Cewek Yang Kutemui Di Toserba [Vol 1 Chapter 2.3]
No One Cared About Me, But She Has. I Met Her At A Convenience Store, Then She Makes My Every Day More Fun Bahasa Indonesia
Chapter 2.3: Kemajuan
Kain merah muda lembut yang dihiasi dengan pita kecil, seolah-olah itu adalah bunga tunggal. Bentuk keseluruhannya adalah segitiga terbalik. Ini adalah sesuatu yang biasanya tidak kau lihat, tetapi pada kesempatan langka ketika rok tersilap, kau akan dapat melihatnya.
"Apa yang kamu lihat dengan sangat serius seperti itu?"
Kepalaku dipukul. Suaranya cukup menggelegar, meskipun itu kepalaku sendiri.......
"Jawab aku, Kuromine-kun! Atau aku benar-benar akan memukul kepalamu!"
"Bisakah kau berkata seperti itu sebelum memukulku?!"
"Karena lain kali tidak akan seperti ini!"
"Aku minta maaf......."
Dia sangat marah, jadi aku hanya bisa menundukkan kepalaku.
Lagi pula, ini kecelakaan. Aku tidak melihatnya dengan sengaja.
Setelah kembali ke rumah bersama Hoshimiya, kami menghabiskan waktu bersama dengan santai, tidak melakukan sesuatu yang spesial.
Itu terjadi sekitar jam 9 malam, kami mendengar suara hujan yang turun dari luar.
Aku menyadari adanya pakaian yang tertinggal di balkon dan buru-buru mengangkatnya, dan di tangan kananku, aku menemukan sepasang celana dalam.
"Cepat kembalikan mereka padaku!"
Celana dalam itu dicopot secara paksa oleh Hoshimiya yang kesal......
"Dengar, Hoshimiya."
"......Apa?"
Dia menatapku tajam. Hiiekk!
"Selama pria dan wanita tinggal bersama, maka kecelakaan seperti ini tidak bisa dihindari."
"Tapi meski begitu, kamu tidak perlu melihatnya lebih dekat, kan?!"
"............"
"Aku heran kenapa kamu tetap diam! Semua anak laki-laki memang begitu......!"
"Jika kau mulai mengungkit itu, maka Hoshimiya juga pernah melihat celana dalamku."
"Yah, tapi itu ...... saat mencuci dan menyetrika dan semacamnya, kan?"
"Tapi kau bermain-main dengan mereka. Kau menariknya dan meregangkannya, bukan?"
"............"
"Kenapa kau tidak membalas?"
Seolah ingin melindungi dirinya dari tatapanku, Hoshimiya menundukkan kepalanya dan mencengkeram celana dalamnya dengan kedua tangannya.
"Hoshimiya?"
"Aku perempuan, sedangkan kamu laki-laki."
"Itu seksisme, bukan?"
[TL: Suatu bentuk prasangka atau diskriminasi terhadap kelompok lain yang memiliki perbedaan gender atau jenis kelamin.]
"T-Tapi! Kamu tidak keberatan ketika aku menyentuh celanamu, kan, Kuromine-kun?!"
"Tidak, itu memalukan, tapi..."
"Tapi apa?"
"Tapi karena Hoshimiya bertingkah sangat normal, jadi kurasa aku tidak perlu mengkhawatirkannya."
"Umm ... itu benar. Mulai sekarang, mungkin lebih baik jika kita membahas berbagai hal, termasuk ini."
Hoshimiya benar. Kami telah menetapkan peran dan aturan untuk hidup bersama, tetapi kami menghindari membicarakan hal-hal seperti ini yang membuat kami sadar akan seksualitas kami.
Kami telah menahan diri masing-masing, tetapi kami juga menjadi terbiasa dengan gaya hidup ini, dan mungkin kami sedikit lengah. Ini pertama kalinya aku menyentuh celana dalam Hoshimiya.
"Kalau dipikir-pikir, berapa lama aku harus tinggal di sini?"
Aku ingat bahwa kami bahkan belum memutuskan hal itu.
"Tergantung penguntitnya, kurasa. Apakah kamu ...... tidak ingin tinggal bersamaku......?"
"............"
"Kuromine-kun?"
Dia pasti akan sedih jika aku mengatakan tidak, apalagi Hoshimiya memasang ekspresi khawatir saat menyampaikan perasaan itu. ...Bagaimana aku harus menjawabnya?
Adapun aku, menurutku, aku ingin melanjutkan hidupku saat ini selamanya.
Tapi bagaimana dengan Hoshimiya? Dia tidak menunjukkan tanda-tanda tidak suka tinggal bersamaku, tapi aku masih tidak tahu apa perasaannya yang sebenarnya.
