Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tidak Ada Yang Percaya Padaku [Chapter 60]

No One Believed Me. If You Say You Believe Me Now, It’s Too Late Bahasa Indonesia




Chapter 60: Berpegangan Tangan


"Makoto?  Wajahmu agak merah.  Apa kamu masuk angin?”


"Tidak, aku baik-baik saja.  Aku hanya sedikit pusing.”


Hari ini, aku akhirnya mengenali perasaanku sendiri.


Aku jatuh cinta pada Anri.


Perasaan yang selama ini selalu kucoba untuk tidak kusadari.  Tapi, aku sudah tidak bisa menekannya lagi.


Aku dan Anri berjalan-jalan di kawasan perumahan di pagi hari dengan mengenakan kaus.  Di tangan kami, kami membawa barang bawaan kami untuk forest school.


Ya, kami akan mengikuti forest school selama dua hari mulai hari ini.


“Fuun, kamu sangat aneh, Makoto.  Bisakah aku sedikit lebih dekat denganmu?”


“Itu, kau tahu, itu ……, tidak apa-apa, tapi ……, tunggu sebentar.”


Anri tersenyum dan menutup jarak denganku.  Kalau dipikir-pikir, kami selalu berpegangan tangan saat field trip.  ...... sekarang, aku akhirnya baru menyadari bahwa aku telah melakukan sesuatu yang mengerikan.


Waktu itu, aku memeluknya dengan sekuat tenaga.  Aku mulai khawatir jika ...... Anri mungkin tidak menyukaiku.


Aku menggelengkan kepalaku.  Jika dia tidak menyukaiku, dia pasti tidak akan mau berbicara denganku.


Aku tidak percaya pada orang lain dan Anri.


Tapi kami telah menjadi teman baik.  Dan sekarang kami selalu bersama.


“Kamu kelamaan menjawabnya.  Oh iya!  ......Ngomong-ngomong, akhir-akhir ini kamu bertingkah agak aneh.  Wajahmu mudah memerah dan kamu bahkan tidak mau berpegangan tangan denganku seperti dulu.”


Anri menggenggam tanganku.  Aku mulai khawatir jika tanganku akan berkeringat.


“Itu karena Anri imut.  Ah!"


Aku tidak bisa menahan perasaan yang nyata ini.  Keringat aneh mulai keluar dari seluruh tubuhku.


Anri bergumam dengan mulut ternganga.


“A-Aku tidak imut.  Makoto-kun lah yang jauh lebih menarik dariku.……”


Baik Anri dan aku melihat ke bawah.  Suasananya jadi canggung, tapi tidak membuat kami merasa tidak nyaman.


Karena Anri tersenyum.


Cinta benar-benar hal yang menakutkan.  Tidak peduli apa yang kulakukan, aku tidak bisa untuk tidak memikirkan Anri.


Dia terlihat sangat imut dengan jersey yang dikenakanmya.  Dia memakai lencana Pomeranian khasnya di tasnya.


Dia imut, rupanya, si Pomeranian ini juga imut, huh.


"A-Akan ada lebih banyak murid dari sekolah kita yang akan segera datang, tapi, kau tahu, apakah tidak masalah jika kita tetap berpegangan tangan seperti ini?”


“Ugh……, aku tidak peduli!  Kamu sangat dingin akhir-akhir ini.”


“Aku tidak dingin.  Aku hanya tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya ……, uhm…….”


“Ya, ya, sebaiknya kamu memberikan penjelasan yang bagus.  Karena waktu terakhir kali, kamu malah memelukku secara tiba-tiba.”


“I-Itu karena, yah, itu karena aku senang saat melihat Anri untuk pertama kalinya setelah waktu yang lama.”


Rupanya, aku tidak bisa berbohong di depan orang yang kusuka.  Inilah yang kurasakan ketika menyukai seseorang.


Aku merasa lembut dan panas dan….


Aku bertanya-tanya tentang apa yang Anri pikirkan tentangku.


Hubungan kami saat ini adalah teman penting.


Kami akhirnya bisa saling percaya dan menjadi teman.  Jika Anri mengetahui bahwa aku menyukainya…….


Aku takut jika hubungan ini akan berakhir.  Itu sebabnya aku berpura-pura untuk tidak menyadari perasaanku padanya.


Tapi aku tidak bisa melakukannya lagi.


Karena Anri adalah orang yang paling kucinta di dunia ini.


“Hei, tanggal rilis bukuku sudah ditentukan!  Hehehe, judulnya adalah “Orang Paling Penting di Dunia”.  Aku telah berbicara banyak dengan editorku sejak saat itu."


Mau tak mau aku dikejutkan oleh kata-katanya.  Setelah membaca novel itu, aku menjadi lebih sadar akan kehadiran Anri.


Isinya sangat menarik.  Kupikir itu pasti akan sangat menjual.


Namun, ada bagian yang membuatku merasa malu ketika membacanya.  Karena itu adalah novel yang menyampaikan tentang perasaan Anri untuk tidak terlalu percaya diri.


"Aku mengerti, itu bagus.  Aku jadi tidak sabar."


“Muu, aku tahu itu, Makoto-kun sangat tidak bisa didekati!  A-Apakah ada gadis yang kamu suka?”


Aku tidak tahu bagaimana harus menanggapinya ketika seseorang yang menanyakan itu padaku adalah orang yang kusuka.


Mikey Saburo …… apa yang harus kulakukan?


"Selamat pagi, Anri-chan, Onii-chan!  Ehehe, aku menantikan barbekyu hari ini!”


