Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pria Yang Menolak Diasuh Oleh Kakak Yang Cantik [Vol 1 Chapter 10]

A Man Who Doesn't Want To Be Fed By A Beautiful Onee-san Bahasa Indonesia




Chapter 10: Onee-san Terkena Flu


Keesokan harinya, aku bangun lebih awal dan menyiapkan barang-barangku.  Mulai hari ini, aku akan berada dalam perawatan keluarga Kishou, jadi aku harus menyiapkan hal-hal yang diperlukan dan setelah selesai, aku harus menyiapkan sarapan, jadi aku agak terburu-buru.


"Yup, selesai."


Aku memasukkan perlengkapan sekolah dan pakaian ganti ke dalam koper dan meninggalkannya di pintu masuk.  Aku kembali ke dapur, dan berpikir untuk menyiapkan makanan untuk sarapan.  Berapa lama aku akan menjauh dari apartemen ini?  Tanpa kusadari, sudah 3 minggu sejak aku mulai dirawat onee-san di apartemen ini, dan ketika aku sudah mulai terbiasa … aku menatap ruang tamu dari meja dapur yang menghadap ke ruang tamu, ketika aku berpikir bahwa aku akan menjauh dari pemandangan ini, aku mulai merasa agak kesepian.


"Tapi onee-san berencana untuk melakukan sesuatu, bukan?"


Dia telah mengatakannya seolah-olah dia sudah punya ide.  Aku selesai memasak lewat jam 7 pagi sambil memikirkannya.  Biasanya onee-san akan terbangun dengan aroma sarapan ini, tapi hari ini, meskipun aku sudah selesai memasak, dia masih belum bangun, jadi aku pergi ke ruang tamu untuk menunggunya.


"Apa yang terjadi padanya?"


Aku mulai khawatir bahwa dia akan terlambat bekerja, jadi aku menuju ke kamarnya.  Kalau dipikir-pikir, onee-sanz meskipun dia bekerja di malam hari, tapi dia biasa pergi denganku dari rumah ke tempat kerjanya, apakah dia juga bekerja di pagi hari?  Kupikir itu agak aneh.


"Onee-san, sarapannya sudah siap."


Aku menunggu sebentar tetapi tidak ada jawaban.  Ada apa ini? Kupikir aku harus membuka pintunya, tapi aku ingat saat dimana aku secara tidak sengaja membuka pintu kamar mandi dan masuk saat onee-san sedang ganti baju, jadi aku membuka pintunya secara perlahan, sehingga aku bisa langsung menutupnya lagi jika dia sedang ganti baju.


"Onee-san...?"


Saat melihat ke dalam, aku bisa melihat onee-san sedang tidur sambil menatap ke arah dinding.  Aku masuk dan mulai berbicara dengannya.


"Onee-san, tolong bangun, kau akan terlambat bekerja nanti."


Aku mulai menggerakannya sedikit di atas seprai, dan tubuh onee-san yang bergerak tanpa perlawanan, tergeletak menghadap ke atas, melihatnya seperti itu tanpa berpikir dua kali, aku langsung berseru dengan keras.


"Onee-san?!!"


Dahi Onee-san penuh keringat, jadi aku mencoba meletakkan tanganku di atasnya.


"Suhumu cukup tinggi."


Aku tidak tahu seberapa tinggi suhunya, tetapi cukup bagiku untuk menyadarinya hanya dengan tanganku saja.  Kupikir itu pasti karena melarikan diri dari Akane-san di tengah hujan kemarin, dan meskipun onee-san tidak terlalu kebasahan, tapi itu mungkin terjadi karena dia tidur sambil memakai pakaian yang basah.


"Nn…"


Saat onee-san mulai membuka matanya perlahan...


“Ah… Eita-kun, selamat pagi."


Suara dan senyumannya sangat lemah.


"Onee-san ketiduran ... jadi aku akan segera bangun."


"Tidak, onee-san lanjutkan tidurnya saja."


Aku menahan onee-san untuk mencegahnya bangun.


"Kau memiliki suhu yang tinggi ... jadi beristirahat sajalah untuk hari ini, kumohon."


"Tapi aku harus pergi bekerja ... aku akan menyebabkan masalah bagi semua orang nanti."