Dan aku bahkan tidak tahu siapa yang disukai Hoshimiya. Dia sepertinya tidak tahu apakah dia jatuh cinta padanya atau tidak. Yah, orang yang dia suka sepertinya adalah aku. Kana juga bilang begitu.
Tapi sampai aku mendapat konfirmasi darinya, aku tidak boleh mengambil keputusan yang ceroboh.
Jika orang yang membuat Hoshimiya tertarik adalah .... tunggu, orang yang membuatnya tertarik? Pasti murid kelas sebelah, si Horikawa! Dia tampan, dan dia adalah jagoan klub sepak bola.
............
Kuharap orang-orang tampan yang bermain sepak bola akan binasa. Maksudku, aku tahu dia keren, tapi....
Horikawa hanyalah jawaban dari imajinasiku.
"Jika kamu tidak ingin tinggal bersamaku, beri tahu aku. Aku tidak ingin mengikatmu, Kuromine-kun......"
"Aku tidak keberatan tinggal di sini."
"Benarkah?"
"Benar, dong! Lagi pula di sini aku mendapatkan makanan yang enak, dan Hoshimiya juga sangat baik padaku!"
"Benarkah?! Berdasarkan pernyataanmu, itu seperti kamu adalah hewan peliharaan itu sendiri."
"Aku hanya bercanda ....... sangat menyenangkan tinggal bersama Hoshimiya."
"B-Begitu, yah ... jadi menyenangkan rasanya saat tinggal bersamaku ............ hehehe."
Hoshimiya tanpa sengaja mengeluarkan senyum bahagia, yang terlihat manis...
Ketika aku melihat Hoshimiya dan merasakan jantungku berdebar kencang, ponselku berdering dari saku celanaku. Aku mengeluarkannya dan memeriksa layar. Itu dari ibunya Yono.
Apa yang sedang terjadi? Sangat tidak biasa bagiku untuk menerima telepon dari ibunya Yono.
Karena penasaran, aku mengetuk tombol jawab.
"......Ya, ada yang bisa kubantu?"
|| "Riku-kun? Apa Yono ada di sana?"
"Yono? Aku tidak sedang di rumah sekarang. ......Apa Yono belum pulang?"
|| "Ya ....... Yono, dia belum pulang. Aku juga belum mendapat kabar darinya......."
"Ini sudah hampir jam sepuluh, bukan? Kenapa dia belum pulang......"
|| "Aku sudah mencoba menghubungi teman-teman Yono, tapi sepertinya tidak ada yang tahu. Aku tidak menyangka kalau Riku-kun juga tidak tahu. ......Aku ingin tahu ke mana dia pergi."
Ketegangan terasa. Apakah dia terlibat dalam suatu insiden?
Memikirkannya saja membuat darahku membeku.
|| "Kalau begitu, terima kasih, Riku-kun. Aku akan pergi berbicara dengan polisi sekarang."
"Ya......."
Bahkan setelah mengakhiri panggilan, jantungku masih berdetak kencang. Aku tidak bisa berhenti khawatir. Aku sama sekali tidak berbicara dengan Yono akhir-akhir ini. Itu sebabnya aku bahkan lebih khawatir tentang apa yang sedang dia lakukan sekarang.
Aslinya, aku selalu merasa cemas ketika Yono tidak berada di sisiku.
Tapi akhir-akhir ini, kehidupanku bersama Hoshimiya terasa begitu memuaskan hingga aku tidak merasakan kecemasan seperti itu lagi, tapi....
"Apa yang salah?"
"Kudengar Yono belum pulang. Dia juga tidak ada di tempat teman-temannya."
"Tidak mungkin ....... apalagi di luar hujannya cukup deras."
"......Maaf, tapi aku harus keluar sebentar."
"Kamu mau pergi mencari Harukaze-san?"
"Ya. Kupikir aku tidak akan bisa menemukannya bahkan jika aku berlarian mencarinya, tapi......"
"Oke. Aku tahu aku mungkin harus menghentikanmu, tapi ...... kamu bisa menggunakan payung di teras depan. Hati-hati."
Aku berkata, "Terima kasih." dan bergegas menuju pintu depan.
Aku mengambil payung, membuka pintu, dan berlari keluar.
Itu lebih gelap dari yang kuharapkan, dan sulit untuk melihat intensitas hujan.
Namun, gema suara hujan yang menghantam atap tempat parkir sepeda dengan keras menunjukkan bahwa itu cukup kuat. Sepertinya akan sakit jika airnya mengenai kulitku secara langsung.
"Di saat hujan seperti ini. Aku tidak berpikir dia berada di luar ruangan. Kalau begitu......"
Apakah dia berada di toko di suatu tempat atau di rumah teman yang tidak diketahui oleh ibunya?
