Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pernyataan Selamat Tinggal [Vol 1 Chapter 4.2]

Goodbye Declaration Bahasa Indonesia




Chapter 4.2: Festival Seiran


"Kita sudah berkeliling cukup banyak!"


Nanase berkata begitu dengan gembira dari sebelahku saat kami berdua sedang berjalan menyusuri koridor yang penuh sesak dengan para murid dan keluarga mereka.


Setelah itu, Nanase dan aku melihat-lihat berbagai pertunjukan.


Pertunjukan dansa tahun kedua, labirin raksasa klub sihir, ramalan klub okultisme, dan beberapa lainnya.


Berkatnya, aku sedang membawa banyak hadiah dan penghargaan di tanganku.


"Itu akan jatuh, apa kamu ingin aku membantumu?"


Nanase bertanya begitu ketika dia melihat hadiah yang hampir terjatuh dari tanganku.


“Aku baik-baik saja jika cuma segini.  Kemana kau akan pergi selanjutnya?"


"Bolehkah aku yang memutuskannya lagi?  Kiritani-kun, kamu juga bisa memberitahuku kemana kamu ingin pergi.”


"Aku tidak keberatan.  Aku tidak memiliki tempat tertentu yang kuminati."


"Benarkah?  Kalau begitu, akulah yang akan memutuskannya lagi…”


Nanase berlari kesana dan kemari.


Sudah hampir waktunya untuk pertunjukkan kami, jadi kukira tempat yang dituju yang berikutnya akan menjadi yang terakhir bagi kami.


“Kiritani-kun!  Ayo pergi kesana!"


Nanase menunjuk ke ruang kelas kosong tempat klub fotografi mengambil foto kenang-kenangan.


Rupanya, klub fotografi sedang memotret para pengunjung.


"Ini adalah Festival Seiran terakhir kita, jadi mari kita berfoto bersama sebagai kenang-kenangan!”


"Eh?  Kita berfoto bersama?”


"Kamu tidak mau?”


“Bukannya aku tidak mau, tapi…”


"Kalau begitu, sudah diputuskan!"


Nanase bersenandung dalam suasana hati yang baik saat dia mengatakannya.


Memang benar bahwa ini adalah festival terakhir kami, jadi lebih baik bagi kami untuk membuat beberapa kenang-kenangan.


Karena 2 Festival Seiran sebelumnya tidak begitu berkesan…


Dengan pemikiran itu, kami memasuki kelas tempat dimana klub fotografi sedang mengambil gambar.


***


Interiornya agak otentik.


Mereka memiliki semua alat untuk mengambil gambar, termasuk reflektor, dan kamera yang mereka gunakan adalah kamera refleks lensa tunggal.


Aku merasa seperti sedang berada dalam studio foto.


"Ada kostum di sebelah sana, jadi silakan ganti dengan pakaian yang kalian suka."


Seorang murid laki-laki dari klub fotografi menunjukkan kami sebuah rak gantungan dengan berbagai macam kostum cosplay.


Ada pakaian pemandu sorak, pakaian Cina, pakaian Jepang … benar-benar ada banyak kostum yang berbeda disana.


“Kamu mau yang mana, Kiritani-kun?  Pakaian pemandu sorak?”


“Kenapa harus itu?”


“Karena itu terlihat menyenangkan.”


"Itu benar-benar mengerikan."


Menurutmu aku ini apa…?


“Tapi karena kita sudah disini, jadi mari kita memakai pakaian yang sama.  Dan mengambil berfoto bersama.”


"Please!"  Nanase memohon dengan kedua tangan tergenggam di dadanya.


Bisa dibilang, pakaian pemandu sorak itu agak...


"Yah, bahkan jika kamu menolaknya, aku tetap akan memaksamu untuk memakainya.  Kalian, di para anggota klub fotografi!  Tolong dandani orang ini dengan pakaian pemandu sorak!”


