Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pria Yang Menolak Diasuh Oleh Kakak Yang Cantik [Vol 1 Chapter 3.2]

A Man Who Doesn't Want To Be Fed By A Beautiful Onee-san Bahasa Indonesia


Chapter 3.2: Onee-san Yang Menanggalkan Pakaiannya


Setelah mengatakan itu, aku melanjutkan bersih-bersihku yang sebagian besarnya telah kulakukan semalam, dimana yang harus kulakukan hanyalah membuang sampah yang telah dikumpulkan dan mencuci pakaian, selain menyedot debu di seluruh ruangan.

Karena sekarang sudah bersih, aku jadi bisa melihat seberapa luas dan berapa banyak hal yang ada disini.

Disini ada sebuah ruangan dengan bar yang mengarah ke dapur, yang memiliki ruang sekitar 15 tatami, selain fakta bahwa masing-masing dari 3 kamar yang ada disini juga memiliki ruang sekitar 8 tatami. Kupikir tempat ini terlalu besar bagi seorang wanita yang tinggal sendirian. Onee-san mengatakan bahwa dia tidak perlu membayar sewa untuk tempat ini, jadi tampaknya tempat ini sudah menjadi miliknya. Yah, aku dapat melihat bahwa dia cukup kaya ...  tapi, siapa dia yang sebenarnya?  Hal ini menarik perhatianku, tetapi akan terlalu tidak sopan bagiku untuk mengorek privasi seorang wanita.  Dan selagi aku memikirkan itu, mesin cuci telah memberi sinyal bahwa tugasnya sudah selesai.

"Sekarang, kita hanya perlu menunggunya kering".

Dan ketika aku mengeluarkan barang-barang yang kucuci….

"I-Ini………!!"

Tanpa kusadari, tanganku membeku. Yang kupegang ini adalah pakaian dalam milik Onee-san.  Tidak, tunggu, aku memang sedang mencuci pakaiannya jadi sudah jelas bahwa benda ini termasuk di dalamnya. Tapi, yang benar-benar mengejutkanku adalah desainnya!

"Ini terlalu tipis!"

Bahannya sangat tipis, itu adalah pakaian dalam berwarna merah yang seksi.  Itu seperti pakaian dalam yang wanita yang dipakai di klub malam.

"Ya, mari kita anggap bahwa aku tidak melihat apa-apa."

Tidak ada cara lain selain menyentuhnya, jadi aky mengambil semuanya dari mesin cuci dan pergi ke balkon. Karena kami berada di lantai atas sebuah bangunan besar, jadi tentu saja pemandangannya menakjubkan.  Sungai yang membelah kota menjadi dua bersinar di bawah terik matahari. Kau juga bisa melihat pusat perbelanjaan dan department store yang terletak di sebelah stasiun.  Di seberang sungai itu, kau bisa melihat sebuah bukit kecil, dimana daerah itu juga telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir dan daerah pemukiman yang tenang, yang penuh dengan vegetasi mulai menyebar.  Aku tergerak saat melihat pemandangan seluruh kota.  Karena pemandangan ini, aku jadi bisa mendapatkan kembali ketenanganku dan menggantung pakaian dalam itu sampai kering.

"Ah, itu benar. Eita-kun……!?"

Dan onee-san tiba-tiba muncul di saat yang paling buruk, yaitu tepat disaat aku hendak menjemur pakaian dalamnya. Aku membeku dan tidak bisa berkata-kata.  Dan wajahnya langsung berubah menjadi sangat merah.

"Maaf, aku bahkan sampai membiarkanmu mencuci pakaian dalamku."

Tetapi di saat yang berikutnya, dia kembali ke ekspresi tenangnya.

"Kau tahu, seorang karyawan di toko yang selalu kukunjungi lah yang merekomendasikan pakaian itu kepadaku."

"Ah, aku mengerti."

"Eita-kun, apa kamu tidak menyukai pakaian dalam seperti itu?"

"Yang seperti ini..."

Apa yang harus kulakukan?  Bahkan jika dia menanyakan itu padaku dengan senyuman itu, aku tidak tahu harus menjawab apa, atau lebih tepatnya, apa arti di balik senyumannya itu?

"A-Aku tidak menyukainya."

Aku tidak tahu harus menjawab apa, jadi aku menghindari mengatakan sesuatu yang langsung seperti suka atau benci, tidak mungkin bahwa aku akan mengatakan bahwa aku menyukainya.

