Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tidak Ada Yang Percaya Padaku [Chapter 50]

No One Believed Me. If You Say You Believe Me Now, It’s Too Late Bahasa Indonesia




Chapter 50: Hal Yang Paling Penting


"Maaf, tapi aku kalah dari kelasnya Haruka.  Itu terlalu indah untuk menjadi kenyataan.  ...... Dan Miyazaki-san juga sangat baik dan imut.”


Setelah menyelesaikan ball game di pagi hari, kami pun melanjutkannya dengan makan siang.


Kami berada di kelas kami sendiri, yang tidak biasanya kami lakukan.  Itu karena hari ini adalah ball game, jadi sebagian besar murid lebih memilih makan siang di halaman sekolah atau di sudut lapangan.


Sangat menyegarkan rasanya karena bisa makan siang sendirian di kelas.


"Tapi, kau berhasil memenangkan babak pertama, bukan?  Dan kau juga memiliki beberapa pertandingan sore ini, benar?  ...... Bolehkah aku datang untuk melihatmu lagi?  Lagipula, Anri jauh lebih cantik daripada Miyazaki.”


Aku sengaja mengatakan itu.  Anri tidak mengerti betapa imutnya dia yang sebenarnya.  ...... Jadi aku sangat mengkhawatirkannya.


“M-Makoto!  A-Aku sangat malu …….  Tapi aku juga sangat senang karena kamu mau melihatnya.”


"I-Itu karena aku jadi bisa bermain baseball sebaik yang kubisa karena Anri melihatku tadi.”


Aku merasa agak malu saat mengatakannya jadi aku memalingkan wajahku.  Dan Anri juga tampak berseri-seri.


Tiba-tiba, aku melihat ke bawah lorong dan melihat Haruka yang sedang berjalan disana.  Di sebelahnya ...... adalah Kisaragi dan ...... Nanako.


Anri hampir menumpahkan jus yang diminumnya.


“Fuehh?  A-Apakah itu Nanako-san?  Eh?  Tunggu, dia sangat imut?”


Penampilan Nanako-san telah berubah semenjak kemarin.


Haruskah aku mengatakan bahwa dia sudah kembali seperti dirinya yang seharusnya?  Tidak, aku bisa melihat bahwa dia jadi terlihat lebih polos daripada sebelumnya.


Rambutnya dipangkas rapi dan dia memakai make-up tipis.  Dia juga memakai seragamnya dengan sempurna.


Di atas itu semua, matanya tampak berbeda.  Seringai di matanya telah hilang dan dia memiliki ekspresi yang ceria.


“Fuwa……Dia terlalu imut.  ...... Na-Nanako, ingin berteman dengan Makoto, bukan?  Umm, yah, Makoto, k-kamu harus berbicara dengan Nanako-san……”


Aku memberikan gelengan kecil kepadanya.


“Tidak, Nanako akan baik-baik saja bersama Haruka.  Dia tidak membutuhkanku.  Lagipula, Anri jauh lebih cantik darinya.”


Lalu Anri berkata padaku dengan mulut ternganga.


“Muu……….Kurasa tidak.  …… Ugh, aku mulai membenci diriku sendiri karena begitu kecil dan linglung.……”


Aku menepuk kepala Anri tanpa permisi.


“Aku merasa terganggu ketika Anri berbicara dengan laki-laki lain.  ...... Mungkin aku jauh lebih cemburu daripada yang kukira... T--Tidak ... a-aku cemburu padamu sebagai teman....."


“Y-ya, s-sebagai teman.  …… fufu.……”


Senyuman muncul kembali di wajah Anri.  Jarak di antara Anri dan aku sebagai teman tidak bisa dibandingkan dengan orang biasa pada umumnya.  Itulah jarak di antara kami.


Anri berdiri dan memindahkan kursinya ke samping kursiku.


Kemudian, dia duduk di dekatku dan meletakkan kepalanya di bahuku.  Ini sama seperti waktu itu.