Bahkan jika dia mengatakan itu, dia tetap tidak dalam posisi yang siap untuk dapat pergi bekerja.  Nada suaranya tidak seperti onee-san yang keren, dan dia tampak sangat kesakitan.


"Jika kau pergi bekerja dan menulari orang lain, maka kau akan menyebabkan lebih banyak masalah bagi mereka, hari ini aku tidak akan pergi ke sekolah untuk merawatmu, jadi tolong istirahatlah."


"Kamu tidak boleh melakukan itu ... jangan sampai ketinggalan pelajaran hanya karena diriku, mulai hari ini kamu akan tinggal bersama Kishou-kun, bukan?  Aku tidak bisa membuat masalah untuknya juga."


Aku mengeluarkan ponsel dari sakuku, dan menelepon Kishou.  Setelah nada dering terdengar beberapa kali, aku bisa mendengar suara riang.


(Oh, Eita, ada apa pagi-pagi sekali?)


“Kishou, maafkan aku, tentang bantuan yang kuminta padamu kemarin, aku ingin kita menundanya beberapa hari."


(Kau bisa datang kapan pun kau mau, apakah terjadi sesuatu?)


"Sepertinya onee-san sedang flu, jadi aku berpikir untuk merawatnya untuk sementara waktu."


(Aku mengerti, hari ini kau akan bolos sekolah, kan?)


"Ya, aku merencanakan itu."


(Aku mengerti, beri tahu aku jika terjadi sesuatu.)


"Terima kasih."


Setelah mengatakan itu, aku memutuskan panggilannya.


"Yah, itu saja, jadi onee-san, tolong beristirahatlah."


Sepertinya dia sudah benar-benar menyerah untuk pergi bekerja, jadi dia sedikit mengangguk.


"Apakah ada sesuatu yang ingin kau makan?"


"Aku ingin makan apapun yang dibuat Eita-kun … semalam aku pulang terlambat jadi aku tidak bisa makan malam."


“Baiklah, aku akan membuatkanmu bubur nasi, tolong tunggu sebentar."


Aku kembali ke dapur dan memeriksa ulang isi kulkas.  Bubur nasi mudah untuk dimakan dan dicerna, tetapi rasanya cukup ringan sehingga kau akan mudah bosan, jadi aku mengecek apakah ada sesuatu yang bisa kutambahkan dan masih ada beberapa fillet salmon dari sisa kemarin.


"Mungkin aku bisa menambahkan ini ke dalamnya."


Aku menuangkan air di atas beras dan menyalakan api, aku meletakkannya di atas api yang kecil sementara aku mengambil kesempatan untuk memotong salmon dan meletakkannya di atas panggangan dengan garam.  Setelah selesai memanggang, aku menambahkannya ke dalam bubur nasi, dan setelah agak tercampur, aku menutup dan mengukusnya.  Dengan melakukan itu, meskipun itu tidak sepenuhnya menangkap rasa salmon, tapi setidaknya akan terasa lebih enak karena garamnya.  Ketika aku selesai memasak, aku mengambil teh dan membawa semuanya ke dalam kamar onee-san.


"Terima kasih telah menunggu."


"Serius, terima kasih banyak."


Aku meletakkan bubur nasi di atas meja dan membantu onee-san berdiri dengan menopangnya dengan satu tangan di punggungnya."


"Ini masih agak panas jadi mari kita makan perlahan."


"Iya."


Aku mengambil beberapa dengan sendok dan setelah meniupnya sedikit untuk mendinginkannya, aku membawanya ke mulut onee-san.


"Lezatnya..."


Bagus, sepertinya dia punya selera makan.  Aku melihat jam saat aku memberinya makan, dan itu menunjukkan sekitar jam 8:30 pagi.


"Onee-san, apa kau punya termometer atau obat flu?"


"Aku tidak punya."


Dia berkata seolah-olah dia menyesal, yah jika itu aku, aku juga akan begitu.


"Beristirahatlah sebentar, setelah kau bisa bergerak, kita akan pergi ke rumah sakit."


"Jangan … aku tidak mau pergi ke rumah sakit."


Apa ini ... jika dia tidak mau pergi kesana, maka aku tidak bisa memaksanya, tapi meskipun dia mengatakan itu, aku tetap tidak berpikir bahwa dia akan pulih hanya dengan tidur tanpa meminum obat apapun.


