Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pria Yang Menolak Diasuh Oleh Kakak Yang Cantik [Vol 1 Chapter 2.1]

A Man Who Doesn't Want To Be Fed By A Beautiful Onee-san Bahasa Indonesia




Chapter 2.1: Onee-san Berakhir Menjagaku


"..."

"Kamarnya ada di lantai paling atas."

Ketika kami sampai di apartemen miliknya, aku terdiam, di depanku ada bangunan dengan tinggi lebih dari 30 lantai.  Itu adalah gedung tertinggi di daerah ini, ini adalah tempat di mana para orang kaya tinggal, dan tinggal di lantai paling atas… siapa onee-san ini?  Hanya dengan melihat ke atas saja sudah membuat leherku sakit.

"Eita-kun, ayo."

"Ah.  Ya…"

Sepertinya dia memanggilku dengan nama depanku.  Kenapa kau bisa tahu namaku?  Kami tidak bertemu di tempat lain selain di tempat kerjaku, dan aku juga tidak memakai tanda nama yang bertuliskan namaku ... Aku mendekati pintu sambil memikirkan hal itu, dan dia membukanya menggunakan kartu kunci.  Saat kami masuk terdapat pintu baru lainnya, dan aku membukanya dengan cara yang sama ... Ini pintu ganda, sepertinya mereka memperhatikan persoalan keamanan dengan serius.  Begitu masuk, aku tidak sengaja mengeluarkan suaraku.

"Uwaa..."

Tempat inj diperluas layaknya lobi hotel, dan di pintu masuknya ada beberapa sofa yang sepertinya cukup mahal, mereka bahkan memberikan minuman gratis, ketika aku menoleh untuk melihat papan arah, aku dapat melihat bahwa mereka memiliki ruang teater, ruang observasi, dan  bahkan kamar tamu.  Apakah orang berjas yang tampak seperti resepsionis itu adalah manajernya?

"Selamat datang kembali."

"Ya."

Onee-san membalas sapaannya sambil melambaikan tangannya dengan tersenyum, aku memiringkan kepalaku sedikit saat dia membaca plakatnya yang bertuliskan "Janitor"

"Departemen dengan pramutamu..."

"Nn?  Ada apa?"

Onee-san, yang terkejut, menatapku, dan jarak antara kami menjadi sangat tipis, dan tanpa pikir panjang aku langsung membuang muka.

"Tidak ... Aku hanya berpikir bahwa kau tinggal di suatu apartemen yang menakjubkan."

"Aku pindah kesini sekitar setengah tahun yang lalu, sebelumnya aku tinggal di apartemen biasa, tetapi aku mengalami sesuatu yang mengerikan pada suatu malam di jalanan, jadi kupikir akan lebih baik untuk tinggal di tempat dimana keamanannya jauh lebih baik."

"Begitu rupanya ... keamanan di sekitar sini memang tidak terlalu bagus..."

Sebelumnya, ketika aku masih menjadi anak baru, ada kejadian dimana aku menyelamatkan seorang gadis dari penguntit ketika dia pulang dari tempat kerjanya.  Yah meskipun dia bilang akulah yang menyelamatkannya dari penguntit itu, tapi sebenarnya yang kulakukan hanyalah berteriak dan penguntitnya langsung kabur. Setelah itu, aku memberi tahu polisi, tapi sepertinya mereka tidak bisa melakukan sesuatu yang berarti.  Mengesampingkan apakah keamanannya buruk atau bagus, tetap bukan hal yang buruk bagi seorang wanita yang tinggal sendirian untuk mengkhawatirkan sistem keamanan yang bagus ... tapi tetap saja, kupikir departemen ini terlalu berlebihan.  Aku tidak bisa memikirkan adanya orang normal yang tinggal di sini, yang membuatku semakin bertanya-tanya, siapa dia sebenarnya?

"Sini."

"Iya."

Aku naik lift seperti yang dia arahkan, dan dalam sekejap kami berada di lantai paling atas.

"Ini kamarku."

