Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Romcom Ala Wali Murid [Vol 1 Chapter 16]

The Love Comedy Which Nurtured With A Mom Friend Bahasa Indonesia


Chapter 16: Adik Kami Terlalu Imut


Ball game dimulai dengan suhu yang diperkirakan mencapai 28 derajat Celcius.


Cuacanya panas sekali.  Mengapa kami harus berada di bawah sinar matahari sementara para guru dengan nyaman menonton pertandingan di tenda tertutup?


Namun, semua murid tampak sangat termotivasi oleh perasaan bebas setelah ujian dan juga pada fakta bahwa ini adalah acara pertama mereka sebagai anak tahun kedua.


Olahraga anak laki-laki adalah softball dan sepak bola, dan aku memilih softball.  Bahkan dalam cuaca yang terik ini, moral para pria sangat tinggi dan mereka menunjukkan sikap serius untuk meraih kemenangan.  Ball game adalah salah satu dari sedikit kesempatan bagi para pria untuk memamerkan skill mereka.


Tapi kami kalah.


Baik di babak turnamen maupun di pertandingan eliminasi antara tim yang kalah, kami dikalahkan tanpa ampun.   Kami kalah begitu mudah hingga kami telah selesai bertanding bahkan sebelum waktu makan siang tiba.


Tapi tidak apa-apa.  Ini adalah strategi kami karena kelas kami lebih fokus pada sepak bola.


Aku yakin Mizuki dan yang lainnya pasti akan menang!  Soyoka, maafkan aku.  Sebagai kakakmu, aku gagal menang.....


Berbeda denganku yang sedang depresi, teman-teman sekelasku yang lain sangat bersemangat.


"Baiklah!  Ayo bersorak untuk para gadis!"


"Wooooooooooooooooooooo!"


Aku tahu pria di kelasku itu idiot semua.  Mereka tidak ada lawan.


Mereka jauh lebih termotivasi dengan ini daripada dalam pertandingan mereka sendiri.


Kompetisi putri adalah basket dan voli.  Pertandingannya seharusnya berada di lapangan terbuka.  Tapi, sepertinya mereka memainkannya di gym.


Mereka dibagi dua karena waktu pertandingan basket lebih pendek dan memiliki lebih sedikit pemain.  Tujuan mereka sangat jelas seperti yang kuduga.


Tim softball menaiki tangga di ruang dalam gym yang disebut galeri.


Para gadis di dalam sedang memainkan permainan setengah lapangan di sisi lapangan.


"Panas!"


Di dalam gym terasa panas.  Aku bersandar pada pagar besi untuk mencari udara sejuk.


Matahari di luar panasnya tak tertahankan, tetapi udara di dalam ruangan juga sangat pengap.  Sekarang belum bulan juni, iya kan?  Aku merasa seolah cuacanya semakin panas setiap tahunnya.


Tapi, aku tidak tahan dengan antusiasme orang-orang ini yang mencengkeram handuk dan bersorak untuk mereka.


"Hikaru-chan!  Berjuanglah!"


"Akiyama-san dengan seragam olahraganya ...... terlalu cantik......"


"Hikaru-sama!  Drible aku, dong!"


"Drible Hikaru-chan terlihat luar biasa dalam banyak hal."


Mungkin seharusnya aku tidak mengikuti mereka ........ tatapan mereka terasa menyakitkan.  Mereka semua adalah yang terburuk, tetapi aku harus mempertimbangkan tentang bergaul dengan teman laki-laki di tahun keduaku.......


Dua gadis tercantik di kelas, atau bahkan di tahun ajaran, Hiragi Hikaru dan Akiyama, bermain di tim yang sama.  Secara sekilas, itu terlihat seperti keajaiban.


Dengan suara keras yang bergema sebagai latar belakang, akan sulit bagiku untuk tidak mengkhawatirkannya, tapi mereka berdua tetap sehebat biasanya.  Hiragi tersenyum dan melambaikan tangannya, sementara Akiyama hanya melihat ke depan dengan ekspresi dingin di wajahnya.  Apakah mereka sudah terbiasa menjadi pusat perhatian?


Keduanya memiliki rambut yang diikat ke belakang dengan ikat rambut yang diikat layaknya bandana.  Karena gym dipisahkan untuk pria dan wanita, jadi ini adalah pemandangan yang langka untuk dilihat.


"Sumi, ayo lakukan yang terbaik di babak kedua!"


"Ya, tentu!  Kita harus menang, Hikaru!"