“Eh!  Apa yang kau katakan?!  Juga, mengapa para anggota klub fotografi begitu termotivasi untuk menuruti perkataanmu?! Tidak, tolong, hentikan!”


Setelahnya, terlepas dari perlawananku, aku langsung dikelilingi oleh orang-orang dari klub fotografi dan dipaksa untuk mengenakan pakaian pemandu sorak.


Ini adalah yang terburuk…


***


"Aku telah melalui banyak hal…”


Sejak saat itu, Nanase dan para anggota klub fotografi membuatku terus berganti pakaian, termasuk pakaian Cina dan pakaian ala mata-mata, dan kemudian memotretku.


Selain itu, aku juga ikut difoto bersama Nanase dengan semua pakaian itu…


Ngomong-ngomong, baik Nanase dan aku sudah kembali mengenakan seragam sekolah kami sekarang.


"Kiritani-kun, kamu sangat bersemangat.”


"Bagaimana bisa kau mengatakan itu setelah melihat wajahku ini?!"


"Jangan marah begitu.  Tapi aku sangat bersenang-senang!”


"...!! A-Aku mengerti…”


Jika Nanase menikmatinya, maka biarlah.


Karena itulah alasan mengapa aku pergi berkeliling Festival Seiran dengannya sejak awal.


"Tuan, apakah kalian ingin aku mengambil satu foto lagi untuk kalian berdua?"


Saat kami berdua sedang berbicara, seorang anggota klub fotografi bertanya pada kami.


"Apa kamu serius?"


"Ya, sedang tidak ada banyak orang sekarang, jadi kita bisa mengambil setidaknya satu foto lagi."


Mata indah Nanase berbinar saat dia memikirkan foto seperti apa yang ingin dia ambil selanjutnya.


"Bisakah kamu memotret kami dengan seragam kami?”


"Tentu saja."


Anggota klub fotografi itu mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Nanase.


Setelahnya, para anggota klub fotografi mulai bersiap untuk pemotretan.


"Nanase, kenapa harus menggunakan seragam kita?"


“Karena aku berpikir untuk meminta mereka memotretku sebagai diriku sendiri untuk akhirnya.”


Banase menunjuk jaket putih khasnya.


Ah, begitu rupanya...


"Tentu saja kamu juga ikut berfoto denganku, bukan, Kiritani-kun?”


"Ya, ya. Aku tahu."


Saat aku menunggu sebentar, seorang anggota klub fotografi memanggil kami.


"Kita akan mulai memotret sekarang."


Anggota klub fotografi itu memegang SLR.  Anggota klub lainnya juga memegang reflektor dan lampu yang bersinar.  Lokasi pemotretannya tetap sama seperti sebelumnya, di depan papan tulis di dalam kelas.


Ngomong-ngomong, papan tulis itu ditutupi oleh kain yang berfungsi sebagai background.


Kemudian, Nanase tiba-tiba mengangkat tangannya.


"Permisi.  Bisakah aku melepas yang ada di belakangku?"


Dia menunjuk ke arah kain background yang menutupi papan tulis.


"Tapi jika kau melepasnya, kami tidak akan bisa mengubah backgroudnya di komputer nanti."


"Tidak apa-apa.  Aku ingin backgroundnya menjadi ruang kelas.”


Nanase meminta anggota klub fotografi untuk melakukannya lagi.


Mereka setuju dan segera melepas kain yang dijadikan backgroundnya.


"Mengapa kau melakukan itu?"


“Itu karena kita memakai seragam.  Ruang kelas adalah background yang lebih baik.”


"Yah, kau benar ..."


Bisa dibilang, biasanya akubtidak akan mau repot-repot untuk melepas kain yang sudah dijadikan backgroundnya.  Tapi, ini untuk Nanase.


Setelah itu, dia menulis di papan tulis, “Festival Seiran adalah yang terbaik!”  di papan tulis dan menggambar beberapa karakter imut yang tidak bisa kumengerti.


Kami mendapat izin dari klub foto untuk melakukan ini juga, tetapi aku tidak tahu apa yang sedang dia lakukan.


