Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pernyataan Selamat Tinggal [Vol 1 Chapter 3.3]

Goodbye Declaration Bahasa Indonesia


Chapter 3.3: Kiritani Kakeru Dan “Dia”


3 hari kemudian, hari audisi tiba


Nanase dan Ayase bersaing untuk mendapatkan peran Juliet.


Audisi dijadwalkan akan dimulai di dalam kelas saat pulang sekolah.


Seperti yang kujanjikan pada Nanase, aku membantu latihannya saat jam jstirahat makan siang.


Sebagai hasilnya, kupikir aku telah menghafal semua dialog Romeo.


Itulah bukti saking banyaknya aku mengucapkan dialog Romeo dalam beberapa hari terakhir ini.


"Oke!  Aku akan melakukan yang terbaik hari ini!"


Nanase, yang duduk di sebelahku, sedang berusaha sekeras yang dia bisa.


"Nanase, umm… Semoga berhasil.”


"Terima kasih!  Karena Kiritani-kun telah menemaniku berlatih, jadi aku harus mendapatkan peran itu!”


Nanase tersenyum kecil.


Dia adalah seorang aktris yang bekerja di sebuah perusahaan teater, jadi dia mungkin sudah melalui banyak audisi yang tekanan yang cukup tinggi.


Dibandingkan dengan semua audisi itu, audisi untuk drama di festival sekolah ini mungkin akan mudah baginya.


"Semoga berhasil, Saki."


"Terima kasih, Atsushi.”


Ketika aku melirik mereka, Ayase dan Akutsu saling berbicara terhadap satu sama lain dengan akrab.


Ketika aku mengamati mereka lagi, jarak di antara mereka cocok jika disebut sebagai teman masa kecil.


Laki-laki yang tampan, gadis yang cantik, ditambah teman masa kecil.  Itu terlihat seperti setting yang ada di manga romcom.


Sementara aku memikirkan hal ini, sepertinya audisinya sudah siap dimulai.


"Audisi untuk peran Juliet, akan segera dimulai."


Seorang murid laki-laki dari komite festival mengumumkan hal tersebut di atas podium.


Ngomong-ngomong, beginilah aturan audisinya:


Para kandidat akan bergiliran memerankan dialog yang telah ditentukan sebelumnya di depan semua teman sekelas mereka.


Setelah menonton pertunjukannya, teman-teman sekelas akan diminta untuk menilai siapa yang terbaik dalam berakting, dan pada akhirnya, suara mayoritas akan diambil untuk memilih siapa yang paling cocok untuk memerankan Juliet.


Itu adalah proses utama dari audisinya.


"Jadi, siapa di antara kalian yang akan berakting lebih dulu?"


Anggota komite festival bertanya kepada kedua kandidat.


"Ya!  Aku yang akan melakukannya!"


"Aku yang akan melakukannya!"


Tangan Nanase dan Ayase terangkat hampir bersamaan.


Aku terkejut.  Aku tahu bahwa Nanase ingin menjadi yang pertama melakukannya, tapi aku tidak menyangka Ayase juga akan mengangkat tangannya seperti itu.


"Sangat tidak biasa bagimu, Saki, untuk termotivasi oleh hal seperti ini.”


"Bukan apa-apa."


Kata Nanase, yang dijawab Ayase dengan singkat.


Aku tahu bahwa ada sesuatu yang salah disini.


Biasanya, apa pun yang Nanase katakan, Ayase akan meresponnya dengan cukup emosional.  Mungkinkah aku terlalu memikirkannya?


“Karena kalian berdua sepertinya ingin tampil duluan, ayo mainkan batu-gunting-kertas untuk memutuskan urutannya.  Karena itu adalah cara tercepat.”


Atas arahan komite festival, keduanya bermain batu-gunting-kertas.


Dan Ayase menang, jadi dialah yang akan memerankan Juliet duluan.


Nanase, ngomong-ngomong, terlihat sangat kecewa, meskipun dia cuma kalah dalam pertandingan batu-gunting-kertas.