"Aku mengerti, syukurlah."

Sama seperti saat aku melihatnya tadi, dia sepertinya tidak mempedulikannya.  Dan melihatnya yang seperti ini … itu jelas membuatku berpikir bahwa dia berbeda dari onee-san yang kemarin.  Dia terlalu memaksaku untuk memutuskannya kemarin dimana aku harus tinggal disini bersamanya, yang mana hal itu membuatnya menjadi penuh energi dan terlihat sangat polos. Tapi mungkin, inilah sifat asli onee-san yang sebenarnya.

Wanita dewasa yang pendiam.  Jika itu masalahnya, maka aku bisa tinggal dengan tenang bersamanya. Tapi mengesampingkan hal itu, agak memalukan bagiku untuk membicarakan soal pakaian dalam.

"Ngomong-ngomong Onee-san, bukankah kau ingin mengatakan sesuatu?"

Aku memintanya ubtuk mengubah topik pembicaraannya sambil terus menggantung pakaian.

"Ah, itu benar."

Dan saat onee-san mengatakan itu, dia menyilangkan tangannya di depan dadanya seolah-olah dia baru mengingat sesuatu.

"Eita-kun, apa kamu punya rencana untuk hari ini?"

"Tidak. Tidak sama sekali."

"Maukah kamu pergi bersamaku untuk membeli apa pun yang kamu butuhkan untuk keperluan sehari-harimu setelah kamu selesai menjemur?"

"Tidak, tapi ... Aku benar-benar tidak punya banyak..."

"Jangan khawatir, onee-san yang akan membelikannya untukmu."

Mengapa kau mengatakannya seolah-olah hal itu sudah jelas?

"Aku tidak bisa membiarkanmu melakukan itu. Kau bahkan sudah membiarkanku tinggal disini secara gratis."

"Kamu tidak perlu malu-malu."

Apa yang harus kulakukan?  Meskipun aku sebenarnya senang dengan niatnya itu.

"Jadi ... bagaimana menurutmu jika kita melakukan ini?"

Dia mulai berbicara seolah-olah seluruh situasi ini berada di bawah kendalinya.

"Karena Eita-kun telah membantuku berurusan dengan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, jadi sekarang aku tidak perlu mempekerjakan siapa pun lagi untuk membantuku, bukan?  Jadi, bagaimana menurutmu jika aku membayarmu sebesar apa yang kubayarkan saat mempekerjakan orang lain?"

"Tidak, aku tinggal disini dengan bayaran dimana aku harus melakukan pekerjaan rumah, jadi diberikan lebih banyak uang itu..."

Aku mencoba mengatakan sesuatu, tapi tetap saja, Onee-san langsung menuju ke lemari tanpa mendengarkanku, dan setelah mencari sesuatu di dalamnya, dia kembali lagi ke hadapanku.

"Ini untuk hari ini."

Sama seperti kemarin, dia mengulurkan segepok Yukichi.

"Tidak ... bisakah kau berhenti mencoba menyelesaikan segalanya dengan uang?"

"Tapi aku tidak punya apa pun selain uang?"

Yah, kupikir jawabannya cukup mengejutkan ...

"Selain itu, apakah kau harus menghabiskan begitu banyak hanya untuk orang yang membantumu?"

"Ya, tapi ... Eita-kun telah membantuku dalam pekerjaan rumah yang benar-benar tak ternilai harganya."

Dia mungkin sedang membicarakan tentang sesuatu selain uang, tetapi aku benar-benar berharap bahwa dia akan membiarkannya tanpa membayar apa pun.  Lagipula, mengapa dia bisa memiliki begitu banyak uang di lemarinya?  Jika pencuri benar-benar masuk kesini, pasti tidak akan ada yang tersisa untuknya. Dia membuatku khawatir.

"Pokoknya, aku tidak akan menerima uang itu."

"Apakah kamu sungguh akan baik-baik saja?"

"Iya."

Aku jelas menolaknya, tapi onee-san memasang ekspresi seolah-olah dia berada dalam masalah.

"Tapi Eita-kun, seorang asisten rumah tangga biasanya berpenghasilan sekitar 3.000.000 per tahun, dan bahkan jika kamu tidak mau dibayar, setidaknya biarkan aku untuk membelikanmu sesuatu yang kamu butuhkan."