“A-Aku merasalah lelah di pagi hari, jadi aku ingin disembuhkan oleh elemenmu ……, tidak apa-apa, bukan?”


"Y-Ya, aku tidak keberatan, tapi ……”


Aku takut jika seseorang akan melihat kami saat sedang begini, tetapi itu sudah tidak masalah sekarang.  Itu bukanlah masalah selama aku dan Anri bisa saling memahami.


"Ah, Onii-……chan. M-Maafkan aku!  Aku tidak bermaksud untuk mengganggu kalian!"


“Uwaa, mesranya……”


“Yah, Kisaragi. Kamu tidak keberatan selama Shinjo-kun bahagia, bukan?”


Sungguh mengejutkan, Haruka dan yang lainnya datang ke kelas kami.


Tetapi ketika mereka melihat kami, mereka diam, dan memberi kami semacam tatapan hangat.


Anri meluruskan posturnya dan memberi isyarat kepada Haruka.  Wajah Anri memerah, seolah-olah dia merasa malu.  Haruka, adik tiriku, mendekatiku, sambil terbatuk-batuk.


Nanako dan Kisaragi berada di belakang Haruka.  Mereka terlihat seperti sekelompok anak badung.


“uhuk, uhuk, onii, chan……, um, yah, maaf mengganggu kalian.”


Haruka sepertinya ingin mengatakan sesuatu.  Namun, dia tidak dapat mengatakan sepatah kata pun dan terlihat seperti sedang mencari kata-kata di kepalanya.


“Haruka, tidak apa-apa. Santai saja.  Tidak perlu terburu-buru.  Jika ada sesuatu yang ingin kau katakan, katakan saja."


Saat aku mengatakan itu, bahu Haruka menjadi rileks.


Kemudian dia memberiku pandangan yang cukup nostalgia.  Suaranya memiliki nada yang serius.


“A-Aku idiot, jadi aku tidak bisa mengatakannya…… yah.  Ini ……, sangat simple, bukan?”


"Ya, tidak apa-apa."


Haruka menatap lurus ke mataku.


Lalu--


"Aku minta maaf atas semua yang telah kulakukan.  Aku minta maaf untuk semua masalah yang kusebabkan kepadamu……”


Nanako yang ada di belakangnya, dengan ringan menepuk lengan Kisaragi.


Dan 2 orang di belakangnya mengikuti Haruka.


"Ah, ini sebenarnya bukan persoalan tentang meminta maaf, tapi pertama-tama, aku harus minta maaf terlebih dahulu.  ...... Makoto, aku minta maaf atas pengakuan palsu yang kubuat dulu.  Terima kasih karena telah menolakku saat itu.  ...... Jangan pedulikan aku, pedulikan saja Haruka.……”


“Shinjo-kun, saat di karaoke, aku minta maaf.  Apapun alasannya, itu adalah salahku karena telah mengkhianatimu.  Kamu tidak perlu memaafkanku, tapi aku hanya ingin kamu untuk berteman dengan Haruka-chan.……”


Haruka berbalik dengan terkejut, mungkin karena dia tidak mengira bahwa mereka berdua akan bertindak seperti itu.


"Tung-- kalian berdua?!  B-Bukan itu yang kalian katakan sebelumnya.  I-Itu sudah sangat terlambat sekarang."


Ini terlalu tiba-tiba.


Semua peristiwa dari masa lalu diputar ulang du dalam pikiranku sekaligus, seolah-olah itu adalah rewind.


Itu menyiksa hatiku.  Dan menusuk jantungku.


Tapi aku telah memutuskan untuk menghadapi masa lalu itu.


Aku berbohong jika aku bilang bahwa aku tidak merasakan sakit.  Bersama dengan Anri membuatku sadar bahwa hatiku sudah hancur.


Itulah mengapa…


“Sudah terlambat ….. huh?”