Kemudian adik tiriku, Haruka, tiba.  Haruka, yang membawa bagasi besar, menatapku dan Anri, dan tatapannya jatuh pada tangan yang saling kami pegang.


Haruka mengunyah kue beras dan berkata kepada kami dengan ekspresi mengantuk di wajahnya.


“Aku tahu bahwa kalian berdua sangat sempurna untuk satu sama lainnya!  Kalian terlihat sangat bahagia.  Hei, siapa di antara kalian yang mengaku lebih dulu?  Kuharap Haruka akan bertemu dengan seseorang yang luar biasa suatu hari nanti juga!  Oh, Kisaragi dan yang lainnya sedang menungguku, aku harus pergi!  Sampai ketemu lagi!"


Haruka mengatakan semua yang ingin dia katakan.  Sambil mengunyah kue berasnya, ia berlari dengan kecepatan penuh.  …… Gadis itu mulai mendapatkan getaran yang sama seperti Dojima.


Tubuh Anri bergetar karena terkejut.


"Ma-Makoto, k-kita akan terlambat, jadi ayo pergi, huh?  K-Kusamochi (kue rumput) itu terlihat lezat.”


Kupikir Anri akan mengatakan sesuatu sebagai bentuk penyangkalan, tetapi dia membiarkan kata-kata Haruka berlalu begitu saja.


Untuk beberapa alasan, dia sepertinya sedang menahan senyumnya.


Aku menatap Haruka dan mendapatkan kembali ketenanganku.  Sekali lagi, aku melihat tangan Anri di tanganku.


–Aku tidak ingin Anri terluka lagi.  Aku ingin dia bahagia.


Aku melepaskan tangan Anri.  Lalu aku mendengar suara kecil yang terdengar kecewa yang berkata, “Ah.”


Tapi aku langsung menggenggam kembali tangan Anri lagi.


“Aku tidak bersikap dingin pada Anri.  Hanya saja, Anri sangat imut akhir-akhir ini sehingga aku jadi sedikit malu.  Tapi aku sudah tidak apa-apa sekarang, ayo kita pergi.”


“Ma-Makoto?!"


Anri menjadi merah padam dan merosot lagi.  Tidak apa-apa, karena itu adalah ekspresi Anri ketika dia bahagia.


Wajahku mungkin sedang merah cerah.  Jadi aku terlalu malu untuk menatap wajah Anri.


Tetapi karena kami sedang berpegangan tangan, perasaan kami pun terhubung.


Tentunya, semuanya akan baik-baik saja di antara kami berdua.  Karena kami saling mempercayai satu sama lain——


***


“Ya, kalian berdua adalah yang terakhir.  Apa! Kalian berdua cukup dekat, bukan?”


Aku akhirnya mengambil banyak jalan memutar dan tiba di bus tepat pada waktunya.


Wali kelasku, Majima-sensei, sedang memeriksa para murid di depan bus.


"Maafkan aku karena terlambat."


“Tidak, kamu tidak terlambat.  Apalagi, kalian berdua tidak pernah terlambat, bukan?  ….Astaga, sampai kapan kalian akan saling berpegangan tangan?”


Kalau dipikir-pikir, aku dan Anri masih berpegangan tangan.  Setelah itu, Nanako berbicara kepadaku, lalu pasangan Yamada berselisih denganku, dan banyak hal lain yang terjadi juga.


Aku dan Anri saling melepaskan tangan.


Aku merasa agak sedih.


“Astaga, jangan menatapku seperti itu.  Sensei jadi terlihat seperti orang jahat.  ......Yah, apa pun itu, aku senang.”


Aku tertawa kecil saat kami mencoba masuk ke dalam bus.


Kalau dipikir-pikir, aku tidak suka saat aku menaiki bus ini.  Mereka menatapku seolah-olah aku adalah orang asing yang menerobos masuk, meskipun kami adalah teman sekelas di kelas yang sama.


Rasa keterasingan memenuhi hatiku.


Aku tidak sekalipun memikirkan hal itu ketika aku berpegangan tangan dengan Anri.


Sensei menghentikan kami dari belakang.


"Benar, tunggu sebentar."


Apa itu?  Apa yang telah kami lakukan?  Aku dan Anri berhenti.


“Biarkan aku menceritakan sebuah kisah lama.  Ada seorang gadis yang mencintai teman masa kecilnya.  Tapi tak satu pun dari mereka bisa jujur ​​satu sama lain, dan mereka terus berpapasan.  Suatu hari, mereka bertengkar hebat di sebuah taman hiburan.  Setelah kejadian itu, mereka tidak pernah bertemu lagi karena berbagai alasan.  Tapi teman mereka berdua mengatakan kepadaku bahwa mereka saling menyukai.”


“S-Sensei?”


Sensei menghela napas ringan.  Dia menatap kejauhan.  Seolah-olah hal itu dialaminya sendiri.


"Ini tentang seseorang yang kukenal.  Kalian berdua, saling jujurlah tentang perasaan kalian.”


Dengan itu, dia pergi mendahuluiku ke dalam bus.


Aku dan Anri saling berpandangan.


Ini ketiga kalinya aku berbicara serius dengan sensei.  Aku sangat tersentuh dengan kata-katanya.


Aku dan Anri berpegangan tangan tanpa salah satu pun dari kami yang bergerak.  Ini adalah tindakan yang menghubungkan hati kami.


Itu lebih alami daripada yang terjadi pagi ini, dan aku bisa lebih merasakan tentang perasaan orang lain.


“Anri!”


“Ya, Makoto.”


Kami pun menaiki bus dengan senyum alami di wajah kami——