Cewek Yang Kutemui Di Toserba [Vol 1 Chapter 2.2]
No One Cared About Me, But She Has. I Met Her At A Convenience Store, Then She Makes My Every Day More Fun Bahasa Indonesia
Chapter 2.2: Kemajuan
"Hoshimiya, aku benar-benar minta maaf. Aku terlalu terbawa suasana."
"............"
"Hoshimiya-san!"
Aku memanggil punggung Hoshimiya saat dia dengan cepat berjalan pergi.
Apa aku benar-benar telah membuatnya marah? Apa yang harus kulakukan.......
Saat aku menyesali apa yang telah kulakukan, Hoshimiya berhenti dalam sekejap.
"Hoshimiya?"
"......Apakah kamu ingin aku memaafkanmu?"
"Ya, ya ....... aku ingin kamu memaafkanku."
Aku mengangguk pada Hoshimiya yang membelakangiku.
"Yah, aku akan memaafkanmu jika kamu mau mengambil alih membersihkan bak mandi untuk hari ini......."
Membersihkan bak mandi ...... aku dan Hoshimiya bertugas dan bergantian mencuci bak mandi setiap hari.
Jadi, aku memutuskan untuk menyetujuinya, jika itu yang dia inginkan.
"Oke. Aku akan mencuci bak mandi hari ini."
"Oke, jika kamu tidak keberatan............"
Dia sepertinya telah memberikan izinnya, dan meskipun aku berjalan di sebelah Hoshimiya, dia tidak berjalan mendahuluiku. Kami mulai berjalan bahu-membahu. Seolah pulang bersama sudah menjadi hal yang biasa.
"Kuromine-kun, kapan kamu dan Kana menjadi teman baik?"
"Kami tidak berteman baik."
"Benarkah? Tapi barusan, kalian tampak seperti bekerja sama dengan baik, bukan?"
"Aku hanya berbicara sedikit dengan Kana saat istirahat makan siang hari ini."
"Bicara? Apa yang kalian bicarakan? ......Ah, tidak apa-apa. Aku juga tidak suka kalau ada orang yang terlalu banyak mencampuri hidupku."
"Aku tidak akan menyembunyikannya darimu, tahu? Kana hanya menyuruhku untuk menjaga Hoshimiya."
"A-Apa? Itu benar-benar bantuan yang tidak perlu ... selain itu, Kuromine-kun, kamu memanggil Kana dengan namanya, kan?"
"Eh?"
"Tidak, bukan apa-apa."
Hoshimiya menggelengkan kepalanya dan mengakhiri pembicaraan. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi aku memutuskan untuk tidak memperlanjut masalah ini. Ngomong-ngomong, aku tidak tahu nama belakang Kana.
Aku tidak tahu apa itu, tapi perasaan Hoshimiya barusan ... apakah dia cemburu?
Aku mengintip wajah Hoshimiya.
Dia mengerutkan bibirnya sedikit dan tampak tidak senang.
Dia sepertinya mencoba menenangkan dirinya sendiri dengan menyisir rambutnya dengan jari-jarinya.
Aku tidak yakin apakah itu sama dengan apa yang Kana katakan, tapi menurutku Hoshimiya-----
Sial, wajahku semakin panas......!
Apa ini?! Apa aku benar-benar menyukai Hoshimiya?!
Sebelumnya, itu hanya godaan belaka, kan......?!
Tapi aku tetap menyukai Yono, dan aku masih mencintainya......
Apa yang harus kulakukan?! Aku telah jatuh cinta dengan dua gadis pada saat yang sama...!
"Hmm? Ada apa, Kuromine? Kamu kelihatan gelisah sejak tadi."
"Ah, benarkah? Sama seperti biasanya, mungkin...?"
"Caramu berbicara sangat disengaja......"
Aku ingin tahu bagaimana perasaan Hoshimiya.
Akan lebih baik untuk membuatnya jelas demi melanjutkan kehidupan ini di masa depan.......!
"Ini mungkin tiba-tiba, tapi, Hoshimiya, apakah ada seseorang yang kamu suka......?"
"Apa?! Itu benar-benar tiba-tiba!"