Skenario terburuk, dia terlibat dalam suatu insiden────
"......!"
Aku tidak bisa menghapus pikiran burukku. Bagaimana jika sesuatu ...... terjadi pada Yono......?!
Aku menuruni tangga apartemen dengan lompatan.
Aku membuka payung dan mulai berlari tanpa mengkhawatirkan kakiku yang kebasahan.
Airnya merembes sampai ke kaus kakiku. Tapi ...... aku tidak peduli.
Pertama, mari kita naik kereta dan pergi ke dekat rumah Yono.
Kemudian, aku akan mencarinya di tempat yang aku tahu secara berurutan.
"...Eh?"
Ketika aku berlari di sepanjang sisi jalan, melangkahi genangan air, aku melihat pemandangan yang aneh.
Seseorang sedang duduk di bawah tiang telepon. Dia duduk berlutut, memegangi tubuhnya yang mungil.
Cahayanya redup, jadi aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, tetapi dari atmosfernya, dia tampak seperti seorang wanita.
Tapi kehadirannya begitu kecil sehingga membuatku berpikir, "Mungkinkah dia hantu?"
Agak tidak biasa bagi seseorang untuk duduk sendirian di tengah malam dengan hujan seperti ini.
Biasanya aku setidaknya akan mencoba untuk berbicara dengannya, tapi untuk saat ini, aku lebih mengutamakan Yono.
Aku terus berlari tanpa henti, dan ketika aku melihat orang itu dari samping, aku keserimpet dan hampir terjatuh.
"Huh? Yono!"
"............Riku-chan?"
Orang yang duduk di bawah tiang telepon dan terkena hujan tanpa pelindung adalah teman masa kecilku.
Secara alami, seluruh tubuhnya basah kuyup. Rambutnya yang menempel di kepalanya dan seragamnya yang terkena air tampak berat. Yang lebih penting, adalah matanya.
Mata yang seharusnya berkilau dan bersinar terang, menjadi keruh seperti manik-manik kaca yang kotor. Itu mata orang mati. Itu bukan mata orang yang hidup.
"Yono ....... apa yang ...... kau lakukan?! Apa yang kau lakukan di sini?!"
"......A-Apa yang ...... kulakukan?"
"Yono!"
Aku berlutut di depan Yono dan meraih kedua bahunya erat-erat.
Mereka sangat dingin dan sedikit gemetar.
Berpikir bahwa itu buruk, aku meletakkan payungku di atas kepalanya.
Hujan menghujaniku bagaikan senapan.
Wajahku sangat kesakitan sehingga aku bahkan tidak bisa mengeluarkan ekspresi, tapi aku tidak bisa khawatir tentang itu.
"......Riku-chan, kamu akan kebasahan, bukan?"
"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja! Yono ...... apa yang kau lakukan di sini?!"
"Apa yang kulakukan di sini .....?"
Apa yang terjadi padanya?
"...... Ada sesuatu ...... tapi aku ingin tahu apakah memang seperti itu......"
"......Yono?"
Yono, yang menatapku dengan saksama, mulai mengucapkan kata-kata dengan bibir ungu kebiruan.
"Hari ini, aku menyadari ...... banyak hal dan memikirkan ...... banyak hal."
"Oke, oke ...... ayo pergi untuk berteduh."
"Riku-chan, apakah kamu bahagia?"
"......Huh?"
"Apakah kamu bahagia ...... dengan Ayana-chan?"
"Apa maksudmu?"
Aku benar-benar tidak mengerti arti dan maksud dari pertanyaan itu.
Aku tidak paham.
"Pada awalnya ...... kupikir jika Riku-chan ...... masih menyukaiku, maka itu artinya ....... aku telah mengabaikan niat baik Riku-chan, bukan....?"
"Eh...?"
"Aku minta maaf karena telah mengatakan hal yang mengerikan ....... aku minta maaf karena tidak melihatmu sebagai lawan jenis. Jika aku berada di posisimu, aku pasti akan .... bundir......"
"Ck."
Sungguh kata-kata yang tidak berdaya dan penuh perasaan.
Tetesan dari mata Yono, apakah itu air hujan yang jatuh dari dahinya atau air mata yang keluar dari matanya?
"......Jika kamu bahagia bersama Ayana-chan ...... kamu boleh melupakanku ...... aku tidak apa-apa......... "
Mengatakan itu dengan suara rapuh, Yono perlahan menutup kelopak matanya.
Saat berikutnya, dia terjatuh tak berdaya karena kesadarannya terputus.
"......Yono? Bertahanlah! Yono!"
"............"
Ia tidak menjawab.
Satu-satunya suara yang terdengar adalah hujan yang menghantam payungku.