“Kalau begitu, kita akan mulai pemotretannya, jadi silakan berpose sesuka kalian.”


Dan akhirnya, pemotretan dimulai.


Tidak ada hal aneh yang terjadi lagi.


Aku sedang memikirkannya, tetapi ketika aku melihat ke sampingku, aku melihat Nanase dalam pose yang aneh.


Tangan kirinya berada di dekat bagian depan kepalanya seperti tanda piece, dan tangan kanannya berada di belakang kepalanya seperti tanda oke, pose yang belum pernah kulihat sebelumnya.

[TL: Pose yang ada di cover.]


“Nanase, pose apa itu?”


"Ini adalah pose original yang kuciptakan!"


“A-Aku mengerti…”


“Bagaimana poseku?  Bukankah itu imut?”


Nanase bertanya dengan penuh percaya diri.


Ketika aku pertama kali melihat pose ini, aku berpikir 'apa-apaan pose ini?' tetapi ketika aku melihatnya lebih dekat, aku menyadari bahwa itu benar-benar imut.


"Jika aku yang memerankan Juliet, maka aku akan menggunakan pose ini di dalamnya!”


“Di scene yang mana yang terdapat pose seperti itu?”


Mungkinkah itu pada bagian "Oh, Romeo..." yang terkenal itu?


Tidak, tidak, tidak, jika dia berpose seperti itu, itu akan merusak pertunjukkannya.


"Itu benar!  Kiritani-kun, ayo lakukan pose ini bersama-sama!”


"Apa?!  Aku juga?!"


"Itu benar.  Ayo kita berfoto bersama dengan pose yang sama!”


"Bahkan posenya juga?!"


“Jangan terlihat begitu keberatan.  Ini akan menyenangkan, bukan?"


Nanase mendekatkan wajahnya ke wajahku dengan mata penuh antisipasi.


Sesaat kemudian, jantungku mulai berdetak lebih cepat dan lebih cepat.


Sulit untuk mengatakan tidak pada wajah yang seperti itu...


“A-Aku mengerti.  Aku akan melakukannya."


"Benarkah!  Kamu mau melakukannya?!"


Nanase terlihat sangat kegirangan.  Ini tidak adil sama sekali untukku.


Kemudian, Nanase mengajariku cara melakukan pose misteriusnya itu.


Saat kami sedang melakukan itu, kami telah membuat klub fotografi menunggu kami, tetapi mereka bahkan tidak terlihat tidak senang.


Klub fotografi terlalu baik, bukan?


"Aku akan mengambil beberapa foto kalau begitu."


Seorang anggota klub fotografi mengambil kamera SLR dan mulai memotret.


Kami berpose dalam pose yang aneh, dan cukup sulit untuk tetap mempertahankan pose yang tidak familiar ini.


"Kiritani-kun, apa kamu sudah berpose dengan benar?"


"Jangan khawatir, aku baik-baik saja."


Aku sedang melakukan yang terbaik untuk menjaga poseku agar tetap utuh, jadi jangan bicara padaku!


Setelah beberapa foto selesai diambil, pemotretan pun akhirnya selesai.


"Aku akan mencetak fotonya sekarang, jadi tolong tunggu sebentar disana."


Dengan instruksi itu, kami pergi ke ruang tunggu, sementara anggota klub fotografi pergi ke sudut kelas dimana ada laptop dan mesin cetak disana.


“Kuharap fotonya jadi sangat bagus!”


"Ya, yah, mereka adalah klub fotografi, jadi aku yakin bahwa itu akan baik-baik saja.”


“Tapi aku senang karena kamu mau melakukan pose itu denganku, Kiritani-kun!”


"Yah, itu bukan masalah jika kita berpose bersama atau tidak."


“Tapi ketika aku melakukan itu untuk foto grup, tidak ada yang mau melakukannya denganku.”


"Yah, kau seharusnya memang tidak boleh melakukan itu dalam foto grup."


