Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tidak Ada Yang Percaya Padaku [Chapter 16]

No One Believed Me. If You Say You Believe Me Now, It’s Too Late Bahasa Indonesia




Chapter 16: Teman


Saat jam istirahat makan siang, aku memikirkan tentang apa saja yang kubutuhkan sambil makan siang bersama Shinozuka dan menuliskannya dalam catatanku.


Kemudian, seperti biasanya, aku membaca buku dan momen hening berlalu di antara kami.


Aku merasa seperti berada di food court yang sepi.


Padahal ini di sekolah.


Membaca buku membuatku tenang.


Karena buku selalu bersamaku.


Hari ini, waktu terasa berjalan lebih lambat dari biasanya.


Guru telah selesai menjelaskan tentang field trip untuk minggu depan, dan sesi HR pun berakhir.


Destiny Land …… Ketika aku melakukan field trip waktu SMP, aku akan menghabiskan seluruh waktuku untuk membaca buku di bangku taman.


“Nya…… Shinjo, apa yang sedang kau gumamkan?  HR-nya sudah berakhir.  Ayo pergi sebelum terlambat!”


Pada pagi hari, aku merasa malu dan kesal dengan apa yang kukatakan, tetapi aku merasa baik-baik saja sekarang.


Pikiranku sudah tenang.  Shinozuka dan aku bahkan bukan teman.  Tidak mungkin bagi kami untuk menjadi pasangan.  Perasaan romantisku ...... Telah hilang ketika aku SMP.


Kita hanya rekan menulis.


Jadi ini tidaklah apa-apa.  ...... Tiba-tiba, aku merasakan sakit yang lembut dan tumpul jauh di dalam dadaku.  Aku mengabaikannya dan membalas Shinozuka.


"Oh, ayo kita pergi sebelum terlambat."


Aku berdiri dari tempat dudukku dan melihat sekeliling kelas.


Ada suasana aneh di kelasku sepanjang hari ini.


Aku bisa melihat Saito-san yabg meninggalkan kelas dengan tergesa-gesa setelah dia selesai bersiap untuk pulang.


Adik tiriku dan Miyazaki-san memanggil Saito-san dari depan pintu masuk kelas.


Mengapa gadis-gadis itu menjadi begitu?  ...... Yah, itu bukan urusanku.


Hanya adik tiriku yang menjulurkan kepalanya dari ambang pintu, dan dia berjuang untuk mengatakan sesuatu.


Tapi adik tiriku, yang tampak seperti diliputi emosi, melambai padaku lalu menghilang.


Apa-apaan itu?


Aku tidak peduli dan memutuskan untuk meninggalkan kelas bersama Shinozuka.


***


Pusat perbelanjaan di depan stasiun sangat bersih dan besar.


Kau dapat menemukan hampir semua jenis furnitur dan serba-serbi yang ada.  Namun, ada banyak orang di sini, jadi kita harus berhati-hati agar tidak bertemu dengan siapapun yang kita kenal.


Itu karena tidak suka ...... Hal yang runit.  Dan aku juga tidak mengenal banyak orang, jadi ini akan baik-baik saja.


Dalam perjalanan, Shinozuka dan aku terus membicarakan tentang novel kami.


"Aku sedang menulis novel baru, tetapi aku belum mempostingnya."


"Apakah kau akan menulis romance yang lain?  Bagaimana dengan rofan sebagai perubahan? ”

[TL: Romance Fantasy.)


“Tidak, aku tidak pandai menciptakan dunia fantasi.  Maksudku, sulit untuk menulis sesuatu yang tidak ada dalam kenyataan.”


"…..Begitukah cara kerjanya?”


Itu memang benar, bahkan jika aku diminta untuk menulis novel romance, aku tidak akan dapat membuat plotnya.  Yah, kupikir aku masih bisa untuk menulis genre mystery atau drama.


Shinozuka menggaruk kepalanya dan memberitahuku.