Setelah menggeser kartu kunci di depan pintu, itu mengeluarkan suara elektronik kecil yang mengumumkan bahwa dia telah membuka kuncinya, dan ketika aku memasuki ruangan yang ada di depanku, pemandangan yang luar biasa muncul.

"Huh?"

Dari aula masuk hingga ke tempat dimana aku bisa melihat ruang tamu, semuanya berantakan.  Pakaian dan kantong sampah berserakan hingga tidak ada tempat untuk kuinjak. Kantong sampah itu adalah plastik yang berasal dari tempat kerja paruh waktuku dan isinya penuh dengan kotak makan siang. Aku tidak bisa mengatakan bahwa itu adalah lingkungan di mana seseorang bisa hidup.  Ya… sepertinya seorang pencuri baru saja masuk ke dalam sini.

"Betapa berantakannya."

Tanpa pikir panjang, aku langsung mengatakan itu saat melihat pemandangan yang menyedihkan ini.  Sebanyak apa pun pencuri yang masuk, seharusnya mereka tidak perlu memberantakan barang sebanyak ini, bukan?  Tidak, ini bukan waktunya untuk diam dan mengagumi pemandangan ini, pertama-tama, kau harus memanggil polisi.

"Aaaaaaaaaaaaaa!!"

Saat aku memikirkan hal itu, onee-san memegangi kepalanya dan mulai berteriak.

"Eita-kun, maafkan aku!  Aku akan langsung membersihkannya, tunggu sebentar!"

"M-Membersihkan?"

"Iya! Biasanya seseorang aoan datang untuk membantuku membersihkannya seminggu sekali!  Haaa!"

Dia berdiri di depanku dan mulai menggerakkan tangannya yang mencoba untuk menyembunyikan ruangan ini dari pandanganku.

"Ini..."

Jadi… bukan pencuri yang memberantakkan semuanya, melainkan onee-san?

"Dia seharusnya datang hari ini, jadi kenapa dia datang?!"

Dia dengan putus asa mulai mengumpulkan sampahjya sambil menangis, dan ketima aku menoleh ke kotak sepatu di pintu masuk, aku bisa melihat ada sesuatu yang tertinggal.

[Maaf, meskipun ini adalah pekerjaanku, tetapi mustahil bagiku untuk membersihkan kamar ini.]

"Onee-san..."

"Ya?"

Aku menunjukkan padanya catatan yang tampaknya telah ditinggalkan untuknya, dan dia hanya bisa membuat ekspresi yang putus asa.

"Mengapa jadi begini!?  Ini adalah yang ketiga kalinya tahun ini..."

Dia tersungkur ke tanah saat dia mengatakan bahwa ... ini adalah ... yang ketiga kalinya ... Ah, jadi onee-san adalah tipe wanita yang tidak bisa bersih-bersih, jadi dia mempekerjakan seseorang untuk membantunya, tetapi karena kamarnya sangat sulit untuk dibersihkan, mereka pun lebih memilih untuk kabur?  Aku melihat ke sekeliling lagi... dan yah, ini memang sesuatu yang membuatmu merasa ingin kabur.

"..."

Apakah dia terkejut melihat kamarnya yang seperti ini?  Atau apakah dia merasa khawatir karena dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan mulai besok karena orang yang membantunya telah kabuf?  Yah, mungkin keduanya. Dia terus meratap sambil memegangi kepalanya… sepertinya dia sudah tidak bisa diobati lagi.

"Onee-san, aku akan membantumu, mari kita bersihkan ini bersama-sama."

"Benarkah?"

Dia memiliki ekspresi di antara menangis dan terkejut.

"Sebenarnya, aku pandai dalam hal ini."

Setelah mengatakan itu, aku mulai membersihkan apartemennya.