Maksudku, apa kau sangat ingin melakukan pose misterius itu?


Kaulah satu-satunya orang yang berpose seperti itu!


"Maaf membuat kalian menunggu.  Fotonya sudah siap.”


Tiba-tiba, seorang anggota klub fotografi memanggil kami.


Aku terkejut.  Foto-fotonya telah dicetak dengan cepat.


“Ini dia.”


"Terima kasih banyak!"


Anggota klub fotografi mengulurkan fotonya pada kami dan Nanase mengambilnya.


Selanjutnya, kami keluar kelas sebentar agar tidak mengganggu murid yang lain.


"Ini, ini untukmu, Kiritani-kun."


"Terimakasih…"


Aku menerima foto dari Nanase di lorong dan segera memeriksanya.


Disana terdapat fotoku dengan Nanase dalam pose aneh yang sama persis.


Itu adalah gambar yang lucu, tapi menurutku hasilnya sangat bagus.


Foto itu juga cukup indah.


"Bagus sekali!  Tapi kupikir pose Kiritani-kun belum cukup baik.”


"Mengapa belum?  Itu sangat sempurna tidak peduli bagaimana kau melihatnya, kau tahu?”


“Itu tidak sempurna sama sekali~ seperti posisi tangan kirimu itu.”


Posisi tangan kiriku?  Aku tidak ingin diberi tahu semua detail itu…


“Tapi aku senang bisa membuat kenangan indah bersamamu, Kiritani-kun!  Bukankah kamu juga senang karena kamu telah membuat kenangan denganku, Kiritani-kun?”


Nanase bertanya dengan seringai dan nada menggoda.


Caramu mengatakannya, apa kau mencoba untuk membuatku hanya mengatakan ya?!


“Yah … aku senang karena aku bisa membuat kenangan bersama Nanase.”


"Ya!  Itu bagus!”


Nanase terlihat sangat senang.


“Aku akan menghargai foto ini, jadi jangan sampai hilang juga, Kiritani-kun.”


"Aku tidak akan menghilangkannya …mungkin.”


"Ah!  Kamu baru saja mengatakan 'mungkin'!"


"Tidak!  Aku akan memastikan bahwa aku tidak akan pernah menghilangkannya!"


"Bagus!  Kalau begitu, aku akan memaafkanmu!”


Nanase berkata dengan nada sombong yang disengaja.


Apanya yang harus dimaafkan coba...?


"Sekarang, waktunya pertunjukkan kelas, ayo kita kembali ke kelas.”


“Apa? Sudah jam segini?”


Aku memeriksa ponselku dan benar saja, sudah hampir waktunya untuk pertunjukkan kelas kami.


“Nanase, umm … bolehkah aku menanyakan satu pertanyaan padamu sebelum kita kembali ke kelas?


"...? Apa itu?"


“Umm … apakah kamu menikmati berkeliling Festival Seiran denganku hari ini?”


Aku bertanya pada Nanase, dan sedikit kehilangan kata-kata.


Dia tersenyum manis saat mendengarnya.


"Tentu saja aku menikmatinya!”


"...!  A-Aku mengerti.  Aku senang mendengarnya."


Sejujurnya, aku tidak yakin apakah aku bisa menghibur Nanase, tapi setidaknya aku mendapatkan nilai bagus di matanya.


“Baiklah, aku akan bekerja keras untuk drama ini.  Meskipun, Kiritani-kun dan aku hanya akan membawakan alat peraga untuk pertunjukannya!”


"Itu benar, tapi kita harus melakukan yang terbaik."


"Ya!  Aku akan membawa banyak alat peraga bersamamu, Kiritani-kun!”


"Kau tidak perlu membawa banyak..."


Nanase tersenyum saat dia berbicara denganku seperti ini.


Dari kelihatannya, dia sepertinya sudah tidak memikirkan tentang audisinya lagi.  Itu bagus.


Setelah itu, kami berbincang tentang apa yang menarik dari Festival Seiran dan menuju ke kelas.