Rambutnya sangat indah, tapi ...... Rambut bodohnya muncul.


" Yah, begitulah.  Aky sedang mengerjakan ...... Buku, tetapi karena berbagai alasan, aku hanya bisa menerbitkan satu volume.  Aku akan kembali ke awal dan menulisnya.”


Aku membaca versi buku dari karya Shinozuka.


Aku tidak tahu bagaimana aku harus menggambarkannya, tetapi itu mengguncangku secara emosional.


Ada sesuatu yang terlintas di pikiranku.


"Aku suka bagian itu."


"Ya, aku mengerti.  Terima kasih……."


Kami tidak tersanjung dengan pekerjaan kami.  Kami mengatakan apa yang salah ketika memang ada yang salah.  Shinozuka mengerti bahwa aku sangat menyukai pekerjaanku.

[TL: Saling mengoreksi.]


Itu sebabnya aku menanggapinya dengan berterus terang.


Ketika aku berjalan melewati pusat perbelanjaan, aku tiba di tempat yang kucari.


“Oh, ada MUZU.  Bisakah kita mendapatkan semuanya di sini? ”


"Ya, setidaknya ini akan mudah."


MUZU adalah salah satu toko barang umum terbesar di negara ini.


Kau dapat menemukan banyak hal dengan harga yang pas di sini.


Shinozuka dan aku meringkuk bersama dan melihat catatan yang telah kami tulis.


Aku bisa mencium aroma lembut dan memikat dari Shinozuka.


...... Akan terkesan tidak sopan jika aku terlalu dekat dengannya.


Kami saling berpandangan dan mengangguk.


Shinozuka mengambil keranjang belanjaan dari toko dan mulai bersemangat.


"Oh!  Ayo kita belanja!  Uwa, ini sangat besar, aku tidak tahu harus ke mana dulu!”


“Pomeko, kau …….”


"Oh, diamlah!  Pertama-tama--"


Dan dimulailah kesenangan belanja kami.


***


"Seperti apa kehidupan di dunia lain?  Maksudku, jika kau memasukkan sandwich ke dalam cerita, itu akan terbakar, bukan?  Wow, novel dunia lain.”


"Aku punya pedang, nasi, dan lainnya.  ...... Mungkin saja ada polisi di masing-masing dari mereka. ”

[TL: Saya tidak mengerti maksud dari dua dialog di atas, mungkin saja itu cuma permainan kata.]


“Ah, aku tahu maksudmu.  Aku ingat aku pernah dipukuli karena menggambarkan aktivitas klub. ”


Kami mengambil barang-barang yang kami butuhkan sambil mengobrol satu sama lain.


Kami sudah memutuskan apa yang akan kami beli, jadi tidak perlu mencari-cari lagi.


Belanjanya berjalan lancar.


"Hmm, apa yang akan kau lakukan dengan barang-barang di kamarmu?"


Aku tidak punya banyak barang di kamarku.  Ketika aku membeli buku, dia memberiku pandangan tidak setuju.  Itu sebabnya aku selalu berada di perpustakaan.  Yang kumiliki hanyalah perlengkapan sekolah dan beberapa pakaian pribadi.


Adik tiriku pernah terlihat sedih saat melihat kamarku.


Aku tidak menambah koleksi barang-barang pribadiku sehingga aku bisa pergi kapanpun aku mau.


Dia mungkin menyadari bahwa aku akan pergi suatu saat nanti.


“Aku mengemasnya tadi malam dan pagi ini. Aku bahkan bisa membawanya cukup dengan tanganku saja."


“Hmm, baiklah, aku akan membantumu.  Ayo pergi ke rumah Shinjo setelah kita menyelesailan apa yang kita beli.  Atau kau tidak ingin aku ke rumahmu?”


"…… Tidak, terima kasih."


Di masa lalu, aku akan langsung menolaknya.  Tapi dengan Shinozuka, …… Maka tidak apa-apa.