***

Cukup sulit untuk membersihkan apartemen onee-san.  Kamarnya benar-benar penuh dengan kantong sampah yang bahkan sampai keluar ke aula. Dia juga melempar semua pakaian begitu saja setelah melepasnya. Pada awalnya, kami memisahkannya sambil mendengarkan keluhan onee-chan yang begitu putus asa, tapi... Kenapa dia kenapa dia jadi begitu?  Itu tampak seperti onee-san tiba-tiba berhenti berpikir ketika ia berada di depan sampah.  Sensasi dari matanya mulai menghilang sedikit demi sedikit, dan ketika dia tampak mulai bergerak layaknya robot berkarat, dia akhirnya berhenti total, seolah-olah dia telah berubah menjadi objek lain.  Dia benar-benar hanya menjadi penghalang, jadi aku menyuruhnya duduk sofa dan melanjutkan bersih-bersihnya sendirian.

Ketika aku telah selesai mengumpulkan semua sampah, sekarang saatnya bagiku untuk membersihkan lantai dan dapurnya.  Lantainya cukup kotor, tetapi karena fakta bahwa mereka sering datang untuk membersihkan pada waktu yang telah ditentukan, jadi tidak peduli berapa banyak sampag yang menumpuk, itu menjadi langsung bersih dalam waktu singkat.  Aku melanjutkannya seperti ini dari mulai ruang tamu, dapur, hingga bak mandi.

Sudah 1 jam aku melakukan bersih-bersih sendirian.

Ketika aku selesai membersihkan bak mandi, waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 1 pagi.

"Sepertinya cukup sampai disini saja..."

Aku menghela nafas lega ketika aku melihat sekeliling ruangan yang sudah bersih.  Sebenarnya, aku ingin menyedot debu di pagar dan jendela dan melakukan sesuatu pada cucian yang telah menumpuk. Tetapi, melakukan sesuatu seperti itu saat larut malam akan mengganggu tetangga.  Jadi aku berpikir untuk meninggalkannya untuk hari ini, karena akan cukup bagiku untuk melakukannya besok.  Karena aku tinggal sendirian, aku pun mendapatkan skill pekerjaan rumah tangga secara alami… tetapi aku tidak pernah menyangka bahwa skill itu akan berguna hari ini.

"Onee-san, aku sudah selesai."

"Nn..."

Apakah sangat melelahkan baginya untuk menungguku selesai bersih-bersih?  Dia sampai tertidur di atas sofa.

"Ekspresinya tidurnya sangat cantik..."

Aku berdiri di sisinya dan menatap wajahnya, dimana tanpa sadar aku mengatakan itu. Kontur wajahnya mempesona dan terdefinisi dengan baik. Garis dan bulu matanya panjang. Kulit putihnya tampak transparan, hingga aku tidak mampu menemukan kekurangan sedikit pun darinya.  Karena melihatnya dengan begitu dekat, aku sekali lagi bisa memuji tentang betapa cantiknya dia di mataku. Dan ketika aku menatapnya sangat dekat dalam beberapa detik....

"Haaaa...!!"

Dia melompat di saat yang sama ketika dia membuka matanya.

"Maaf!  Aku tertidur… bukan?"

Dia berbalik untuk melihat sekeliling dengan mata lebar.

"Ruangannya bersih ... ini ... Eita-kun, apa kamu yang melakukannya sendirian?"

"Ya, meskipun aku butuh waktu untuk menyelesaikannya."

"Kamu luar biasa Eita-kun!"

Dia menatap sekeliling ruangan seolah-olah dia meragukan matanya, dan berbicara dengan semangat.

"Aku hanya membersihkan sedikit, jadi jangan terlalu takjub begitu."

"Um!  Itu karena sangat mengejutkan bahwa kamu bisa membersihkan ruangan ini sendirian!'

Dia memujiku dengan ekspresi cerah ... Dan karena dipuji seperti itu, aku pun merasa agak geli.

"Aku sudah lama tinggal sendirian, jadi aku sangat baik dalam pekerjaan rumah tangga, karena itulah teman-temanku mengatakan padaku bahku "kau terlihat seperti ibu rumah tangga!""

"I-Ibu rumah tangga?"