Aku melanjutkan kata-kataku.  Wajah Haruka memancarkan rasa bersalah.


“Haruka, mengapa kau memperlakukanku seperti orang asing sekarang?  Aku ...... kakakmu, bukan?  Jadi... kau bisa memanggilku 'kakak' lagi.”


"Ah……."


Aku berdiri.


Lalu aku dengan lembut memeluk tubuh kecil Haruka yang sedang gemetar.


Ini adalah cintaku sebagai keluarga.


Ada sesuatu di hatiku yang memenuhi diriku dengan sukacita.


Ketika aku masih kecil, adik tiriku, Haruka, suka berjalan di belakangku.  Terkadang itu menjengkelkan.  Tapi aku ingat bahwa aku sangat senang karena bisa memiliki adik perempuan.  Dan hubungan kami menjadi kacau setelah insidenku dengan Miyazaki.


Jika aku bisa lebih berusaha dalam menjelaskan tentang ketidakbersalahanku, semuanya mungkin akan berjalan secara berbeda.


Namun, anak-anak memiliki dunianya sendiri.


Haruka telah berusaha untuk menjadi lebih dekat denganku sedikit demi sedikit sejak sebelum dia lulus dari SMP, dimana aku menggunakan honorifik dan memasang tembok terhadapnya.


Aku tidak melihat keluargaku sendiri sebagai keluarga.  Melainkan hanya sebagai teman serumah.


Dan bahkan ketika Haruka mengatakan bahwa dia mempercayaiku, aku hanya memiliki kekosongan di hatiku saat itu.


Tapi sekarang, disinilah dia, yang sedikit gemetar.  Dia adalah adikku, keluargaku, dan tidak ada yang berubah sejak kami masih kecil.


Aku menghadapi masa laluku sebagai masa lalu.  Jadi, sebelum Haruka dihancurkan oleh perasaan bersalahnya, dan sebelum dia menjadi hancur, aku harus…


"Tidak apa-apa.  Haruka, tolong panggil aku Onii-chan…”


“U, uu…, O…..O-Onii-chan…..Onii-chan, Onii-chan, Onii-chan!  M-Makoto adalah Onii-channya Haruka….”


"Ya, dan kau adakah adikku”


Haruka memelukku sambil menangis.


Suaranya yang tidak jelas bergema di seluruh kelas.


Nanako dan Kisaragi juga ikut menangis.


Aku mengalihkan pandanganku pada mereka.


“Kisaragi, Nanako-san……, aku berbohong jika aku bilang bahwa aku tidak peduli sama sekali tentang masa laluku, tapi ……, tidak masalah.  Jadi bersikaplah seperti biasanya saja.  Ini bukan masalah tentang memaafkan atau tidak dimaafkan.  Karena kita masih anak-anak.  Kita semua pasti akan membuat kesalahan."


Jika kita membuat kesalahan, maka kita bisa mengulanginya lagi.


Tapi, manusia adalah makhluk yang seharusnya tidak akan melakukan hal-hal seperti itu.


Aku memutuskan untuk meminjamkan tubuhku pada Haruka sampai dia berhenti menangis.  Itu karena dia adalah adikku.


***


Ball game berakhir dengan sukses.


Kelas kami menempati peringkat kedua.


Itu adalah peringkat tertinggi untuk para murid baru.


Yamada meratap, tapi saat Tanaka-san berkata, “K-Kita kelas tahun pertama yang terbaik……, ayo pergi ke toko buku,” dan ratapan Yamada langsung berubah menjadi teriakan.  Itu sangat bising.


Kelas Haruka memenangkan kompetisi voli putri dengan selisih yang telak.


Sejujurnya, sisi atletisnya sangat bagus.  Di sore hari, Haruka tampaknya telah kehilangan kesabaran dan melakukannya dengan kekuatan penuh.


