Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pria Yang Menolak Diasuh Oleh Kakak Yang Cantik [Vol 1 Chapter 3.1]

A Man Who Doesn't Want To Be Fed By A Beautiful Onee-san Bahasa Indonesia


Chapter 3.1: Onee-san Yang Menanggalkan Pakaiannya


"Nn..."


Keesokan harinya ketika aku bangun, ada pemandangan yang tidak biasa di depan mataku.  Itu adalah wallpaper berwarna putih yang tampak memanjakan. Aku berada di ruang tamu yang elegan yang bergaya, menggunakan tirai warna alami, dan diterangi oleh cahaya matahari yang menyelinap di antara tirai tersebut yang menerangi lantai dan langit-langit.


"Ah, itu benar..."


Aku ingat apa yang terjadi kemarin saat masih setengah tertidur, segala macam hal telah terjadi padaku dan aku akhirnya tinggal dalam perawatan onee-san cantik yang datang setiap hari ke toko tempat dimana aku bekerja paruh waktu.  Karena kemarin sudah terlalu larut, jadi aku meminjam kamar mandinya dan langsung tertidur di sofa.


"Ini di apartemennya."


Ketika aku memikirkan ulang tentang kehidupan sulit yang akan menyentuhku mulai sekarang, aku hanya bisa menghela nafas.


Aku melihat ponsel yang kutinggalkan di atas meja, dan di layarnya menunjukkan pukul 7:30 pagi.


"Untuk saat ini, aku harus mencuci wajahku terlebih dulu..."


Aku bangkit dari sofa, membuka tirai, dan pergi untuk mencuci muka.  Mimpiku yang masih tersisa terbang begitu saja ketika aku melihat pemandangan yang di depanku ketika aku membuka pintunya.


"Ah!"


Aku sangat terkejut hingga aku tanpa sadar mengatakan itu.  Karena disana ada Onee-san yang memakai celana dalam!


"Eita-kun...?"


Dia baru saja selesai melepas roknya dan tangannya hendak melepas celana dalamnya. Itu adalah pakaian dalam kuning yang lucu yang memiliki bordiran. Selain itu, onee-san memiliki bentuk tubuh yang sangat bagus, bahkan aku berani bilang bahwa bentuknya sempurna.  Dan ketika aku menyadarinya, aku terpana dan dengan cepat membuat alasan.


"M-Maaf!  Aku hanya ingin mencuci wajahku!  Aku tidak sengaja masuk kesini!"





Setelah aku mengatakan itu, Onee-san mengatakan sesuatu.


"Um, tidak apa-apa, itu benar... Bagaimanapun, Eita-kun juga laki-laki."


Dia memberiku perasaan bahwa ada yang salah dengan nada suara tenang yang menunjukkan bahwa dia memahami situasinya. Dan setelah mengatakan itu, onee-san berjongkok di tempatnya berdiri.


"Tapi, ini agak memalukan. Jadi, bisakah kamu meninggalkannya hanya dengan sekali foto?"


Dia menutupi matanya sambil mengatakan itu ... Penampilannya itu terlihat layaknya foto sampul di beberapa toko malam, dimana wajahnya tidak ditampilkan, melainkan hanya posenya saja.  Gestur itu terlihat seolah-olah dia sudah terbiasa difoto... tunggu... foto?  Aku baru menyadarinya dan melihat ke bawah ke arah tanganku, dan aku baru sadar bahwa aku sedang membawa ponsel. Selain itu, aplikasi kamera sedang terbuka disana...


"Bukan itu!  Aku tidak berniat untuk mengambil gambar secara diam-diam!"


Ini buruk, tidak peduli apa yang kukatakan dalam situasi ini, itu tetap tidak akan berhasil!


"Maafkan aku!"


Aku berteriak dan berlari keluar dari kamar mandi.  Godaan Onee-san yang hanya menggunakan celana dalamnya terlalu kuat untuk kutanggung.


***


"Kita mengalami semua ini terlalu cepat."


Karena onee-san tadi tampaknya hendak mandi.  Aku pun berlutut di depannya setelah dia keluar dari kamar mandi.


"Tidak, itu adalah salahku karena aku tidak berhati-hati karena ... pintunya tidak dikunci..."


Setelah meminta maaf, aku mencuci wajahku. Yah, di apartemen miliknya sendiri, dia memang sudah sewajarnya tidak perlu menutup diri.


"Tapi sebenarnya, jika kita tinggal bersama, maka hal-hal seperti ini pasti akan terjadi."


Sepertinya dia berhasil diyakinkan.


"Lain kali, kamu harus mengetuk pintunya terlebih dahulu sebelum masuk, Eita-kun."


Dia mengatakannya seolah-olah dia tidak merasa keberatan jika aku melihatnya.  Bagaimana aku mengatakannya, seolah-olah dia tidak menganggapku sebagai seorang pria, atau karena ini bukanlah hal yang sensitif bagi wanita yang lebih tua. Tapi, aku merasa bahwa suasana yang dihasilkan saat minum teh hari ini, sangat berbeda dari kemarin. Kemana semua energi itu pergi?  Dia saat ini tampak seperti onee-sama yang tenang dan serius.  Seolah-olah dia tidak mencerminkan perasaan apa pun.