Pada tingkat ini, itu bukan lagi 3.000.000 per tahun, tapi sehari!  Karena kemarin onee-san mencoba membayarku sebesar 1.000.000 hanya dalam waktu satu jam! Itu terlalu menakutkan.

Terlepas dari itu semua, memang benar bahwa ada banyak hal yang telah kuhilangkan agar bisa berada di sini.  Aku juga tidak memiliki pakaian sehari-hari dimana itu bukanlah sesuatu yang bisa kubeli dengan apa yang kumiliki saat ini. Tetapi memang benar bahwa aku ingin meninggalkan sesuatu untuk berjaga-jaga… bahkan mungkin akan baik untuk mengatakan bahwa aku akan membayarnya kembali kepadanya nanti.

"Aku mengerti. Kalau begitu, kita hanya akan membeli kebutuhan minimum yang diperlukan saja, bukan?  Sebagai imbalannya, tolong izinkan aku membantumu dengan tulus terhadap hal-hal yang ada di rumah. Jika kay membutuhkanku untuk melakukan sesuatu yang lain, kau dapat memintanya kepadaku tanpa ragu."

"A-Apa yang kamu katakan?!"

Untuk sesaat, ekspresi onee-san pecah, dan matanya berbinar gembira.

"Baiklah! Kalau begitu, akuakan bersiap-siap dan menunggumu nanti!"

Dia berputar dengan lompatan dan berjalan dengan anggun kembali ke kamarnya.  Setelah melihatnya pergi, aku terus menggantung pakaian dalam yang mewah ini.

***

Ketika aku baru saja menyelesaikan pekerjaan rumah dan kembali ke ruang tamu, aku menemukan Onee-san yang sedang menungguku di sofa.

"Terima kasih telah menungguku."

"Kerja bagus, terima kasih banyak Eita-kun."

Sepertinya dia sedang menungguku sambil minum teh.  Aku duduk di sebelahnya dan dia memberiku sebuah cangkir.

"Ayo kita pergi setelah kamu selesai beristirahat."

"Terima kasih banyak."

Aku memasukkan teh ke dalam mulutku setelah berterima kasih padanya.  Ya, teh setelah selesai bekerja terasa cukup menenangkan dan nikmat… aku menikmati tehnya sambil memikirkannya.

"Kau tahu, Eita-kun? Aku benar-benar tidak tahu berapa banyak yang perlu kita beli hari ini, jadi aku akan menyiapkan uang ini untuk nanti.  Jika masih kurang... Sepertinya itu akan menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan, bukan?

"Pffff."

Melihat uang yang dia keluarkan, aku tidak sengaja menyemburkan tehku.  Ada lima bundel besar uang kertas disana.

"Apa kau sedang berencana untuk pergi membeli mobil?"

"Tidak. Aku hanya ingin membeli hal-hal yang kamu butuhkan untuk kehidupan sehari-harimu."

Hal-hal apa yang kubutuhkan hingga harus mengeluarkan dana sebesar 5.000.000?  Sebaliknya, selera macam apa yang onee-san miliki ini?

"Ini ... bolehkah aku menanyakan sesuatu?"

"Tentu! Apa yang akan kamu tanyakan kepadaku?"

"Onee-san… sepertinya kau cukup kaya… pekerjaan apa yang kau lakukan?"

Karena dia memiliki seikat uang sebesar balok… jadi, tampaknua itu pasti bukan pekerjaan biasa.

"Itu..."

Dan ketika aku menanyakan itu, tatapan onee-san berkeliaran ke sekitar ruangan, dia sepertinya tidak ingin mengatakannya.

"Jika aku harus mengatakannya dalam satu kata ... Maka itu adalah pekerjaan di mana aku menjual diriku..."

Huh… menjual dirinya!?  Setelah dia mengatakannya, aku mencoba untuk menghubungkan semua hal yang kualami sebelum-sebelumbya.  Pose aneh yang dia lakukan ketika aku melihatnya di kamar mandi.  Pakaian dalam yang kulihat ketika aku sedang mencuci yang memiliki pita. Dan di atas semua itu, dia mengatakan padaku bahwa dia menjual dirinya?!  Maksudku ... pekerjaan Onee-san sebenarnya di klub malam!?  Aku tidak benar-benar memahaminya karena aku masih di bawah umur, tetapi aku telah mendengar bahwa tergantung pada popularitasnya, ada banyak hal yang dapat kau peroleh disana.  Jika itu masalahnya, maka aku akhirnya mengerti mengapa onee-san ini, anehnya kaya.  Bahkan fakta bahwa dia buruk dalam pekerjaan rumahnya dan bahwa apartemennya berantakan, mungkin itu karena ia memiliki gaya hidup yang tidak teratur.  Aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutan yang kuterima dari mendengar itu dari onee-san yang kukagumi.