"Apakah ada......?"
"Ya, um ...... itu ............."
"Aku sudah tahu sebelumnya bahwa kau tidak punya pacar, tapi aku belum tahu apakah ada seseorang yang kau suka. Kurasa ini akan menjadi pertanyaan yang agak penting mengingat kita akan melanjutkan hidup kita saat ini."
"Ah, eh ...... umm, mungkin......?"
"Ya? Apakah ada seseorang yang kau suka......?"
Aku gugup sekali! Mungkin ini adalah rasa paling gugup yang pernah kualami dalam hidupku! Tanganku berkeringat banyak!
Aku sama sekali tidak gugup ketika aku mengungkapkan perasaanku kepada Yono, karena kupikir aku pasti akan diterima.
Tapi ternyata, aku...
"......Mungkin iya, mungkin juga tidak ......"
Hoshimiya berkata ragu-ragu, pipinya memerah.
"Apa maksudmu dengan 'mungkin'?"
"Aku tidak tahu ...... kurasa belum ada. Ini pertama kalinya aku merasakan perasaan ini ...... dan juga ....... aku tidak yakin apakah ini artinya aku menyukai seseorang."
"............"
"Aku tidak tahu apakah aku ...... mampu menjawab pertanyaan itu untuk diriku sendiri."
Apa itu? Kau bukan anak SD, jadi kau seharusnya bisa memahami perasaan romantis yang kau miliki di dalam dirimu sendiri, bukan?
"Siapa orangnya.....?"
"Eh?"
"Aku ingin tahu siapa itu."
Aku bertanya kepadanya secara tidak sengaja dan dengan sedikit gigitan di mulutku.
"Yah, itu ............ umm ... awawa."
Hoshimiya, yang dengan tergesa-gesa untuk menjaga jarak dariku, mundur dan tersandung tumitnya sendiri dan kehilangan keseimbangannya. Dia hampir jatuh ke belakang, tapi dengan cepat aku meraih lengan Hoshimiya dan menangkapnya.
"Apakah kau baik-baik saja?"
"Y-Ya......"
Aku melepaskan lengan Hoshimiya. Kemudian, Hoshimiya menarik diri sedikit dariku dan mengeluh.
"Kuromine-kun, kamu tidak memiliki kepekaan."
"───Ugh."
"Kamu seharusnya tidak terus-menerus bertanya tentang hal semacam itu."
"Tidak, aku hanya ingin tahu......"
"Aku mengerti perasaanmu ....... tapi jika kamu bertanya terlalu banyak, orang-orang akan membencimu, tahu."
Membenci----?!
"...........Maaf."
Aku mungkin sedikit keluar jalur.
Di atas segalanya, aku tidak tahu bagaimana caranya membicarakan tentang cinta.
"Jangan berkecil hati. Itu bukan berarti aku membenci Kuromine-kun."
"Aku tidak ... sedepresi itu."
"Benarkah? Kamu terlihat seperti anak anjing yang habis dimarahi."
"Wajah macam apa yang kamu bicarakan, huh......?"
Saat aku mengatakan ini dengan sikap tidak puas, Hoshimiya tersenyum cerah, seolah dia mencoba menghiburku.
Dan kemudian, "Nn~~" dia dengan panik meregangkan tubuhnya dan menepuk kepalaku.
"Cup, cup, cup."
"Kau memperlakukanku seperti anjing."
"Jabat tangan!"
"Woof!"
Hoshimiya mengulurkan tangannya, jadi aku segera berjabat tangan dengannya.
......Apakah aku sudah tidak lagi memiliki harga diri dalam diriku?
"Ahaha, kamu tiba-tiba menjadi patuh. Kalau begitu, ayo kita pergi, Anjing Setia Riku-kun."
"Woof!"
***
Pekerjaan paruh waktu Hoshimiya sedang libur, jadi kami memutuskan untuk mampir ke kafe dalam perjalanan pulang.
Tentu saja, Hoshimiya yang mengajakku.
Ada banyak orang di kafe, dan suasananya lebih hidup.
Yang lebih penting, pencahayaan yang terang membuatku merasa segar kembali.
