Tidak Ada Yang Percaya Padaku [Chapter 20]
No One Believed Me. If You Say You Believe Me Now, It’s Too Late Bahasa Indonesia
Chapter 20: Sensei
Aku berada di kereta dengan Shinozuka, membicarakan tentang novelku, dan kami tiba di Maihama dalam waktu singkat. Pembicaraan kami tidak ada habisnya.
Aku bisa melihat bahwa Shinozuka sangat menyukai novel.
"Apa? Kita sudah sampai? Shinjo-kun, tempat parkir di bawah adalah tempat pertemuannya, kan? Kita masih punya waktu, jadi ayo jalan-jalan!”
“Aku tidak keberatan, tapi... Toko itu hanya sebuah kafe. Mari kita istirahat minum teh dengan santai. ”
"Ya! Mari kita periksa EXDES di sana dulu!”
EXDES adalah fasilitas komersial yang berdekatan dengan Stasiun Maihama.
Ada banyak toko yang berhubungan dengan Destiny Land.
Aku belum pernah ke salah satunua jadi aku akan menyerahkannya kepada Shinozuka.
Kami hendak menuju EXDES ketika kami melihat wali kelas kami sedang duduk sendirian di bangku di alun-alun. Sensei yang memimpin kelas, datang sepagi ini?
Sensei memperhatikan kami dan mengangkat tangannya dengan ringan.
Kami berjalan ke bangku tempat dumana sensei duduk dan menyapanya.
“Hmm, kalian berdua datang lebih awal. Bukankah kalian berdua cukup fashionista? Ini benar-benar sebuah pemandangan untuk mata yang sakit."
[TL: Saking bagusnya sampai dianggap cocok buat bahan cuci mata.]
"Oh, haha, kau memakai jas, bukan, sensei?"
Sensei selalu memiliki kesan cool dan menjaga jarak dengan murid-muridnya.
Pagi ini, dia terasa sedikit berbeda. Dia biasanya memiliki mata yang indah tapi tajam dan ditakuti oleh murid-muridnya. Saat ini, aku mendapatkan kesan yang lebih lembut.
"Ini bukan permainan, kau tahu. Ini adalah pekerjaan penting untuk memimpin--- Jika ada beberapa siswa melakukan sesuatu yang bodoh, kaulah harus membereskan kekacauannya. Inilah waktuku untuk melaksanakan tugas tersebut.”
Aku yakin pekerjaan seorang guru sangat berat, karena ia harus mengurus orang lain. Aku tidak berpikir kalau aku akan bisa melakukannya.
Ponsel di tangan sensei bergetar dan suara notifikasi berbunyi. Itu adalah suara notifikasi yang sangat lucu.
Sensei sedang fokus pada ponselnya, melihat sesuatu yang tampak seperti email.
Dia memiliki tampilan yang baik di matanya.
Dia pasti memperhatikan tatapanku, karena dia membuka mulutnya.
“Ini dari seorang teman lama. Aku dulu datang ke sini untuk field trip ketika aku masih sekolah, sama seperti kalian. Aku merasa bernostalgia, jadi aku mengiriminya gambar.”
"Apa itu bagus?"
Aku tidak tahu harus berkata apa. Tetapi sensei memiliki ekspresi yang sangat nostalgia di wajahnya.
“Ngomong-ngomong, apakah kalian akhirnya berteman? Yah, kalian tidak perlu memberitahuku jika kalian malu. Aku bisa mengetahuinya hanya dengan melihat kalian.”
Shinozuka melirik wajahku dan menjawab sensei.
"Ya, ya.... Kami... Berteman."
Tidak perlu untuk merasa malu. Adalah hal yang bagus bagiku untuk berteman dengan Shinozuka, karena aku senang menjadi temannya.
“Oh, Shinozuka adalah teman yang baik.”
Wajah Shinozuka memerah. Wajahku juga memanas, aku yakin bahwa telingaku pasti juga memerah.
Sensei tidak menertawakanmu, tetapi memberiku senyum lembut.
Dia berkata, “Kalau begitu, nikmati hari ini. Kami, para guru, akan bertanggung jawab. Kalian mungkin tidak bisa menghapus bekas luka masa lalu, tapi kalian bisa membuat kenanganmu sendiri. Jika kau bersama dengan orang yang kau cintai, kau akan dapat melupakannya. Adalah ide yang bagus untuk memikirkan masa kini. Momen ini, sangat terbatas, jadi buatlah kenangan yang sebagus mungkin. Oh, maaf, aku berbicara terlalu banyak. Hmm, kalian akan mengunjungi EXDES, kan? Silahkan lanjutkan."
Sensei tahu tentang masa lalu kita. Dia mengerti bahwa bekas luka di masa lalu tidak akan pernah bisa hilang.
Meski begitu, dia sepertinya mendorong kami untuk bergerak maju.
Begitu... Aku pasti telah diberkati dengan guru yang baik.
Untuk beberapa alasan, Shinozuka meneteskan air mata. Mungkin dia sedikit lebih rapuh dari yang kukira. Ah, aku masih tidak tahu apa-apa tentang Shinozuka. Aku ingin tahu lebih banyak tentangnya selain karya-karyanya. Aku ingin lebih dekat dengannya karena dia adalah temanku.
Itu adalah saat ketika aku bisa dengan jujur berpikir seperti itu.
"Ya! Ah! Terima kasih banyak!
"Silahkan nikmati waktu kalian.”
Sensei mengibaskan tangannya dan mulai melihat layar ponselnya lagi, seolah-olah memberitahu bahwa dia sudah selesai berbicara.