"Kalau begitu… aku akan mulai bersih-bersih dan mencuci pakaian. Onee-san, silahkan menonton TV."


Aku menekan tombol di remote TV untuk mengubah topik pembicaraannya sambil menarik perhatian onee-san.


"Apa?"


Aku tercengang ketika melihat berita yang sedang ditampilkan.


"Seputar jurnalis yang tersesat di zona perang, Ichinose Kasumi-san, pagi di akhir pekan ini, sebuah kelompok radikal telah merilis video berikut, harap diperhatikan"


"Eita〜 Apa kamu baik-baik saja〜?"


Video tersebut menampilkan seorang pria paruh baya yang mengenakan kemeja Hawaii merah sedang melambai ke arah kamera.  Bagaimanapun kelihatannya, sayangnya, aku sangat mengenalnya bahwa sudah tidak diragukan lagi kalau itu adalah ayahku.


"Maaf, maaf. Aku tersesat lagi. Tapi aku tidak apa-apa, jadi kau tidak perlu mengkhawatirkanku karena aku sungguh baik-baik saja. Ah, tapi sepertinya kali ini, aku akan berada di sini untuk waktu yang lebih lama, sekitar dua hingga tiga tahun, mungkin~? ♪ "


"Yah, dua hingga tiga tahun!?  Dan, jika terjadi sesuatu padamu, katakan saja pada Onee-san, nanti dia akan memberimu saran, oke~? ♪"


Videonya selesai dan komentator muncul kembali.


"Sepertinya seluruh isi videonya sudah dibagikan ... apakah ini adalah sebuah pesan untuk keluarganya?"


"Ya, menyelidikinya sedikit, kami berhasil menemukan bahwa Ichinose memiliki seorang putra. Kupikir video itu seharusnya ditujukan kepadanya. Dan sepertinya putranya masih SMA. Ya, kami akan terus mengumpulkan informasi berikutnya."


"Begitu, tapi tetap saja, Ichinose-san memiliki selera berpakaian yang mengejutkan, kemeja Hawaii..."


Wanita di sebelahnya mati-matian menahan keinginan untuk tertawa ... Yah, itu bukan berarti dia tidak memahami tentang situasinya.


"Sepertinya, ketika Ichinose-san bepergian, dia hanya membawa kemeja itu, dan ketika dia tiba di zona perang dengan kamera di tangannya, sebagian dari teman-temannya akan memanggilnya "si Aloha itu terbang ke medan perang!""


""Aloha terbang ke medan perang!" Pfff..."


 Wanita itu tidak bisa lagi menahannya dan mulai tertawa, bahkan mikrofon itu juga merekan tawa dari para juru kamera di studio.


"Sepertinya ini bukan pertama kalinya terjadi, karena tampaknya dia telah terperangkap beberapa kali di zona perang."


"Yah, sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan darinya."


Aku sangat setuju pada komentarmu itu ... tetapi bukankah itu hal yang buruk bahwa kau mengatakannya dalam posisimu itu?


"Kalau begitu, mari kita lanjutkan ke berita selanjutnya..."


Apa maksudmu "kalau begitu"?  Pada saat yang sama ketika berita itu berubah, aku mengangkat bahulu di depan TV-nya.


"Dua hingga tiga tahun..."


Selama itu, dia tidak akan mengirimkanku apa pun untuk membiayai pengeluaranku. Yang mana hal itu membuatku tidak lagi bisa melihat secercah harapan bagi masa depanku... dan apa yang dia maksud dengan onee-san?  Aku memiliki keraguan terhadap kata-kata yang ditinggalkan oleh ayahku.


"Sepertinya Kasumi-san baik-baik saja."


Onee-san mengatakan sesuatu yang tidak terduga.


"Benarkah?… Onee-san, apa kau mengenal ayahku?"


"Ya, sebenarnya aku cukup mengenal ayahmu."


Sebentar, onee-san mengenalnya... apa-apaan ini?


"Dia telah memintaku sebelumnya untuk mengawasimu jika terjadi sesuatu padanya, meskipun aku tidak pernah menyangka bahwa permintaannya itu membuat kita berakhir dengan tinggal bersama seperti ini."


"Jadi, kau menawariku itu karena ayahku yang memintamu?"


"Um, itu tidak ada hubungannya dengannya, aku memang sudah menyukaimu sebelumnya, jadi aku ingin membantumu jika terjadi sesuatu padamu. Dan aku juga berpikir untuk tinggal bersamamu."


"..."


Dia mengatakan itu dengan senyum yang menenangkan... Aku sangat malu ketika diberitahukan hal itu langsung di depan mataku.


"Hmm ... terima kasih..."


"Tidak masalah."


Tetapi kemudian, aku akhirnya mengerti bahwa dia mengetahui namaku karena telah mendengarnya dari ayahku. Yah, meskipun aku tidak mengenalnya, tapi sepertinya aku bukan orang yang asing untuknya. Lain kali ketika aku melihat ayahku, aku akan menanyakan segalanya padanya secara rinci.


Aku pun akhirnya mulai bersih-bersih disaat aura onee-san yang berbeda dari biasanya telah menarik perhatianku.