Ini adalah kafe yang sangat biasa yang dapat dengan mudah dimasuki siapa pun.
Jika itu adalah kafe dengan suasana yang modis, aku akan merasa terintimidasi.
"Apakah kau sering kesini?"
"Ya, benar. Aku datang ke sini bersama teman-temanku."
Hoshimiya, yang duduk di seberangku, berkata sambil tersenyum.
Lalu aku melihat parfait di atas meja.
"Apakah kau akan memakan semua ini?"
"......Mungkin sulit."
"Hahaha......" Hoshimiya terkekeh. Yah, itu memang parfait, tapi ukurannya aneh. Kira-kira seukuran ember kecil. Parfait jumbo, mungkin?
Ada banyak sekali buah yang terpotong dan menempel di dalamnya, dengan permen cokelat yang mengisi celahnya. Aku langsung merasa bega hanya dengan melihatnya.
"Aku belum pernah memesan ini sebelumnya! Jadi aku sedikit penasaran! Tapi, ini lebih besar dari yang kubayangkan. ......Kurasa aku tidak bisa makan ini sendirian."
"Aku tidak berpikir itu awalnya dirancang untuk dimakan oleh satu orang, kan? Mereka menyediakan dua sendok untuk dua orang."
Juga, parfait jumbo ditempatkan di tengah meja.
Pelayan pasti sudah mempertimbangkannya supaya memudahkan dua orang untuk makan bersama.
"Kuromine-kun. Kalau mau, kenapa kita tidak makan bersama saja?"
"Oke. Serahkan padaku."
Tanpa alasan untuk menolak, aku mengambil sendok dan mulai mencerna parfait dengan Hoshimiya.
Awalnya aku tidak memikirkannya, tetapi kemudian aku tiba-tiba menyadari apa yang sedang terjadi.
.....Ya, kami tampak seperti sepasang kekasih sungguhan. Seorang pria dan seorang wanita yang menyodok parfait bersama!
Tapi Hoshimiya adalah Hoshimiya. Dia pasti berkata, "Maukah kamu makan denganku?" tanpa berpikir.
Yah, begitulah. Itulah ringannya seorang gal......!
.....Oh, aku tiba-tiba merasa gugup. Jantungku mulai berpacu.
Aku menutup mata dan berkonsentrasi pada diriku sendiri.
Api akan mendingin jika kau berada dalam kerangka berpikir yang benar.
"────"
Aku membuka mataku dan mulai memakan parfaitku dalam diam.
Ya, akulah satu-satunya yang menyadari hal ini.
Hoshimiya menikmati parfait tanpa memperhatikan apa pun────
Ketika aku melihat wajah Hoshimiya, dia juga menatapku pada saat yang sama.
Kami berdua membeku dengan sendok di tangan kami.
Dan kemudian, Hoshimiya tersenyum rendah hati dan malu-malu sembari berkata, "Ah......."
Haha, sepertinya bukan hanya aku yang menyadarinya!
Jika kau melihat lebih dekat, kau dapat melihat bahwa pipi Hoshimiya sedikit memerah.
Tangan yang menggerakkan sendoknya terasa canggung, dan aku bisa merasakan bahwa dia gugup.
Begitu aku menyadari hal ini, aku tiba-tiba kehilangan kekuatan dan tertawa ringan, "Haha."
"K-Kuromine-kun? Hei, apa aku melakukan sesuatu ...... yang aneh?"
"Tidak, tidak ada yang aneh."
Aku perlahan menggelengkan kepalaku pada Hoshimiya, yang terlihat bingung.
***
[POV Yono]
Ini terjadi saat aku dan Riku-chan masih di SMP.
"Kenapa hanya aku yang hidup?"
Itu beberapa hari setelah kecelakaan itu.
Di ruang tamu yang kosong, Riku-chan menggumamkan pertanyaan sederhana.
--- Mengapa hanya aku yang hidup?
Kata-kata itu mengandung semua yang Riku-chan rasakan saat itu.
Dia tidak meninggikan suaranya, tidak menangis, tidak juga berduka.
Dia hanya menatap kosong pada kekosongan yang hampa.