Hikaru dan Sumi bertukar kata dan mengepalkan tinju mereka bersama-sama.  Sebuah halaman dari masa muda mereka yang cantik.  Itu adalah pemandangan gemerlap yang pantas dipajang sebagai poster.


Sulit dipercaya bahwa belum lama ini mereka berdua berada di jalur yang bertentangan.


Setelah berteman di rumahku, mereka menjadi semakin akrab setelah masa ujian.


Dengan Hiragi di pihaknya, bullying terhadap Akiyama mulai menghilang.  Tapi mungkin saja mereka melakukannya di balik layar.  Yah, aku tidak tahu.


Tapi setidaknya, kupikir itu berkat Hiragi bahwa situasinya berhasil diselesaikan dengan sangat lancar.  Dia juga senang karena dia memiliki lebih banyak kesempatan untuk berhubungan dengan Mizuki saat dia membantu ketua kelas dalam pekerjaannya.


"Sumi!"


Di lapangan, sebuah umpan melayang dari Hiragi menuju Akiyama.  Hiragi adalah atlet serba bisa yang mampu bermain baik di hampir semua cabang olahraga selain tenis, yang merupakan olahraga utamanya.  Dia tampil sama baiknya dengan anggota tim basket.


Dia menyebut Akiyama seorang jenius, tetapi kupikir dia juga seorang jenius.


"Serahkan padaku."


Akiyama tidak atletis seperti yang lain.  Kemampuan fisiknya tidak buruk, tetapi ketangkasannya lemah.


Namun, melalui pelatihan rahasia yang intensif, ia telah mengubah dirinya menjadi atlet yang sangat baik.  Dia tidak berniat untuk mengambil jalan pintas tidak hanya dalam studinya, tetapi juga dalam berbagai aspek.  Aku bahkan ikut dipaksa olehnya untuk bergabung.


Melompat ringan di depan jaring, Akiyama melepaskan bola dengan bentuk yang indah.


Bola yang mengambil lintasan yang ideal, menangkap pusat sudut, dan langsung menembus jaringnya.


"Wooooooooo!"


"Nice play!"


Sorak-sorai para pria mengguncang jendela gym.


Nah, setelah semua latihannya itu, sudah sewajarnya dia bisa melakukannya.


"Ya!"


Hiragi bergegas mendekat dan mengangkat tangannya di depan Akiyama.


"Eh, eh ... eh?"



Akiyama dengan canggung menanggapi tos tersebut.  Saat aku memperhatikannya, mataku bertemu dengannya.  Aku bertanya-tanya apa yang dia pikirkan saat dia mengangkat tangannya untuk melakukan tos dan mengarahkannya padaku.


Dia hanya mengangkat dua jari tipis dan menjulurkannya pada suatu sudut.


Mulutnya begitu kendur sehingga tidak ada yang tahu apa maksudnya kecuali kau melihatnya dari dekat.


"Akiyama-san menatapku dan membuat tanda damai!"


"Tidak, itu untukku.  Menyerahlah."


"Lah?  Bukannya itu untukku, ya?"


Suara-suara di sekitarku hanyalah kebisingan belaka, yang bahkan tidak sampai ke dalam kesadaranku.


Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari Akiyama.  Entah kenapa, waktu terasa melambat.


Pertukaran ini, yang berlangsung kurang dari lima detik, tampak seperti melambangkan hubungan kami sejak April.


Aku mengulurkan tanganku sekuat yang kubisa dan mengacungkan jempol padanya, meskipun dia tidak bisa menjangkauku bahkan jika aku mengulurkan tangan padanya.  Senyuman secara alami muncul di wajahku.


Kupikir jarak ini tepat untuk kami.


Akiyama melanjutkan pertandingannya setelah merasa puas.


Kombinasinya dengan Hiragi kembali membobol pertahanan tim lawan.


"Sepertinya aku tidak perlu mengkhawatirkannya lagi."


Aku berjalan keluar dari gym, membelakangi suara bola dan teman-teman sekelasku yang bersemangat.


Aku adalah seorang kakak yang menyayangi adiknya.


Akiyama juga seorang kakak yang mencintai adiknya.


Kami adalah teman ibu yang terhubung melalui adik-adik kami.


Ini hubungan yang aneh, tapi aku merasa nyaman dengan hubungan kami saat ini.


Iku dan Soyoka adalah teman, jadi kurasa sebagai kakak mereka, kami juga harus berteman.


***


Setelah ball game selesai, ketika aku pergi menjemputnya dari TK, Soyoka berlari ke arahku, sambil memegangi bola karet biru dengan kedua tangannya.