"Aku akan pergi ke apotek terdekat."


Kalau dipikir-pikir, ada apotek di dekat stasiun, mereka buka jam 9.  Jika aku pergi sekarang, maka aku akan tiba pada saat mereka baru buka dan aku akan bisa membeli hal-hal yang kubutuhkan, dan kupikir aku akan bisa kembali kesini dalam waktu sekitar 1 jam.  Aku menuju ke laci dan meninggalkan baju ganti dan handuk di atas bantalnya.


"Aku akan kembali secepat mungkin, setelah kau sudah sedikit mendingan, bersihkan keringatmu dan gantilah bajumu."


"Ya, hati-hati."


Dengan begitu, aku menuju ke apotek.


***


Aku tiba di apotek pada saat yang sama saat mereka baru buka.  Yang kubutuhkan adalah … obat flu, tisu pendingin dan sekantong air, juga minuman berenergi dan minuman rehidrasi … oh benar, termometer juga, dan sebaiknya aku juga pergi ke supermarket untuk membeli buah.


Setelah aku selesai membayar, aku menuju ke supermarket yang ada di dalam stasiun.  Jika aku memberinya buah untuk dimakan seperti ini, maka itu mungkin sulit untuk dimakan olehnya, akan lebih baik jika aku mengupasnya, aku benar-benar tidak tahu apa selera onee-san, jadi untuk saat ini, aku akan membeli pir dan apel.


"Yah, sebaiknya aku kembali secepatnya."


Setelah memastikan bahwa aku tidak lupa membeli apa pun, aku pun berlari ketika kembali menuju apartemen.


Ketika aku tiba di apartemen onee-san, itu sudah sekitar lewat jam 9.


"Aku pulang."


Aku membuka pintu masuk, dan berbicara dengan keras sehingga dia bisa mendengarku.  Aku memasuki kamarnya dan onee-san berbalik untuk melihatku sambil berbaring.


"Selamat datang kembali, Eita-kun..."


“Onee-san, bagaimana perasaanmu?


Baju ganti dan handuk yang kutinggalkan di bantalnya masih ada disana, dan dia telah menyisakan setengah bubur nasinya disana.  Dia mungkin kesulitan untuk bangun, dan dia juga tidak punya energi untuk berganti pakaian atau makan.


"Maaf … aku menyisakan makanan ... yang telah kamu siapkan untukku."


"Jangan pikirkan itu, aku sudah membeli obat jadi mari berusaha untuk meminumnya."


Saat aku menyentuh onee-san untuk membantunya berdiri, piyamanya telah basah oleh keringat.


"Jika kau tetap menggunakan piyamamu yang penuh dengan keringat, tubuhmu pasti akan kedinginan, dan mungkin akan sulit untuk tetap terjaga, tetapi setelah kau selesai minum obat, mari kita berusaha untuk mengganti pakaianmu, aku akan membantumu."


"Nn…"


Aku tidak bisa menyerah pada rasa malu dalam situasi ini.


Aku membantu onee-san melepas piyamanya dan mencoba untuk melihat sesedikit mungkin, lalu aku menyeka kulit di punggung putihnya dengan handuk, dan mengenakan kembali piyama barunya ketika…


"Eita-kun ... aku ingin mengganti celana dalamku juga."


"A-Aku mengerti, aku akan menyiapkan kantung air jadi aku akan menunggumu selesai menggantinya."


Aku meninggalkan kamarnya dan menuju ke dapur, lalu memasukkan air dan es ke dalam kantong air.  Setelah selesai menyiapkannya, aku pergi ke kamar onee-san dengan beberapa hal di tanganku, dan dia sudah selesai berganti pakaian dan berbaring di tempat tidur, jadi aku meninggalkan kantong airnya di bawah kepala onee-san dan aku meletakkan syal pendingin di dahinya.  Melihat termometer yang baru saja kubeli, layar kecil menunjukkan lebih dari 38 derajat.


"Terima kasih banyak Eita-kun, aku merasa sedikit lebih baik setelah aku berganti pakaian ... hehehe."


Sangat jelas bahwa dia berusaha untuk membuat senyum itu, dan sangat jelas pula bahwa dia belum baikan.