Kupikir dia lupa bahwa aku ada di sampingnya.
Riku-chan, yang wajahnya kehabisan emosi, berdiri di sana di ruang tamu yang kosong.
"Riku-chan, ayo pergi, oke? Nenek menunggumu, tahu."
"............"
"Riku-chan......"
Dia bahkan tidak menoleh ke arahku. Aku tidak mampu untuk ...... melakukannya, bukan?
Apa yang bisa kulakukan untuk Riku-chan?
Aku tahu ini hanya pendapat pribadiku, tetapi kupikir teman masa kecil dan keluargaku adalah hal terdekat yang ia miliki di samping keluarganya sendiri.
Khususnya kami.
Kami bertemu karena rumah kami bersebelahan.
Kami selalu bersama sejak kami masih kecil.
Kami datang dan pergi ke rumah masing-masing, mandi bersama, tidur di ranjang yang sama......
Kami adalah teman masa kecil.
Hubungan ini merupakan ikatan yang lebih solid daripada hubungan kerabat, teman, atau kekasih.
Begitulah teman masa kecil.
Kami tumbuh bersama sejak kecil. Jadi wajar saja jika kami selalu bersama.
Maka dari itu, jika Riku-chan sedih, aku ikutan sedih.
Aku ingin ada untuknya apa pun yang terjadi padanya.
"Riku-chan."
"............"
"Aku tidak bisa mengatakan bahwa aku adalah pengganti yang hebat untuk keluargamu. Tapi tahukah kamu, kita adalah teman masa kecil, jadi kita bisa dekat satu sama lain layaknya ...... keluarga."
"Yono...?"
Dia terdengar seperti akan menghilang, tapi Riku-chan perlahan menggerakkan kepalanya untuk menatapku.
"Apa pun yang terjadi, aku akan ada untukmu, Riku-chan. Sama seperti sebelumnya, apa pun yang terjadi, aku akan berada di sisimu sebagai teman masa kecil."
"............"
"Kita adalah teman masa kecil, jadi kita harus bisa menerima segalanya dari satu sama lain."
Aku menatap mata kosong Riku-chan yang tidak mencerminkan apa-apa, dan aku mengucapkan kata-kataku dengan sepenuh hati.
"Karena kita adalah teman masa kecil ...... dan kita sudah bersama untuk waktu yang lama, di samping keluarga kita......."
"............"
"Riku-chan, jangan menahan apa pun dariku. Kamu bisa menangis saat sakit, dan kamu juga bisa bermanjaan denganku saat kamu mau. Aku, teman masa kecilmu, akan menerima segala hal tentangmu, Riku-chan."
Bagiku, teman masa kecil adalah hubungan yang sangat murni yang tidak dipengaruhi oleh lawan jenis, usia, kepribadian, atau semacamnya.
Sama halnya dengan keluarga, bukan?
Tidak peduli seperti apa kepribadian ibu atau ayahmu, esensi perasaan yang kau miliki terhadap keluarga dekat adalah sama.
Itu sebabnya aku ingin melakukan semua yang kubisa untuk Riku-chan, teman masa kecilku.
Tidak masalah bagiku karakter seperti apa yang dimiliki Riku-chan, dan tidak masalah juga apakah dia laki-laki atau perempuan. Teman masa kecil......
Aku ingin berada di dekat teman masa kecilku yang berharga.
Tapi aku salah tentang itu────
Keinginanku untuk berada di sisi Riku-chan bukan karena kami adalah teman masa kecil.
Itu karena perasaanku sendiri.
***
"......Riku-chan dan Ayana-chan, mereka akan pulang bersama hari ini juga......."
Bersembunyi di balik bayangan gedung sekolah, aku melihat Riku-chan dan Ayana-chan keluar dari pintu masuk lift.
Dalam hati, aku menatap punggung mereka saat mereka melewati gerbang sekolah.
"......Mereka berdua, aku merasa mereka semakin dekat."
Sepertinya mereka berdua semakin dekat dari hari ke hari.
Tidak sehari pun berlalu di mana aku tidak bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan Riku-chan.
Aku menahan diri dengan alasan kecil yang tersisa, tetapi aku berada pada batasku.............