"Soka mau main bola juga!"


Dia mengangkat bola anak-anak dari TK di atas kepalanya.


Ketika aku menceritakannya tentang ball game, matanya berbinar.  Bahkan anak TK pun bisa memainkannya dengan bola sederhana.  Dengan tiang besar dan lunak, aku tidak perlu khawatir tentang cedera.


"Ayo!  Kupikir ball game masih belum cukup!"


"Siapa suruh kalah lebih awal."


"Aku sengaja menghemat energiku untuk bermain dengan Soyoka."


Akiyama, yang juga datang untuk menjemput Iku, menatapku dengan dingin.


Dia benar, aku punya waktu luang di sore hari karena aku dihancurkan di pagi hari.


Di sisi lain, Akiyama dan tim putri lainnya telah melakukannya dengan baik, menempati posisi kedua di seluruh kompetisi sekolah.


Bahkan senyum kemenangan di wajah Akiyama adalah satu-satunya hal yang kuterima hari ini.


"Onii-chan kalah....?"


Aku hampir bisa mendengar efek suara dari wajahnya.  Bola terjatuh dari tangan Soyoka.


"Onii-chan, bukan yang terbaik....."


"Soyoka ....... sial, andai saja jika aku lebih kuat, aku tidak akan membuat Soyoka terlihat begitu sedih......!"


Ya Tuhan.  Aku tidak percaya Soyoka sangat mengharapkan kemenanganku.


Aku merasa seperti telah menjadi ...... kakak yang buruk.


Tinjuku jatuh dan menghantam tanah.  Bola yang dijatuhkan Soyoka menggelinding ke samping.


"Aku bisa mengalahkan Onii-chan sekarang."


"Ya, Soyoka-chan.  Denganku yang berada di tempat kedua di seluruh sekolah, kita dapat dengan mudah mengalahkannya."


"Sumi-chan hebat!"


"Mari kita kalahkan dia bersama-sama."


Padahal kau habis dihancurkan juga, bukan?!


Kau memang berhasil mendapatkan angka, tapi kemenangan itu datang dari kekuatan Hiragi.


Soyoka menatap Akiyama dengan mata polos berbinar.


"Apakah aku ditargetkan oleh Soyoka?"


Ya Tuhan.  Soyoka sedang disihir oleh Onee-chan yang buruk.  Aku tidak boleh kalah!


"......Baiklah.  Ayo kita main lempar tangkap untuk Soyoka!"


"Ya!"


Aku melirik guru TK, dan ia berkata, "Silakan." sambil menunjuk ke arah taman bermain.


Bagus.  Sepertinya orang dewasa juga diperbolehkan menggunakan tamannya.  Ada banyak taman di zaman sekarang yang tidak boleh dipakai untuk bermain bola.


Soyoka dengan senang hati mengambil bolanya dan menuju Iku.


"Mau main juga?"


"Ya.......!"


Iku, yang cenderung pemalu, tersenyum polos di depan Soyoka.


Kami berempat pindah ke area yang luas di halaman TK dan berdiri agak jauh satu sama lain.


"Orang yang mengambil kue adalah orang yang paling tertarik."

[TL: Dia asal ngomong.]


"Kau pasti tidak tahu apa artinya, bukan...."


Soyoka membuat pernyataan misterius dan melepas bola itu dengan kedua tangannya.  Bolanya berguling perlahan di tanah dan mencapai kakiku.


Aku mengambilnya dan menggulingkannya ke arah Soyoka dan Iku, yang berdiri berdampingan.


Keduanya mengejarnya.  Hei, kalian berdua terlalu dekat!


"Kerja bagus, Soyoka!  Kau pemain bola yang sempurna!"


"Keren ....... oh, tidak.  Jika Iku mulai berolahraga, bangku penonton akan dipenuhi oleh para gadis....."


Adikku yang imut, tetap terlihat imut, tidak peduli apa yang dia lakukan.


Kami berempat terus bermain bola untuk sementara waktu.  Aku tidak tahu apakah mereka sudah terbiasa atau tidak, tapi Soyoka dan Iku mulai bermain berduaan saja.


"Kyota."


"Hmm?  Ada apa?"


Akiyama memanggil namaku dari samping.


Akiyama memalingkan wajahnya dan untuk beberapa alasan, ia tidak berbicara.  Dia hanya menggerakkan ujung bibirnya.


"Apa?"


"Tidak, tidak.  Itu ....... aku bersenang-senang hari ini.


"Oh?  Itu bagus, bukan?"


Akiyama tergagap dan sedikit tersipu.