Rumah kakek dilengkapi dengan peralatan dan perabotan yang besar.


Jadi aku sepertinya tidak perlu berbelanja terlalu banyak


***


Kami selesai berbelanja dan memutuskan untuk meninggalkan toko.


“Menyenangkan sekali rasanya bisa membeli banyak barang.  Sudah lama sejak aku berbelanja dengan seseorang.”


“Bagaimana dengan Saeko-san?  Aku pikir kakakmu juga suka melakukannya. ”


"Oh, kakakku sibuk dengan pekerjaannya, jadi kita tidak punya banyak waktu untuk bersama.”


“Ngomong-ngomong, aku senang kamu menikmatinya.  Apakah kau benar-benar tidak membutuhkan ...... Cangkir?”


Pada akhirnya, Shinozuka tidak membeli cangkir, Bahkan ketika aku memaksa.  Lagipula, aku punya cangkir di rumah kakekku, jadi tidak apa-apa.


“Bodoh, kita hanya …… ​​Rekan menulis, bukan?  Jika kita beg& ……, kita tidak akan sampai sejauh itu.”


“Yah, kurasa begitu. Lagipula kita bukan teman …….”


"…… Ya."


Aku ingat senyum malu di wajahnya saat aku berkata bahwa aku akan membelikan cangkir untuknya.


Kami sangat menantikannya.  Tapi kami takut untuk terlibat secara mendalam dengan orang lain.

[TL: Takut ketemu kenalan pas berbelanja.]


Untuk sesaat, wajah Shinozuka tampak seperti sedang menahan sesuatu.


Dia segera kembali ke dirinya yang normal sebagai Pomeko.


"Ayo, ayo cepat pulang!"


"…… Ah."


Kami mulai berjalan perlahan meninggalkan pusat perbelanjaan.


Kami berjalan lebih lambat dari sebelumnya.  Aku ingin tinggal di sini.


Aku menekan perasaan ingin tinggal di sini, dan melangkah maju.


Tiba-tiba, aku melihat seorang penjaga toko dari kejauhan.


"Shinozuka, aku ingin ke kamar mandi dulu."


"Apa?  Cepatlah.  Aku akan menunggumu di sini.”


Aku meninggalkan Shinozuka dan bergegas menuju penjaga toko.


***


[POV Shinozuka]


"Lama! Nyanta, apa kau tersesat?


Aku menjadi cemas ketika aku sendirian.


Ini mengingatkanku ketika aku ditinggal sendirian.


...... Jangan khawatir, aku tidak merasakan apa-apa ketika aku ditinggal.


Karena aku tidak berteman dengan Nyanta.


...... Tapi, aku masih merasa kesepian.


Semakin aku percaya padanya, semakin dia mempercayaiku.


Semakin aku percaya padanya, semakin ...... Hancur hatiku ketika dia mengkhianatiku.


Jadi, Nyanta itu ……, tetapi hanya Nyanta lah yang …….


Aku pernah mendengar rumor buruk tentang Nyanta.


Kupikir itu hanya kebohongan belaka.


Yah, itu bukanlah masalah bagiku.  ...... Ketika aku bersamanya, dia sangat blak-blakan, tapi dia orangnya baik dan ...... Menyenangkan.  Itu mengingatkanku pada senyum yang telah kulupakan.


Aku ...... Tidak tahu apa yang sedang kulakukan.


Lagipula, Nyanta tidak akan kembali …….  Aku menjadi cemas. Aku mengeluarkan ponselku dan membaca novel Nyanta lagi.


Aku tidak tahu mengapa itu bisa menenangkanku.


Ketika aku melihat ke bawah, aku mendengar suara langkah kaki.


Aku mendongak untuk melihat apakah itu Nyanta.


“Shinjo, lam--……, eh…….”


"Hahaha, maaf aku sudah lama tidak melihatmu, Anri!”


Darah mengalir dari pembuluh darahku.  Masker yang kupakai terlepas.