"Oke, ayo ikuti mereka hari ini."
Dengan tekad tersebut, aku diam-diam mengikuti mereka berdua.
***
"Mmmm!!! Mereka ...... bermesraan ......! Mereka sangat bermesraan......!"
Aku telah mengikuti mereka dalam jarak tertentu, dan aku menatap mereka dari balik tiang telepon.
Oh, Ayana-chan ..... ia membuat Riku-chan melakukannya! Riku-chan juga masuk ke alurnya......!
Tidak, itu suasana ...... di mana mereka melepaskan satu sama lain sebelum itu. Mereka secara alami menyentuh lengan satu sama lain.
"M-M-Mereka pulang setiap hari ..... s-sambil bermesraan seperti itu.............?!"
Tidak, Riku-chan. Hal semacam itu masih terlalu dini untukmu.
......Tidak, ini tidak terlalu dini atau apa. Karena kamu adalah....
"...Teman masa kecilku?"
Hah? Aku merasa ada sesuatu yang berbeda. Ini mengingat bahwa kami yang merupakan teman masa kecil──
Baru-baru ini, aku tidak puas dengan hubungan kami, dan aku telah menghabiskan hari-hariku dalam keadaan tidak setia dan jahat.
Di atas segalanya, meskipun Riku-chan mengatakan "Tidak ada yang terjadi dengan Hoshimiya." tapi ia malah jalan-jalan dengan Ayana-chan dan memeluknya dengan erat.
Riku-chan memeluk Ayana-chan. Aku akan selalu mengingat adegan itu.
"Riku-chan, kamu tertawa dengan gadis lain selain aku....."
Riku-chan, yang sepertinya telah diberi tahu sesuatu oleh Ayana-chan, tertawa sedikit malu-malu.
Melihat Riku-chan seperti itu, aku merasakan sakit yang berdenyut di dadaku.
"Kenapa aku sangat membencinya ....... padahal Riku-chan sedang bersenang-senang."
Kenapa bukan aku yang berada di sebelah Riku-chan?
Aku tahu apa alasan sebenarnya. Itu karena aku mencampakkan Riku-chan.
"Tapi aku masih tidak tahu ...... bagaimana rasanya jatuh cinta, dan aku tidak tahu bagaimana berkencan dengan seseorang yang tidak aku sukai......."
Aku hanya ingin mendapat sedikit lebih banyak waktu.
Aku tidak pernah memikirkan lawan jenis, cinta, atau semacamnya sampai Riku-chan menyatakan perasaannya kepadaku. Aku tidak punya waktu untuk memikirkannya.
Aku sudah puas hanya dengan memiliki Riku-chan sebagai teman masa kecilku.
Itu sebabnya aku ingin sedikit lebih banyak waktu.
Mulai sekarang, secara tidak sadar, aku percaya bahwa apa pun yang terjadi, aku akan dapat bersama teman masa kecilku.
...........Kurasa itu bukan ide yang bagus.
"Tapi aku ...... jelas tidak menolak Riku-chan......"
Aku hanya mengatakan itu, bahwa aku hanya melihatnya sebagai teman masa kecil, bukan sebagai lawan jenis.
Aku hanya butuh waktu untuk memilah perasaanku dan memikirkannya.
"...T-Tunggulah sebentar lagi, oke..."
Aku mulai mengikuti mereka lagi. Menyelinap dan bersembunyi di balik tiang telepon.
***
"Aku sangat frustrasi ...... aku sangat frustrasi ...... aku sangat frustrasi ......!"
Aku sangat kesal sehingga aku bisa mengatakannya dengan lantang. Itu sudah cukup untuk membuatku tanpa sadar menggertakkan gigiku.
Aku menatap mereka yang keluar dari kafe dari balik tiang telepon dan mencoba menahan keinginan untuk berteriak.
Kafe itu terbuat dari kaca, jadi aku bisa melihat apa yang terjadi di dalamnya.
Secara alami, aku memiliki pandangan yang sempurna tentang pertukaran Riku-chan dan Ayana-chan.