"Tidurlah sebentar."


"Ya, aku akan melakukannya."


Bahkan belum semenit berlalu sejak dia mengatakan itu, dia sudah tertidur.  Dan aku berpikir saat memperhatikannya.


"Ini adalah salahku."


Dia tidak bisa tidak berpikir seperti itu.  Kemarin, aku meninggalkan onee-san sendirian dan mandi sendiri.  Meskipun dia tidak terlalu kebasahan, tapi aku seharusnya membangunkannya dan membuatnya mandi, bahkan lebih dulu dariku. Dan jika dia tidak berinteraksi denganku, maka hal ini tidak akan terjadi, tetapi dia masih peduli padaku dan memaksa dirinya untuk tersenyum dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja,  bahwa dia merasa sudah lebih baik, tentu saja itu bohong ... dia sebenarnya sangat menderita sehingga dia tidak bisa bangun sendiri.


"Maaf…"


Aku mengatakannya berulang-ulang di dalam hatiku dan bersamaan dengan itu, ada perasaan campur aduk antara penyesalan dan kekhawatiran.  Aku terus merawat onee-san sambil memendam perasaan itu, aku tidak bisa untuk tidak berharap di setiap detik untuknya agar menjadi lebih baik secepat mungkin meski hanya sedikit.


***


"Nn…"


Aku terbangun dengan sensasi seseorang yang membelai kepalaku dan menyadari bahwa aku telah tertidur, aku pun langsung mengangkat kepalaku.  Matahari sudah terbenam dan hari sudah gelap, cahaya bulan yang masuk melalui jendela menyinariku dan beralih pada bayangan orang yang berhasil kusadari di tengah kegelapan, aku menyadari bahwa orang itu adalah onee-san yang telah berdiri, dan meletakkan tangannya ke kepalaku.


"Maaf, aku membangunkanmu."


Suara itu bergema dengan tenang di dalam ruangan.


"Tidak…"


"Kamu terlihat sangat imut ketika kamu tertidur yang secara tidak sengaja membuatku ingin membelai kepalamu."


Dibandingkan dengan senyumannga di pagi hari, sepertinya dia sudah mendingan sekarang."


"Bagaimana perasaanmu?"


"Yah, mungkin karena aku telah menghabiskan sepanjang hari dengan tidur dan berkeringat, jadi aku merasa sudah jauh lebih baik sekarang."


"Itu bagus…"


Serius, itu bagus … dan saat aku merasa lebih rileks, aku merasakan sesuatu yang hangat di pipiku.


"Eita-kun?


"Huh?"


Apa ini?  Mengapa aku menangis?


"“Eita-kun, kemarilah."


Setelah mengatakan itu, dia mendekatiku dengan pelukan.


"Maaf karena telah membuatmu khawatir, aku tidak sepeti onee-san yang baik karena telah membuatmu sedih."


Tidak, bukan itu.


"Bukan itu…."


Begitu aku berbicara, aku tidak bisa menahannya.


"Lalu kenapa?"


"Itu karena kemarin aku tidak membangunkanmu saat onee-san kebasahan karena kehujaan ….  awalnya semua itu terjadi karena kau berusaha untuk melindungiku, dan jika kau tidak melakukan itu, maka kau tidak akan sakit.  Meskipun onee-san selalu menyelamatkanku, tapi karena diriku, aku telah membuatmu memiliki kenangan yang menyakitkan."


Ah, percuma saja, setiap kali aku berbicara, emosiku meluap-luap.


"Dan bukan hanya membuatmu terkena flu, aku juga telah membuat Akane-san menjadi meragukanmu dan mengejarmu, lalu aku juga membuatmu menggunakan banyak uangmu untukku, dimana aku hanya bisa membuatmu berada kesulitan dengan berada dalam perawatanmu."


Tapi meski begitu, onee-san mengatakan bahwa dia tetap ingin bersamaku, bukankah lebih baik baginya untuk tinggal sendirian?  Setelah aku berpikir seperti itu, aku tidak bisa menghentikannya lagi 


"Bukan seperti itu."


Saat aku tidak bisa menahan emosiku, onee-san mulai berbisik di telingaku.


