tidak melewatkan forest school hari ini.  Uhm, k-kuharap kamu tidak akan memberi tahu siapa pun bahwa aku sedang dijauhi……. ”


Aku tahu persis bagaimana perasaanmu.  Aku tidak percaya pada guru.  Karena hal itu hanya akan membuat pembullyannya menjadi lebih buruk lagi.


Aku tidak bisa ...... melakukan apa-apa tentang hal ini, bukan......?


"Ya, aku tahu.  Aku sama sepertimu.  …… Oke, jika aku menulis sebuah novel, tolong bacalah.  Berjanjilah padaku kalau kau akan menjadi mentorku.”


"Heheheh, ya, aku menantikannya.  ...... Terima kasih banyak untuk hari ini, Onii-chan.  …… Dadah."


Aku menarik napas dalam-dalam dan kemudian berdiri.  Karena jika tidak, tekadku akan dikalahkan.


Langkahku berat, tapi aku merasa seperti telah melihat cahaya.


Aku akan menulis novel...


Untuk pertama kalinya dalam hidupku, jantungku terasa seperti melompat keluar dari dadaku—