Dan ketika aku mengatakan itu, matanya bersinar dengan intensitas tertentu saat dia menatapku.  Alih-alih menyebutnya bersinar, itu tampak seolah-olah itu mengandung api antisipasi ... apakah itu hanya imajinasiku, huh?

"Kenapa?"

"Um... Bukan apa-apa... Ah!  Itu benar!"

Setelah mengatakan itu, dia berdiri seolah-olah dia baru mengingat sesuatu dan mulai mencari sesuatu di belakang lemari.  'Apa yang sedang dia lakukan?'  Ketika aku sedang memikirkannya, dia sudah kembali dengan sesuatu di tangannya.

"Aku harus berterima kasih padamu karena membuat ruangan ini menjadi sangat bersih."

"Tidak, kau tidak perlu melakukan itu."

Aku meragukan mataku ketika melihat apa yang dia berikan kepadaku.

"Ini hanya hadiah kecil, tapi terimalah."

"Untukku? Benarkah? Heee?!"

Apa yang kupegang di tanganku adalah banyak Fukuzawa Yukichi hingga aku tidak bisa mengartikulasikan kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi.
[TL: Mungkin itu nama tokoh yang ada pada uang kertas Jepang.]

"Ehhhh...! Apa ini?!"

Aku mendongak dengan tangan gemetar karena banyaknya jumlah uang di tanganku. Dan ketika aku sedang gemetar, aku bisa melihat onee-san yang tersenyum lebar.

"Itu hadiah karena telah melakukan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh orang yang membantuku….  Jadi… terima, oke?"

Mengapa kau mengatakannya seolah-olah ini jumlah yang wajar?! Hei, bahkan jika kau mengatakan itu, tapi semua uang ini totalnya 1.000.000, bukan?! Yang artinya, jika aku memghasilkan 1.000 yen per jam…  maka ini adalah jumlah yang sama yang kuhasilkan jika aku bekerja sebanyak 5 jam sehari selama 200 hari, dan aku hanya mendapatkannya dalam waktu 1 setengah jam!?…  Apakah ini nyata?!

"Tidak, maaf. Aku tidak bisa menerimanya."

Terlalu berat bagiku untuk memegang uang yang begitu banyak, jadi aku mengembalikannya kepadanya.

"Bukankah hal yang wajar jika seseorang yang telah melakukan pekerjaan yang bagus akan dibayar? Selain itu, aku sama sekali tidak menyangka bahwa Eita-kun akan membantu membersihkan kamarku ... Kamu tidak perlu menahan diri, terima saja!"

"Tidak, tidak, tidak, jumlahnya terlalu banyak!"

"Jangan bilang begitu. Itu adalah bukti dari perasaanku yang sebenarnya!"

Itu aneh bahwa perasaanmu yang sebenarnya adalah 1.000.000 per jam!  Apa-apaan percakapan ini?

"Kau telah mengizinkanku untuk menginap, jadi sudah sewajarnya bagiku untuk membantumu setidaknya dalam hal bersih-bersih. Jadi, aku tidak bisa menerima uangmu."

Meskipun aku hanya mengatakan bahwa aku ingin mengembalikan uangnya kepadanya, tetapi dia membalasnya sambil memelukku.

"Kamu tidak ingin dibayar setelah semua ini kerja kerasmu!?  Betapa baiknya dirimu!  Bagaimana cara mereka membesarkanmu hingga kamu menjadi anak yang baik seperti ini!?  Bagaimana aku harus menyebutnya? Ah, itu! Apa kamu malaikat?!"

Dia berteriak terlalu keras padahak ini sudah larut malam. Jika memungkinkan, kuharap setidaknya suaranya tidak mengganggu para tetangga.

"Aku mengerti ... tetapi jika kamu membutuhkannya, kamu dapat memintanya kepadaku kapan pun kamu mau, oke?"

Onee-san dengan sedih menyimpan kembali uang itu, meskipun aku tidak berpikir bahwa itu adalah hal yang menyedihkan… tapi, yah, mari kita biarkan saja untuk saat ini.