"Jika aku terkena sedikit flu, aku akan cepat sembuh, jadi kamu tidak perlu merasa bertanggung jawab untuk hal itu, atau lebih tepatnya, aku bahkan bisa mengatakan bahwa aku beruntung karena masuk angin tepat di hari dimana kita seharusnya berpisah, jika memang itu masalahnya, maka aku tidak keberatan untuk mengidap sesuatu seperti flu selamanya."

[TL: Intinya jika flu bisa membuat mereka gagal berpisah, maka onee-san lebih memilih untuk terkena flu selamanya.]


"Tidak, tolong jangan mengatakan itu..."


Meskipun aku tahu itu lelucon, tapi sepertinya dia bersungguh-sungguh.


"Aku tidak peduli dengan wanita cosplay polisi itu, bahkan tentang uangku ... kita sudah membicarakannya sebelumnya, kamu membantuku dengan semua pekerjaan di tempat ini sehingga kita saling menguntungkan."


"Aku penasaran, apakah memang benar begitu..."


"Tentu saja, jika kita tinggal bersama, aku tidak keberatan jika kamu merepotkanku."


"Apakah tidak apa-apa jika aku merepotkanmu...?"


"Kupikir pemikiran untuk tidak ingin merepotkan siapa pun adalah hal yang luar biasa, tetapi kamu tahu, itu juga tidak apa-apa untuk merepotkan orang yang kamu percayai, dan sebaliknya ketika orang lain dalam kesulitan, maka kamu juga harus mengulurkan tanganmu kepada mereka, baik yang merepotkanmu maupun yang menyelamatkanmu satu sama lain ... orang-orang bisa hidup seperti ini secara bersama-sama."


Aku merasa seolah-olah kata-kata itu telah menyelamatkanku sedikit … Lagipula, aku jadi berpikir untuk tidak ingin menyerah dalam hal tinggal bersama onee-san.


"Terima kasih banyak…"


Dan pada saat itu, aku mendengar suara kecil dari perut onee-san.  Itu karena kami begitu dekat sehingga aku bahkan bisa merasakan getaran kecil.


"Sepertinya onee-san agak kelaparan."


"Yah, sepertinya..."


Dia mengatakannya seolah-olah itu adalah orang lain, apakah itu untuk menyembunyikan rasa malunya?  Ketika aku memikirkannya, aku menyadari sesuatu.


“Onee-san, bukankah biasanya kau pingsan karena menyentuhku?"


"Yah, sepertinya."


Kami saling menatap wajah satu sama lain sementara kami berpikir bahwa itu aneh, apakah dia melupakannya?  Dan ketika aku memikirkan hal itu…


"Ah ... sekarang setelah aku menyadarinya, mustahil bagikut untuk..."


"Ah, onee-san!"


Dia terjatuh ke tempat tidur.


"Haa ... aku akan membiarkannya tertidur sampai makanannya sudah siap."


Aku menuju ke dapur, dan mulai memikirkannya sambil mengambil bahan-bahannya.  Lagipula, aku tidak bisa diselamatkan oleh onee-san sepanjang waktu.  Dia selalu mengatakan padaku bahwa aku bisa berada di sisinya, tapi aku tidak bisa menyerahkan segalanya padanya, jadi aku juga harus bekerja keras.


Tapi apa yang bisa kuakukan?


Aku mulai memasak sambil memikirkannya.


[Buku Harian Onee-san]


Sudah berapa tahun aku sejak terakhir kali terkena flu? Ketika aku pergi untuk menemui Eita-kun pada saat hujan, bahkan ketika aku melihatnya dari luar pada hari-hari ketika hujan turun dengan sangat deras, aku tidak masuk angin.  Tapi berkat itu, hari ini, aku jadi bisa tetap bersama dengan Eita-kun.  Dia berusaha keras untuk merawatku … dia cukup bisa dipercaya … bagaimana mengatakannya, aku berhasil melihat bagian baru dari dirinya, dimana aku jadi semakin menyukainya.


Tapi, tidak mungkin aku bisa tinggal di tempat tidur sepanjang waktu karena demam, jadi aku harus melakukan sesuatu agar aku bisa menghabiskan masa depanku yang bahagia bersama Eita-kun.


Onee-san ini harus berusaha keras dalam banyak hal disaat kami tidak saling bertemu!