Meskipun aku tiba-tiba diberi tahu apa yang dia rasakan ....... tapi memang benar bahwa Akiyama tampak bersenang-senang dengan Hiragi.  Ini menyegarkan karena dia tidak pernah seperti ini di sekolah sebelumnya.


"Ya, benar.  Ini berkatmu, Kyota."


"Apakah itu karena aku sangat lucu ketika dikalahkan begitu parah......?"


"Tidak, tidak."


Dia menggantung rambutnya ke atas telinganya dan menatapku dari sudut, seolah malu.


"Aku bisa bersenang-senang karena Kyota adalah orang yang memberiku kesempatan untuk mengenal Hikaru-san ....... jika kamu tidak melakukan itu, aku mungkin akan dibenci oleh semua orang."


"Aku tidak melakukan banyak.   Semua itu berkat Soyoka dan Iku."


"Aku setuju.  Aku juga harus berterima kasih kepada mereka."


Itu adalah hal aneh bahwa Akiyama bisa sejujur ini.  Aku yakin ini pasti karena efek kelelahan yang ia terima karena berolahraga sepanjang hari, yang jarang dia lakukan.


"Tapi Kyota adalah orang yang membuat langkah pertamanya.  Kamu membantuku meski itu bukan urusanmu.  Jadi, terima kasih."


"O-Oh.  Sama-sama?"


"Apanya?"


"Tidak, bukan apa-apa."


Ini tidak ada hubungannya denganku?


Kami melihat kedua adik kami yang saling melempar bola dengan cara yang unik.  Keduanya sangat berbakat!  Terutama Soyoka, yang mungkin akan berlaga di Olimpiade masa depan.  Maaf karena adikku terlalu jenius.


Aku akan melakukan apa pun demi bisa membuat mereka tetap tersenyum.


Tentu saja, dengan bantuan teman ibuku.


"Apakah Onii-chan dan Sumi-chan saling jatuh cinta?"


"Tentu saja tidak.  Aku cuma jatuh cinta pada Soyoka."


"Masa?!  Onii-chan suka Sumi-chan, kan?!"


"Sudah kuduga bahwa anime siang hari buruk untuk pendidikan anak."


"Soka pikir Onii-chan dan Sumi-chan sangat cocok."


Soyoka tersenyum dan merentangkan tangannya lebar-lebar.


Apa dia tidak tahu kalau Akiyama akan marah jika dia mengatakan hal seperti itu di depannya?


Aku menguatkan diri untuk menerima makian darinya.  Tapi ketika aku melirik ke arah Akiyama, aku melihat bahwa wajahnya sedikit memerah.



"Eh?"


Aku agak tersentak pada reaksinya yang tak terduga.


Melihat tatapan kami, Akiyama buru-buru membalikkan badan.


"Kyota."


"Y-Ya!"


"Aku mau pulang."


"O-Oh, begitukah?  Sampai jumpa lagi."


Tanpa menunjukkan wajahnya, Akiyama mengambil tas sekolahnya di sudut halaman.


Setelah memastikan bahwa Iku mengikutinya, dia pergi ke tempat parkir sepeda.


Apa-apaan dengan reaksinya itu?


"Soyoka, kata-kata anehmu tadi telah membuat Kakak Sumi marah.  Kau harus berhati-hati lain kali."


"Tidak, kok."


"Mari kita minta maaf besok, oke?"


"Gamau."


Soyoka menundukkan kepalanya dengan jijik.


Soyoka ... Ya Tuhan.  Aku tidak akan bisa hidup jika Soyoka meninggalkanku.......!


"Haruskah kita pulang juga?"


"Ya!  Apa ada puding hari ini?"


"Ya!  Dan itu buatan kakakmu sendiri!"


"Buatan Onii-chan......!  Hebat!"


Aku hanya perlu menyeduhnya dan membiarkannya dingin, itu saja.


Terima kasih bubuk ajaib ...... itu langsung berubah menjadi puding hanya dengan mencampurkannya dengan susu.  Rasanya enak dan Soyoka menyukainya.  Aku tidak bisa berhenti bersyukur pada upaya pabrik tersebut dalam membuatnya.


Aku mengembalikan bola dan berjalan menuju tempat parkir sepeda.  Aku bertanya-tanya apakah Akiyama sudah pergi sekarang?


Ketika aku melihat Soyoka duduk di jok sepeda, aku langsung lupa pada apa yang terjadi sebelumnya.


Bagaimanapun juga, adikku tetaplah gadis terimut di dunia untuk saat ini.