Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tidak Ada Yang Percaya Padaku [Chapter 52]

No One Believed Me. If You Say You Believe Me Now, It’s Too Late Bahasa Indonesia




Chapter 52: Takeru Dojima


Ini adalah hari dimana turun hujan deras.  Aku biasanya makan siang bersama Dojima di halaman sekolah, tapi hari ini kami memilih untuk makan siang di kelas.


Kami berdua sedang membicarakan tentang novel dan ujian yang akan datang.  Kami memiliki waktu yang damai.


Tiba-tiba, sesuatu terjadi.


Saejima, bocah nakal di kelas, berdiri di samping Dojima dan menuangkan jus yang dipegangnya ke atas kepala Dojima.


"Oh, maaf soal itu, rambutmu jadi agak kusut, jadi aku akan merapikannya."


Saat dia mengatakan itu, Saejima menutup botol plastiknya dan dengan kasar mengacak-acak kepala Dojima dengan satu tangannya.


Aku harus mengatakan sesuatu!


"Tunggu, apa yang kamu lakukan !!"


Kelas dipenuhi dengan tawa para murid.  Aku tahu dari ekspresi mereka bahwa mereka semua memang sedang menertawakannya.


Aku bisa mengetahuinya dari ekspresi mereka.  Mereka semua mengira kalau ini adalah lelucon.  Mereka mengolok-olok Dojima hanya untuk melihat reaksiku.


Beberapa murid menahan senyumnya, dan beberapa lainnya mengeluarkan tawa yang melengking, dan beberapa juga terlihat agak jijik, dan beberapa sisanya mengolok-olok kami sambil mengacungkan jari mereka.


Jantungku bergejolak dengan cepat.  Ini menakutkan.  Aku dipenuhi dengan emosi seperti itu.


“Haa, itu hanya sekelompok penyendiri yang saling berbicara.”


"Ya, tidak baik untuk mengabaikan mereka.  Kamu harus menjahili mereka seperti yang seharusnya.  Karena kita berada di kelas yang sama."


“Uwa, dia benar-benar menuangkan jus padanya.  Oi, kamu juga harus melakukan hal yang sama sepertinya.”


“Kau tahu? Dojima membuat orang lain takut karena kita tidak pernah tahu apa yang sedang dia pikirkan.”


“Itulah sebabnya kami menjahilinya.”


Suara teman sekelasku melewati telingaku.  Ini adalah salahku.  Karena aku, Dojima juga ikut dibully oleh mereka.


Ini bukan lelucon bagi pihak yang dibully.


Kali ini, ini bukan hanya tentang diabaikan.  Tapi, kami juga digunakan sebagai mainan seperti ini oleh mereka.


Ketika aku memikirkannya, kakiku mulai gemetar.  Tetapi…….


Tapi, tapi, Dojima–


Aku mengeluarkan saputangan dari sakuku dengan tangan gemetar.


Lalu, aku dengan lembut menyeka kepala Dojima yang basah.


Karena itu jus, jadi rambutnya agak lengket.  Aku harus mencuci kepalanya untuk membersihkannya.  Aku tidak tahu harus berbuat apa dengan situasi ini.  Bahkan Dojima terlihat ketakutan—–


"T-Tidak apa-apa, Dojima.  Oh, seragammu jadi kotor.”


Dojima menyentuh tanganku ketika aku menyekanya.  Entah kenapa, rasanya begitu hangat.


Aku tidak tahu apa itu, tetapi terlepas dari situasi ini, mata Dojima terlihat sangat indah.


“Hizaki, saputangan cantikmu akan kotor.  Aku punya handuk besar untuk berjaga-jaga jika hal seperti ini terjadi.  Lihatlah."


Dojima mengeluarkan handuk dari dalam tasnya dan mulai menyeka rambutnya sendiri.


“Ngomong-ngomong, Hizaki, apakah ini karena rambutku shaggy jadi dia ingin merapikannya untukku?  Begitu rupanya, sepertinya aku harus potong rambutku."


“Do-Dojima, kamu tahu, itu…….”