Itu mereka …… Teman sekelasku dari SMP.


"Apa?  Kau sedang menunggu temanmu?  Aku tidak tahu gadis menyeramkan sepertimu bisa memiliki teman.  Itu sangat lucu!  Ha ha ha!"


Tubuhku mulai gemetar.  Aku tidak bisa melakukan apa-apa selain merasa takut.  Aku benci bahwa aku tidak bisa berubah bahkan jika aku mencobanya.


“Maksudku, apakah kau masih menulis novel yang menyeramkan?  Kami tertawa terbahak-bahak saat itu, bukan?  'Aku memercayaimu, dan kau mengambil ponselku.'”


Momo dan aku adalah teman baik.


Kami berdua memiliki hobi yang culun, jadi kami berteman dengan cepat.


Tapi ……, Momo-chan…


"Kau membuat debut SMA-mu, bukan?"


"Ya, ya, menjijikkan."


"Aku yakin dia juga bajingan."


"Kau tahu apa maksudku?  Kau tahu, itulah orang yang sedang kau pikirkan untuk novelmu?”


"Itu lucu.  Mengapa kita tidak memanggil Momo?  Dia adalah pengganggu bagiku.”


Aku ingin melarikan diri.  Itu sebabnya aku tidak ingin pergi ke kota.  Aku ingin tinggal di rumah saja.


Lebih baik jika orang lain mengira kalau aku menakutkan.  Food court yang sepi adalah tempat yang nyaman bagiku.


Tapi di food court, aku bisa bertemu Nyanta dan Shinjo.


Berat barang bawaan di tanganku memberiku keberanian.


Suaraku lemah, seperti dengungan nyamuk.


“Ugh, diam......, aku–“


Tiba-tiba, berat barang bawaanku menghilang.


Aku sangat senang karena kupikir aku telah menjatuhkan barang bawaanku.


Tapi ternyata tidak...


"Maaf, …….  maaf aku terlambat.  Kau bisa saja meninggalkan barang bawaanmu di bawah.”


Shinjo datang menemuiku.


Aku sedang menunggunya, jadi itu normal baginya untuk datang padaku, tapi ...... Aku berpikir dalam pikiranku bahwa mungkin dia akan mengkhianatiku……


Aku tidak tahu.  Mengapa aku merasa seperti itu?


“Ugh, ugh ……, ya, ayo pergi!”


Aku berubah pikiran dan melihat ke atas.


Mantan teman sekelasku terkejut dengan interupsi Shinjo, tapi merekalah orang yang ikut campur urusan kami.


“Oh, kau temannya Anri?  Apa?  Tidak mungkin.  ……”


"Wah, sangat tampan…….  Benar, kan?


"Tampan ……."


Wajah pemimpin kelompok itu, mantan teman sekelasku, berubah.


"Kami teman lama, kau tahu.  Hei, kakak, apakah kau tahu rumor tentang Anri?  Dia gadis yang sangat buruk, kau tahu?  Dia hanya bermain denganmu seperti yang selalu dia lakukan, kau tahu?  Hei, tinggalkan gadis itu dan pergi saja bersama kami!  Ayo kita pergi ke karaoke!”


Aku menyangkal dengan suara lemah.


"Aku bukan temannya.  …… Aku tidak–“


Punggung yang lebar terbentang di depanku.


Shinjo terlihat lebih kekar daripada kelihatannya…….


Suara rendah Shinjo ia keluarkan....


"Teman?  Shinozuka tidak memilikinya.”


Aku yakin itu karena dia mengetahui bahwa aku sedang dibully …… Dan bahwa Shinjo sudah …….


“Ya, ah, haha, apa bedanya?  Mari kita main bersama.  Aku tidak yakin apa yang harus dilakukan dengannya.  Karena dia menulis novel yang menyeramkan…”


"Itu bagus.”


“Eh?  Apa?"


Suara Shinjo menjadi lebih menakutkan.