"Ketika kamu sudah siap, silakan mulai berakting dengan tempomu sendiri.”


Anggota komite festival menginstruksikan itu saat Ayase maju ke depan semua teman sekelasnya.


Yang tersisa baginya adalah memulai aktingnya, dan kemudian audisi akan dimulai.


Kroni kelompok Ayase — Takabashi dan Suzuki berteriak, “Semoga berhasil, Saki!”  dan “Kamu bisa melakukannya, Ayase!”


Setelah semua itu mereda, Ayase mulai berakting.


“Ah, Romeo!  Romeo!  Dimana kamu Romeo?”


Disaat aku mendengar dialognya, aku terkejut.


Aku tidak tahu banyak tentang akting, jadi aku tidak bisa menjelaskannya secara spesifik, tetapi tidak peduli bagaimana aku memikirkannya, penampilan Ayase tidak tampak seperti seorang amatir.


Apa yang sedang terjadi disini?


Apakah Ayase juga seorang aktris sama seperti Nanase?


"Dia agak sesuatu, bukan?”


“Ah, dia cukup hebat.”


Teman sekelas di sampingku mulai berbisik tentangnya.


Sepertinya mereka memikirkan hal yang sama sepertiku.


Dan setelah itu, Ayase terus tampil dengan cara yang tidak kau harapkan dari seorang amatir.


"Kalau begitu, aku akan melepas nama Capulet untuk selamanya!"


Dia terus mengatakan dialognya sampai akhir.


Pada saat itu, Ayase sedikit terengah-engah dan keringat bercucuran di dahinya.


“Itu luar biasa, Saki-chan!


“Aku tidak tahu kalau Ayase bisa berakting!”


Setelah pertunjukan selesai, kroni-kroninya terkejut, tetapi juga banyak memuji Ayase.


Selain itu, teman-teman sekelasnya juga memuji Ayase dengan cara yang sama.


“Kerja bagus, Saki.”


"Atsushi, kamu berisik sekali."


Ketika Ayase kembali ke tempat duduknya, dia dan Akutsu bertukar kalimat layaknya pasangan terhadap satu sama lain.


Ayolah, jangan bermesraan di sini, tolong.


"Kamu hebat sekali, Saki!  Aku harus berusaha untuk tidak kehilangan yang ini juga!”


Nanase sangat bersemangat, tetapi dia terlihat seperti tidak sedang berada di bawah tekanan sama sekali.


Mungkin, dia memang tidak tertekan karenanya.


Memang benar akting Ayase bagus, dan dia sedikit membuatku takut.


Tapi dibandingkan dengan Nanase, sejujurnya kupikir dia tidaklah sebagus itu.


Dia tidak mengejutkan.


Ayase mungkin telah belajar bagaimana caranya berakting di beberapa titik. Tetapi, Nanase adalah anggota aktif dari sebuah perusahaan teater dan berakting di panggung sungguhan.


Tidak ada banyak orang yang bisa mengalahkan Nanase dalam hal berakting… Aku ingin tahu apakah dia akan baik-baik saja?  Kau tidak benar-benar kehilangan inti dari apa yang sedang kupikirkan, bukan?


“Lalu selanjutnya adalah Nanase, tolong bersiaplah.”


Saat diperintahkan oleh komite festival, Nanase maju di depan semua teman sekelasnya, seperti yang dilakukan oleh Ayase sebelumnya.


“Apakah Nanase bisa berakting?”


"Bagaimana bisa gadis paling bermasalah di sekolah melakukan itu?"


Dua kroni dari kelompok Ayase mengolok-oloknya tanpa basa-basi.


Mereka tidak tahu siapa Nanase yang sebenarnya, tapi mereka sangat berisik dan riuh.


Saat itulah mataku tiba-tiba bertemu dengan mata Nanase.


Aku mengangkat tinjuku padanya sebagai tanda "Nanase, berjuanglah."


Kemudian Nanase membalas senyumanku dengan senyuman manisnya.