Dia mendapat skor tertinggi di ...... ujian akhir dan berhasil menghindari nilai merah.  Aku pernah mendengar bahwa dia sibuk membantu kegiatan klub selama liburan musim panas.  ...... Tapi, apakah dia akan baik-baik saja dengan pekerjaan rumahnya?


Aku mendengar bahwa Nanako mendapatkan kembali keceriaannya dan menikmati sisa ball game.


Jumlah para gadis yang membully Nanako yang menjadi lebih cerah telah berkurang, dan dia bisa menjalani kehidupannya yang relatif damai.


Dengan menjadi ceria, dia akan bisa segera terbebas dari pembullyan dan memiliki banyak teman.


Dia tidak ingin melihat siapa pun membuat kesalahan yang sama lagi.


Untuk pertama kalinya, Anri dan aku diundang ke acara pesta kelas, tetapi kami menolaknya dengan sopan.


Itu bukan karena kami tidak ingin mengikutinya.  Bahkan bisa dibilanh bahwa kamu mungkin akan bisa menikmatinya sekarang.


Tapi Anri dan aku ingin mengadakan pesta kami sendiri.


Lokasinya adalah di pusat perbelanjaan yang sepi.


Tempat dimana Anri dan aku pertama kali saling mengenal satu sama lain.


Di meja kami, ada jus, kentang goreng, tablet tulis, dan keyboard.


"Hei, Nyanta, ayo kita lakukan lomba novel dengan tema ball game hari ini, oke?”


"Pomeko, kau berbicara seperti yankee."


"Biarin!  Itu karena disinilah aku pertama kali bertemu denganmu……”


"Kalau begitu tidak apa-apa …… Jadi, batas waktunya adalah 30 menit, oke?


"Ya, aku akan menulis cerita yang sangat lucu sekarang!"


Ini adalah pesta kami.  Karena novel lah yang menghubungkanku dengan Pomeko.


Aku tidak yakin kapan terakhir kali aku datang kesini.


Pomeko-san mulai menulis ceritanya dengan tenang.


Dia terlihat sangat imut dengan kacamatanya.


Aku memutuskan untuk menulis tentang perasaanku saat ini.  Tema ceritanya adalah ball game, tetapi jika aku tidak bertemu dengan ...... Pomeko, aku pasti tidak akan berada di tempatku saat ini.


30 menit berikutnya berlalu dalam sekejap mata.


“Yosh, aku sudah selesai!  …… Oh, …… Ah, t-tunggu sebentar.  Aku tidak bisa menunjukkan ini pada N-N-Nyanta........."


Entah kenapa, wajah Pomeko menjadi merah padam saat dia selesai menulis ceritanya.


Dan aku juga begitu.


“Y-Ya, aku mungkin tidak bisa menunjukkan novelku pada ...... Pomeko-san juga.  ...... Tunggu, ini sedikit memalukan.”


Aku tidak tahu apa yang Pomeko-san tulis tentangku.  Tapi ketika aku membaca ulang ...... hal-hal yang kutulis, itu malah tampak seperti surat cinta.


Ini adalah novel yang kupersembahkan pada Pomeko dengan kata-kata, ekspresi, dan perasaan yang mana hanya dialah yang bisa memahaminya.


Kami berdua saling berpandangan dan gelisah.


Pomeko-san membuka mulutnya seolah-olah ingin memecah suasana.


“B-Baiklah, anggap saja kita seri saat ini!  …… Uhm, oh, ya, itu benar.  Aku sudah selesai menulis versi lengkap dari cerita untuk bukuku yang akan datang.  …… Ny-Nyanta Aku ingin kamu untuk membacanya…..”


Pomeko-san memberiku tabletnya dengan gentar.


Untuk beberapa alasan, wajahnya masih merah cerah.


Judul yang tertulis di atasnya adalah.


“Teman Yang Paling Penting Di Dunia, [Orang Yang Kucintai.]”

[TL: Kode keras.]