“…… Bukankah luar biasa bahwa dia bisa menulis cerita yang begitu indah?  Aku tidak tahu tentang kalian.  …… Tapi aku bisa menebak sejauh mana kalian menganggap Shinozuka sebagai gadis yang nakal.  Aku bahkan tidak ingin terlibat dengan salah satu dari kalian.”


Aku tidak tahu mengapa.  Satu-satunya orang yang bisa menegaskanku seperti ini adalah ...... Kakakku.  Kata-kata Shinjo bergema di hatiku.


“Oh, haha, kami hanya bercanda ……, kami hanya memikirkan–“


Shinjo maju selangkah.


Dia menatapku seolah-olah dia sedang mencari sesuatu dan berkata.


"Jangan pernah mendekati kami lagi.  Aku tidak akan membiarkan siapapun membuat temanku yang berharga ini menangis.”


Mantan teman sekelas itu mundur, tubuhnya gemetar.  Intimidasi Shinjo tidak bisa dipercaya.


Akhirnya, mantan teman sekelasku, yang kewalahan oleh intimidasi Shinjo, melarikan diri.


Emosiku belum keluar.


Aku meletakkan tanganku di atas mataku, memang benar bahwa ada beberapa air mata yang tumpah.


Aku tidak tahu kenapa, karena emosiku sedang kacau.  Aku tidak ingin Shinjo melihatku.  Aku takut.  Aku sangat senang karena diselamatkan oleh... Yang mereka sebut teman.  …… Aku sangat senang.  ……


Oh, tidak, aku tidak bisa berhenti menangis.


"Oh, ayolah, kau seorang Yankee.  Kau tidak boleh menangis.  Aku pernah dilempari batu sebelumnya.  Ini, aku punya ini untukmu.  ……”


Tidak, mereka tidak menyakitiku.  Tidak apa-apa.  Mereka hanya mengolok-olokku.……


Saat Shinjo melihatku menangis, dia terlihat panik dan menunjukkan benda ini padaku.


Ini mug dengan gambar Mookie, maskot Destinyland.  Favoritku – Mookie …….


“Kau tahu kalau toko Destiny ada di sini, kan?  Ini caraku untuk berterima kasih padamu karena telah menemaniku dalam perjalanan belanjaku hari ini.”


Shinjo menyerahkannya padaku, ia terlihat malu.


Aku mengambil cangkir itu dengan tangan gemetar.


“Ugh, ugh ……, cangkir, ini cantik …….”


Aku mendekap cangkir itu ke dadaku.


Aku benar-benar menginginkan cangkir untuk diriku sendiri.


Aku menyerah untuk memasang dinding di hatiku karena kami tidak berteman.


Meskipun cangkir itu dingin, tapi itu membuatku merasa hangat.


Aku merasa seolah-olah perasaan yang membeku di dalam diriku mulai mencair.


Aku tidak tahu apa itu.


Tapi aku tidak perlu merasa dikhianati.


Karena Shinjo, yang seharusnya tidak bisa dipercaya, memberitahuku bahwa dia adalah temanku.


Aku tidak bisa berhenti menangis.


Aku sangat bahagia.


Kupikir sudah terlambat bagiku untuk menjadi temanmu, tapi ...


Alih-alih memikirkannya, perasaanku keluar dengan kata-kata.


“Aku tidak yakin apakah kita bisa berteman,…….”


Shinjo menyentuh bahuku dengan tangannya yang lembut.


Area yang disentuhnya menjadi hangat.


“Bodoh, kita... Kita sudah berteman sekarang.  Sudah terlambat untuk mengatakan itu.……”


Aku mengerti sekarang.


Jika itu Shinjo, maka tidak apa-apa jika aku dikhianati.  Aku akhirnya mengerti apa maksud perkataan Sensei saat itu.


Aku memegang cangkir di tanganku dan terus menangis sambil merasakan kehangatan Shinjo.