Dojima tetap sama seperti biasanya.  Ketika aku melihat Dojima, rasa takutku berkurang.


“Oi oi.  Aku sedang berbicara denganmu, kau tahu?  Berbaliklah.  Kau, apakah otakmu baik-baik saja?”


Saejima-kun adalah orang yang caper dan berada di klub tinju, jadi dia membuatku takut.  Tapi itu bukanlah masalah.  Karena Dojima-kun…


"Hentikan!  Apa kamu gila!?  Berhentilah menuangkan jus ke kepala Dojima entah karena apa! Dojima adalah anak yang pendiam, jadi hentikan!”


"Apa?  Apa kalian pacaran?  Kalau begitu, aku akan menyiramkannya padamu juga.”


Ketika aku sedang membeku di sudut kelas, mantan teman sirkelku menatapku dengan tatapan dingin.


Apa kesalahanku?  Aku cuma ... menulis novel, bukan?


Saat Saejima-kun bergerak untuk membuka tutup botol plastiknya, kemudian terdengar suara angin.


Aku merasakan tubuh Dojima bergerak.  Itu terlalu cepat untuk menyadari apa yang sedang terjadi.


Botol plastik itu tercuri dari tangan Saejima-kun.


Sebaliknya, botol plastik itu ada di tangan Dojima.


“Eh?  A-apa?”


"Gaya rambut Hizaki sudah bagus …….  Tidak perlu bagimu untuk merapikannya.  Lagipula, bukankah rambutmu yang agak berantakan?  Baiklah, biarkan aku memainkan sedikit rambutmu."


Dojima berbicara begitu sambil mengotak-atik rambutnya.


Kualitas suara Dojima barusan berbeda dari yang biasanya.  Suaranya benar-benar berbeda dari biasanya, dan aura yang dia keluarkan terasa berat.


Biasanya, nada suaranya tidak teratur dan selalu tenang, tetapi kata-katanya barusan, sedikit lebih keras.


Ketika wajah asli Dojima terlihat dengan jelas, suasana kelas pun berubah.  Itu karena suasana hati Dojima telah berubah total.


“Haa?  Kau mau melawanku?”


“Benar, ini juga terjadi padaku ketika aku SD.  Sudah lama jika aku ingat-ingat …….  Aku telah mematikan emosiku dan melupakan segalanya.  Aku tidak bisa melawannya tidak peduli bagaimana aku diperlakukan oleh mereka.  Tetapi, jika kau meletakkan tanganmu pada temanku yang berharga–“


Lalu, terdengar suara letupan yang keras.


Itu adalah suara dari botol plastik yang meledak di tangan Dojima.


Teman-teman sekelas tidak tahu apa yang sedang terjadi dan teriakan kecil pun terdengar.


Saejima sangat terkejut dengan suara ledakan itu hingga dia tersungkur di depan Dojima dan terduduk di lantai.


“A-Aku tidak mengerti ini.  Tunggu, a-apa yang kau lakukan?  Huh?  Bisakah botol plastik itu meledak...?"


“Ah, aku minta maaf.  Aku baru saja menumpahkan jusmu.  Aku tidak punya uang sekarang, jadi aku akan menggantinya lain kali.  Dan aku jugalah yang akan membersihkannya."


Dojima melirik Saejima.  Dia terasa sangat mengintimidasi …….  Cuma itu saja sudah bisa membuat Saejima menggigil.  Dia memeluk dirinya sendiri, dan mencoba menekan perasaan takutnya.


Dojima menghela nafas dan menatapku dengan wajah yang sedikit bermasalah.


“Hi-Hizaki, maafkan aku.  Kuharap kau tidak merasa takut karena melihatku barusan.  Kupikir aku harus mematikan emosiku karena aku tidak ingin membuatmu takut.  ...... Haruskah aku tidak terlibat lagi dengan Hizaki?”


Dojima terlihat seperti anak kecil.


Secara objektif, Dojima sedang sakit.  Tapi bagiku, Dojima tampak seperti orang yang polos dan luar biasa.