"Ini ... Aku bukan orang yang pantas mengatakannya karena aku tidak tahu mengenai situasimu, tapi kupikir ... kau seharusnya lebih menghargai dirimu sendiri."

"Benarkah?"

Tanpa sadar, aku malah mengatakan itu.

"Ada banyak jenis pekerjaan di dunia ini, kupikir kau bisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik daripada itu."

Onee-san menatapku dengan heran.

"Begitu ... sepertinya kamu mengerti apa pekerjaanku, yah."

Suaranya yang kecil terdengar samar.

"Aku senang karena kamu mengkhawatirkanku, tetapi aku tidak tahu pekerjaan lain selain pekerjaan itu."

"Tapi... bukankah pekerjaan itu menyakitkan?"

"Memang benar, mungkin seperti itu, ketika aku bertemu Eita-kun, segalanya tidak berjalan dengan baik ... Aku berpikir untuk berhenti ... tetapi melihat bahwa kamu yang berusaha sangat keras dalam pekerjaan paruh waktumu, Onee-san ini juga ingin berusaha, dan setelah melakukan itu, pekerjaanku jadi mulai berjalan dengan baik. Hingga akhirnya aku menyadari bahwa aku telah menghasilkan begitu banyak uang hingga aku sendiri tidak dapat menghabiskan semuanya, jadi anggap saja uang onee-san adalah uangmu juga."

"Tidak, tidak, kupikir bukan itu masalahnya."

Aku benar-benar merasa senang karena telah menjadi kekuatan untuk seseorang yang tidak kukenal.  Tapi, aku tidak bisa menerima bahwa "milikku adalah milikmu dan milikmu adalah milikku"

"Selain itu, kupikir pekerjaan ini worth it."

Saat dia mengatakan itu, tidak ada keraguan dalam tatapannya.  Aku merasakan tekad yang kuat yang tidak akan membuatnya menyerah, tidak peduli apa yang kukatakan padanya.

"Jadi begitu…"

Aku merasa menyesal karena telah mengatakan hal-hal yang tidak perlu.  Aku tidak punya hak untuk memberitahunya bagaimana dia harus hidup karena kita bahkan belum banyak bicara, dan juga cara hidup seharusnya ditentukan oleh diri mereka sendiri, jadi itu bukanlah sesuatu yang diputuskan oleh orang lain.  Tapi bagaimanapun juga, ada beberapa perasaan yang tersisa di hatiku yang tidak bisa kuungkapkan dengan kata-kata.

"Maaf karena membuatmu khawatir."

Dia menunjukkan senyuman padaku seolah ia bis membaca suasanya.

"Haruskah kita pergi berbelanja?"

Dan begitulah cara kami memutuskan untuk meninggalkan apartemen.


[Buku Harian Onee-san]


Haaaa!!  Moo!  Apa yang telah kulakukan?!!!

Dia melihatku dengan pakaian dalamku, dia juga melihat pakaian dalam yang kubeli sambil membayangkan tentang pakaian dalam seperti apa yang dia suka! Aku sangat malu hingga merasa ingin mati!!  Aku tidak peduli jika dia melihatku, aku bahkan bisa mengatakan bahwa aku memang ingin dia untuk melihatku. Tetapi, mengapa dia harus melihatku ketika aku sedang tidak berolahraga untuk waktu yang lama ... jika aku tahu kalau hal ini akan terjadi, maka aku seharusnya terus menghadiri Gym….  Kgggh!

Bukankah aku sudah menghancurkan ilusi Eita-kun tentangku?  Aku berusaha keras untuk terlihat seperti onee-san yang keren, tapi bukankah dia jadi berpikir bahwa aku adalah orang yang aneh?  Meskipun aku ingin menjadi onee-san di depan Eita-kun, tapi aku merasa gagal. Aku harus jadi lebih tenang dan membimbing Eita-kun dengan baik!

Aku akan melakukan yang terbaik agar Eita-kun bisa mempercayaiku!