Dan sesaat kemudian, detak jantungku menembus atap.


Apa yang sedang kupikirkan disaat-saat seperti ini?  Tenanglah, wahai diriku.


“Yah, Nanase-san.  Silakan mulai berakting dengan tempomu sendiri.”


Saat komite festival menyuruhnya, Nanase mengangguk kecil.


Kemudian, dia mengambil satu napas dalam-dalam, berhenti sebentar, dan kemudian — dia memulai aktiknya.



“Aah, Romeo!!  Romeo!!  Dimana kamu Romeo?”



Begitu Nanase mengucapkan kalimat itu, suasana di kelas berubah drastis.


Kupikir teman-teman sekelas langsung tertarik pada penampilannya hanya karena dialog pertama yang diucapkannya.


Begitulah bukti dari betapa menariknya penampilan Nanase.


“Beri tahu ayahmu bahwa dia bukanlah ayahmu, dan lepaskan nama keluargamu!!  Atau, jika kamu tidak suka itu, setidaknya bersumpahlah bahwa kamu mencintaiku!!”


Setiap kata darinya bergema di dalam hatiku.


Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya, tetapi aku merasa bahwa penampilannya itu bisa langsung menyentuh hatiku.


"Kalau begitu, aku akan melepas nama Capulet jika memang diharuskan!"


Kemudian, Nanase mengucapkan dialog terakhirnya.


Pertunjukannya sudah selesai, tetapi suasana kelas tetap sepi.


Tidak ada yang berbicara atau pun bergerak.


Seolah-olah penampilan Nanase telah menyebabkan semua teman sekelasnya membeku di bawah mantranya.


"Kamu hebat."


Ayase adalah orang pertama yang berbicara.


Itu tidak terduga.  Aku tidak yakin apakah itu karena dia berpikir bahwa performa Nanase lebih baik daripada performanya sendiri.


“Yah, kurasa aku melakukannya lebih baik daripada Saki.”


“Apa-apaan cara bicaramu itu?  Aku benar-benar kesal mendengarnya.”


Nanase berkata dengan nada provokatif, dan Ayase mengernyitkan alisnya karena marah.


“Aku sangat terkesan dengan aktingnya.”


"Serius, aku sampai tersentuh karenanya."


Teman-teman sekelasku melontarkan kesan mereka satu per satu.


Mungkin itu artinya mereka semua menganggap bahwa akting Nanase lebih baik daripada akting Ayase.


“Kamu cukup hebat bagi seorang Nanase.”


"Ya, dia cukup hebat."


Kroni kelompok Ayase dan antagonis dari Nanase, Takabashi dan Suzuki, juga memiliki ekspresi bersalah di wajah mereka.  Raut wajah mereka sangat lucu hingga aku hampir tertawa.


"Jadi, Nanase san dan Ayase san.  Kita akan mengambil suara mayoritas untuk memutuskan siapa di antara kalian yang paling cocok untuk memerankan Juliet.”


Saat Nanase kembali ke tempat duduknya, anggota komite festival memberitahukan itu pada semua teman sekelas.


Sudah waktunya untuk memutuskan siapa yang akan memerankan Juliet.


“Aku akan memanggil nama-namanya secara berurutan sekarang, jadi semua orang harus mengangkat tangan mereka ketika nama orang yang menurutmu lebih baik dipanggil.”


Setelah anggota komite festival selesai menjelaskan, dia menghentikan pidatonya di sana.


Dia kemudian menyebutkan nama Ayase dan Nanase secara bergantian, dan masing-masing teman sekelas mengangkat tangan mereka ketika nama yang menurut mereka cocok untuk peran Juliet dipanggil.


***


Menurutku, kemampuan akting Nanase jauh lebih unggul daripada Ayase.


Tapi sejujurnya, aku punya firasat bahwa semuanya akan berakhir seperti ini.


Dan kali ini, firasatku itu menjadi kenyataan.



"Sebagai hasil dari suara mayoritas, peran Juliet diputuskan akan diperankan oleh Ayase Saki."