“Dasar bodoh!  Apa yang kamu bicarakan?  Kita akan belajar di Saigeria hari ini, bukan?  …… Aku berteman denganmu dan …….  Itu sebabnya aky akan ...... menyeka bagian yang basah itu agar kamu tidak masuk angin.”


"Y-Ya.  Aku mengerti, teman, huh …….  Hahaha, haha, aku dan Hizaki berteman.  Oke, tolong lakukan yang terbaik untuk membersihkanku.  Tunggu, bukankah Hizaki juga tersiram jus?  Handukku—"


Udara di kelas terasa berat.  Tapi aku tidak peduli tentang itu.


Dojima dan aku berbeda dari orang lain di kelas ini.


Tidak apa-apa.  Karena aku tidak sendirian.  Aku punya teman …… yang penting bagiku.


Dojima memotong rambutnya.


Dia memegang contoh gaya rambut idol Korea di tangannya dan memotong rambutnya di salon favoritku.


“Sudah lama sejak aku mencukur sependek ini.  Ini membuat kepalaku terasa sangat ringan.”


“Haa?  Kamu bilang kamu ingin potongan yang pendek!  Maksudku, itu terlihat cocok untukmu.”


“Fumu, penglihatanku jadi bagus, aku bisa melihat wajah Hizaki dengan jelas.”


Fakta bahwa kami dibenci di kelas tidak berubah.


Tapi ada sedikit yang berubah.


Ketika kami sedang makan bersama di halaman, atau dalam perjalanan pulang, beberapa murid mulai berbicara kepada kami.


“U-Uhm, aku sudah membaca web novelmu dan itu sangat menarik.  Aku tidak sabar untuk membacanya dalam bentuk buku!”


“Yah, sulit bagiku untuk berbicara denganmu di kelas, jadi aku tidak bisa membantumu……, tapi aku menantikan novelmu.”


“D-D-Dojima-kun.  Jenis seni bela diri apa yang kamu latih?  Aku bisa melihat ototmu bahkan dari balik pakaianmu!"


"Uwaa, aku sangat menantikan novelmu.  Seluruh kelas sedang membicarakannya.”


"Dojima ……, aku minta maaf karena telah menuangkan jus padamu kemarin.  Aku sangat menyesal.  Aku telah melewati batas.  K-Kau bisa bertinju, bukan?  Maukah kau sparing denganku secara nyata?"


Tidak semua teman sekelasku adalah orang yang brengsek.  Begitupun aku, tapi aku terlalu lemah untuk melawan arus yang besar.  Aku takut dibenci oleh diriku sendiri.  Tapi anak-anak ini cukup berani untuk berbicara dengan kami.  Mereka cukup berani untuk meminta maaf.


[Puggy, apa kabar?  Perkembangan terakhirnya cukup mendebarkan dan menarik.  Lakukan yang terbaik untuk mengembangkannya!]


[Puggy!  Aku menantikan tamasya kita yang berikutnya!  Jika ada yang ingin kamu makan, tolong beri tahu aku!]


Onee-san dan onii-san selalu mengirimiku pesan setiap harinya.  Hanya dengan melihatnya saja sudah memberikanku perasaan yang hangat dari dalam.


Hari ini, Dojima duduk di sebelahku, dan mengunyah makan siangnya.


"Mumu, apakah ada sesuatu di wajahku?  Benar, Chisa, apa kau ingin mencoba lauk ini?”


“Apa!?  Kenapa kamu memanggilku dengan nama depanku?”


“T-Tidak, tidak. Teman seharusnya memanggil satu sama lain dengan nama depan mereka, bukan?  Aku membacanya di salah satu novelmu, Chisa.”


"I-Itu benar.  Yah, kalau begitu itu tidak dapat dihindari.  Nah, mari kita lihat, kamu sangat berharga."


"Mumu, untuk beberapa alasan, aku jadi agak malu …… Chisa.”


Aku terkejut saat mendengarnya memanggilku dengan nama depanku, tapi kalau dipikir-pikir, onee-san dan onii-san juga saling memanggil dengan nama depan mereka, jadi kurasa ini hal yang wajar.


Aku merasa kalau kami menjadi sedikit lebih dekat dari biasanya.