Aku harus berjalan bolak-balik di sepanjang jalan di depan kafe, menyembunyikan wajahku dengan tasku, untuk memeriksanya dari dekat.
"............Hah? Kenapa aku sangat kesal?"
Aku menatap punggung mereka saat mereka berjalan di trotoar dan menenangkan diri sejenak.
Aku tidak tahu apa yang kulakukan akhir-akhir ini. Aku telah berguling-guling dengan perasaan yang tidak aku mengerti untuk waktu yang lama.
"Ya Tuhan! Aku sangat jengkel!"
Untuk beberapa alasan, aku marah tak tertahankan. Apalagi, aku tidak bisa tenang.
Rasa frustasiku mencapai puncaknya.
Suasana di antara mereka layaknya sepasang kekasih, dan aku sangat kesal sehingga aku menangis.
"Kenapa aku terlalu peduli.....?"
Seperti yang Riku-chan bilang padaku, kami hanyalah teman masa kecil dalam hubungan kami.
Teman masa kecil bagiku seharusnya adalah dua orang yang selalu bersama sepanjang waktu.
Sebuah hubungan di mana kami telah bersama-sama sejak masih kecil sebagai hal yang biasa. Sama halnya dengan keluarga.
Keluarga yang tidak ragu untuk selalu bersamaku. Teman masa kecil pun seharusnya demikian.......
"Riku-chan memiliki wajah yang sangat baik. Wajah itu adalah wajah yang hanya ia tunjukkan padaku!"
Teman masa kecilku yang berharga yang menghabiskan waktunya yang berkualitas denganku.
Itu membuatku sangat senang.
Tapi jika memang harus demikian, mengapa......?
Aku tidak ingin melihat Riku-chan sekarang.
Aku tidak ingin melihat Riku-chan bersenang-senang dengan gadis selain aku!!!!
"Aku tidak pernah merasa seperti ini ............ sebelumnya ... ah, begitu rupanya."
Sampai sekarang, Riku-chan tidak pernah berbicara dengan gadis selain aku.
Itu sebabnya aku tidak pernah memiliki kesempatan untuk merasa seperti ini.......
"......Ke mana mereka berdua pergi? Cuma stasiun yang ada di sana, kan?"
Kalau dipikir-pikir, Ayana-chan pergi ke sekolah dengan kereta - mungkinkah?!
"Aku harus memastikannya sendiri."
Untuk menghilangkan firasat buruk, aku mengejar mereka lagi.
***
Aku mengikuti Riku-chan dan Ayana-chan menaiki kereta.
Aku mengikuti mereka saat mereka turun dan tiba di sebuah apartemen kayu tua berlantai dua.
"...Eh?"
Aku mengeluarkan suara bodoh yang tidak seperti biasanya saat aku menyaksikan mereka berdua memasuki kamar yang sama.
Aku tidak bisa bergerak selangkah pun dari sekitar tiang telepon, dan kakiku mati rasa dan tidak bisa bergerak.
"............"
Setelah beberapa saat, aku pergi untuk memeriksa kotak surat di apartemen itu.
Aku melihat tulisan bertanda "203 Hoshimiya."
"Aku tahu itu ...... mereka tinggal bersama............."
Aku berpikir tipis bahwa mereka tidak melakukannya.
Karena setiap pagi, aku selaku berjalan di jalan yang sama ke sekolah dengan Riku-chan, tapi aku tidak pernah melihatnya ....... selain itu, sepulang sekolah, kami berdua juga akan pergi keluar kelas bersama-sama.
Aku ingin mengkonfirmasi ini juga, jadi aku mengikuti mereka.
"Tapi ...... kebetulan pada hari ini............"
Mungkin baru hari ini Riku-chan mampir ke rumah Ayana-chan.
Percaya pada kemungkinan yang begitu cepat dan mementingkan diri sendiri, aku terus menunggu Riku-chan keluar sampai matahari terbenam. Aku tidak beranjak dari tiang dan terus menatap kamar Ayana-chan.
Beberapa jam berlalu, dan aku perhatikan bahwa daerah itu dipenuhi kegelapan.
Aku memeriksa waktu di ponselku dan melihat bahwa itu pukul 9:00 malam.