Aku ingin tahu, orang seperti apa orang yang penting bagi sensei? Mungkin aku akan bertanya padanya suatu saat nanti.
Kami membungkuk dan meninggalkan tempat itu.
***
“Aku ingin tahu seperti apa teman-temannya? Apa menurutmu mereka akan sekeren sensei?”
"Aku tidak tahu, tapi aku yakin mereka adalah orang yang baik."
"Teman.... Saat pertama kali masuk sekolah, aku tidak pernah bermimpi bisa berteman dengan Shinjo-kun.”
" Benar. Aku ingat perasaan kagumku pada Shinozuka=san, yang selalu memiliki kerutan di antara matanya, Yankee yang garing.”
"K-kau juga.... Shinjo-kun memiliki senyum palsu yang aneh."
Kami tidak saling berhubungan satu sama lain.
Kami bahkan tidak pernah berbicara satu sama lain sampai kasus tentang Pomeko terungkap.
Aku ingat pernah diintimidasi olehnya.
"Ya, karena aku tidak bisa mempercayai siapapun."
"Ya... Hei, aku masih ……, um, tidak jadi."
Pantulan wajah Shinozuka di kaca toko, terlihat sedikit gelisah.
Ya, luka masa lalu tidak akan pernah bisa sembuh. Kami berdua mengerti itu.
Tapi…
Aku tersenyum pada Shinozuka-san melalui kaca.
"Aku tidak yakin apakah aman untuk mengatakan bahwa aku akan baik-baik saja,……, tapi aku tidak akan mengkhianati temanku,……, dan aku tidak akan melakukannya. Aku yakin itu..... Shinozuka–“
"Haha, aku... Tidak bisa mengatakan bahwa aku baik-baik saja, tapi aku yakin kalau aku akan baik-baik saja dengan Shinjo-kun! Karena meskipun tidak terlihat, kita pasti saling terhubung--- A-pa?! Aku mulai merasa malu!”
"Ah, aku berkeringat aneh."
Shinozuka-san berkata begitu, sambil menghilangkan ekspresi cemasnya.
“Hei, hei, ada toko kue di sana, mari kita periksa! Kau bahkan dapat melihat boneka binatang dari luar!”
Nada suara Shinotsuka tetap lembut.
Aku tidak memaksakan diri untuk menunjukkannya, tetapi aku berjalan dengan Shinozuka yang sedang dalam keadaan alaminya.
“Omong-omong, siapa tikus itu? Itu anehnya kuat dan menakutkan. Hanya ada satu tikus di Destiny Land, bukan? Sepertinya itu akan sulit bagi orang yang ada di dalamnya.”
Shinozuka-san yang berkaki ringan itu memelototiku.
Ini semacam nostalgia. Itu baru terasa baru-baru ini.
“Itu bukan tikus! Mookie adalah seekor chinchilla, Raja Destiny Land! Destiny Land adalah alam mimpi, dan Mookie itu nyata! Tidak ada orang di dalamnya!"
“Ah, yah, aku minta maaf soal itu. Oke, dia spesial, hanya ada satu dirinya. Maka kita harus melakukan yang terbaik untuk menemukannya di taman.”
"Ya, itu bagus jika kau mengetahuinya. Aku harus berfoto dengan Mookie! Ahh itu benar! Hei, hei, hei, hei, hei, hei! Bisakah kita berfoto... Berdua?”
Shinozuka mengatakan permintaan maaf kepadaku sambil menunjuk ke arah toko Mookie.
Sangat wajar jika dia merasa ragu.
Yah...... Baiklah, aku hanya perlu memahami perasaan itu.
Kenangan hanya ada dalam pikiran.
Tapi, ketika kau melihat fotonya, maka kenangannya akan kembali teringat dengan jelas.
Jadi tidak ada alasan bagiku untuk tidak berfoto.
“Ponsel siapa yang harus kita gunakan? Apa kau ingin aku memakainya dengan ponselku lalu mengirimkannya padamu nanti?"
"Yah, ......, karena kita ada di sini, mari kita berfoto dengan ponsel kita berdua!"
Shinozuka mengatur ponselnya ke mode selfie dan berpindah tepat di sebelahku.
Jarak itu sangat dekat. Aku bisa merasakan tubuhku yang gemetar.
"Yah, um, ……, kau tidak akan bisa berselfie kecuali kau cukup dekat. ……”
"Ah, benarkah? Maka kita tidak punya pilihan.”
“Yah, begitulah caranya, aku belum pernah berfoto dengan siapapun sebelumnya....”
“Oh, ini juga yang pertama kalinya buatku.”
Aku merasakan aroma lembut yang selalu kudapat dari Shinozuka-san di hidungku.
Anehnya, aku menjadi gugup.
Kami terlihat kaku di foto yang ada di ponselku.
Itu aneh...
"Pfft, wajah Shinozuka--"
“Hei, hei, wajah Shinjo juga aneh. Oke, aku akan mengambil gambar lagi kalau begitu."
Shinozuka-san menekan tombol kameranya.
Di layar, kami terlihat tersenyum bahagia.
Kupikir, boneka Mookie yang jadi latar belakang foto kami juga terlihat tersenyum.
Shinozuka melihat foto di ponselnya dan tersenyum lembut.
"Ini... Foto pertama kita! Ini adalah kenangan... Yah, mari kita mengambil banyak gambar hari ini!”
“Santailah sedikit.”
Aku senang bahwa selfie pertamaku bersama Shinozuka-san.
Aku tidak merasa buruk tentang diriku sendiri karena berpikir bahwa semua ini terjadi secara alami.