Namun tetap saja, aku tidak pulang dan tetap menunggu pintu kamar Ayana-chan dibuka.
Tapi tidak ada tanda-tanda pintunya akan dibuka.
Aku menerima telepon di ponselku dari ibuku, yang mengkhawatirkanku.
"Hei, Riku-chan ...... apakah kamu tinggal bersama Ayana-chan?"
Aku bertanya pada Riku-chan, orang yang seharusnya berada di kamar Ayana-chan.
"Ini sudah malam dan kalian berdua cuma berduaan......? Apa yang kalian berdua sedang lakukan sekarang? Hanya karena kalian berkencan, kalian tidak boleh ...... melakukan itu."
Padahal kamu bilang kamu suka aku, dan aku juga bilang kalau aku suka kamu.
Detik berikutnya, pandanganku kabur.
Sesuatu yang panas terkonsentrasi di mataku, dan tumpah ke pipiku.
Air mataku meluap────
"Hah? Kenapa ... ada air mata?"
Aku menyeka air mata dengan tanganku.
Usap demi usap, satu demi satu, air mata meluap.
Seperti bendungan yang pecah, begitu air mata mulai mengalir, mereka tidak mau berhenti.
"............!"
Kehadiran yang tadinya berada di sisiku menjadi kabur.
Rasa kehilangan.....
Kehadiran yang selalu berada di sisiku dan mengakuiku sebagai hal yang biasa.
Kehadiran seperti itu telah pergi jauh────
"Ah ...... tidak ...... tidak!"
Aku akhirnya menyadari apa yang telah hilang dariku.
Itu wajar bagi Riku-chan untuk berada di sisiku.
Aku tidak pernah ragu tentang itu.
Kupikir karena kami adalah teman masa kecil, maka kami akan selalu bersama......
Aku secara tidak sadar berasumsi seperti itu, jadi aku tidak pernah memikirkannya.
Kami bersama karena kami sudah saling kenal sejak kecil. Tapi bukan itu masalahnya.
"Aku sendiri, ingin bersama Riku-chan."
Melihat Riku-chan bergaul dengan Ayana-chan, aku akhirnya sadar.
Hanya aku ... yang ingin menjadi orang spesial baginya.
"Aku ...... mencintai Riku-chan. ......"
Aku telah menganggap itu terlalu biasa, karena aku memiliki seseorang yang istimewa di sisiku.
Tidak, aku sudah tahu itu sebagai akal sehatku. Karena Riku-chan seperti itu.
Riku-chan kehilangan keluarganya secara tiba-tiba.
Itu sebabnya aku selalu mengkhawatirkannya, teman masa kecilku, yang setara dengan keluargaku.
Dari Riku-chan aku tahu bahwa suatu hari, seseorang yang penting bagiku, bisa saja tiba-tiba menghilang juga.
"A-Apa aku sudah salah paham...........?"
Tidak peduli apakah kami teman masa kecil atau bukan.
Ketika orang yang penting bagimu telah pergi, kamu akhirnya menyadari bagaimana perasaanmu sendiri.
Tidak heran aku merasa frustrasi......
Orang yang kucintai berteman dengan seorang gadis yang bukan aku.......!
"Sudah ...... terlambat ....... bahkan jika aku menyadarinya sekarang ...... semuanya sudah terlambat......!"
Aku tenggelam dalam penyesalan. Tapi bahkan aku bisa melihat perasaan itu berubah menjadi kemarahan sedikit demi sedikit.
"Bukankah ...... itu lucu, Riku-chan? Kamu mengaku pada Ayana-chan tepat setelah kamu mengatakan bahwa kamu menyukaiku.....? Itu terlalu cepat, tahu? Kamu seharusnya menunggu ... sedikit lebih lama! Dan aku akan ...... memperhatikan......!"
Aku ingat Riku-chan dari beberapa hari terakhir. Dulu dia sering menatapku.....
"Aku ingin tahu apakah kamu masih ...... menyukaiku......?"
Jika Riku-chan masih peduli padaku, itu artinya.....
Aku mendongak dan menatap kamar Ayana-chan.
"Apakah masih belum terlambat......?"