Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Beraninya Kamu Menyukai Cewek Lain Ketika Punya Tunangan Secantik Ini?! [Vol 2 Chapter 1.4]

How Could You Like Another Girl When You Already Have A Cute Fiancée Like Me? Bahasa Indonesia




Chapter 1.4: Dan Dengan Begitu, Aliansi Dan Love Comedy Pun Berlanjut


[POV Hisame]


SMA Pusat Tokiwa punya seorang siswi yang sempurna.


Dia selalu menduduki peringkat pertama dalam ujian reguler, memiliki sikap anggun dan pendiam seperti Yamato Nadeshiko, dan memiliki kecantikan dan gaya yang membuat semua orang menoleh padanya setiap kali dia lewat di jalan.


Dia sangat cantik hingga dia memiliki korban baru lagi hari ini.


“Tojo-san, aku sudah mencintaimu sejak pertama kali aku melihatmu. Maukah kau pacaran dengan─”


"Aku menolak."


Di depan gerbang sekolah. Saat Hisame hendak meninggalkan sekolah, seorang laki-laki menempel padanya.


Seharusnya ada tempat yang lebih baik untuk menyatakan cinta, tapi dibawa ke tempat dengan suasana yang menyenangkan saja Hisame pasti tidak akan mau. Jadi, satu-satunya cara untuk para laki-laki menyatakan cinta mereka adalah dengan menyergap Hisame dalam perjalanannya.


Tapi bahkan mereka tidak diizinkan untuk mengatakan kata terakhir dari pernyataan cinta mereka itu.


Aura dingin yang dimiliki Hisame di sekelilingnya membuat para laki-laki takut, tapi mereka tetap bertahan. Jika begini saja dia putus asa, mau dibawa ke mana perasaannya?


“Bolehkah aku memintamu untuk mempertimbangkannya sedikit saja…? Aku akan menjadi pria yang layak untuk Tojo-san.”


Mata Hisame beralih ke laki-laki itu untuk pertama kalinya.


Tapi sorot matanya lebih dingin daripada es di Antartika.


"Kamu bukan pria yang tepat untukku."


Hisame berjalan dengan wajah tanpa ekspresi dan suara tanpa kehangatan.


Para laki-laki benar-benar membeku sekarang. Mereka memperhatikan rambut hitam mengkilap Hisame dan tercengang.


“Aku sangat senang aku menemukanmu, Tojo-san… betapa keren dan cantiknya dirimu…”


Laki-laki itu bergumam seperti pesan terakhir sebelum mati dan jatuh berlutut.


Hisame Tojo adalah kembang sekolah dan merupakan orang yang dikagumi oleh semua anak laki-laki di sekolah.


---Tapi itu hanyalah topeng luarnya.


(Ughhhh, hari ini pun Kouta-kun terlihat keren… Dia langsung menghampiriku saat aku membawa sesuatu yang berat waktu bersih-bersih. Kouta-kun memperhatikanku, kah…? Tidak, tidak mungkin, aku yakin Kouta-kun adalah orang baik yang memang suka membantu semua orang. Bagaimanapun, berkat Kouta-kun, aku dapat mengobrol dengannya hari ini untuk pertama kalinya dalam seminggu. Sungguh suatu berkah bisa mengobrol dengan seseorang yang kalian cintai…)


Hisame pulang sekolah sambil memikirkan Kouta.


Dia sedang berada di ruang tamu rumahnya, mengeluarkan sekotak permen gula untuk camilan ketika dia mendengar suara berkata,


“Selamat datang, Hi-tan.”


Kakak laki-laki Hisame, Haruto, muncul.


Dia tampak seperti seorang pemuda yang sedang menikmati kehidupan kuliahnya. Hisame melirik sekilas ke wajah kakaknya yang tersenyum itu dan menjawab dengan ekspresi kosong di wajahnya.


"…Aku pulang."


“Apakah ada sesuatu yang baik yang terjadi di sekolah? Kau terlihat sedikit tenang.”


Hisame menutup mulutnya dengan tangannya.


Anggota keluarganya adalah satu-satunya yang dapat melihat perubahan halus dalam ekspresi wajah Hisame.


"Biar kutebak apa yang terjadi."


Haruto duduk di seberang Hisame di ruang tamu.


“Kau balikan dengan Kouta-kun, ya?!”


“…………Alangkah baiknya jika memang seperti itu…”


Hisame depresi.


“Eh, bukan itu rupanya! Lalu, hal baik apa yang terjadi?”


“Aku mengobrol dengan Kouta-kun untuk pertama kalinya dalam seminggu.”


"Itu saja…?"


"Apa maksudmu itu saja? Kouta-kun bahkan belum mengajakku berbicara semenjak kejadian itu.”


Bayangan Kouta dengan kepala tertunduk muncul di benak Hisame.


Bersamaan dengan suara yang mengatakan, “Putuslah denganku.”


“Bukankah bagus aku bisa mengobrol dengan Kouta-kun?”


“Haa~. Jika Hi-tan bisa merasa puas dengan itu saja, maka ya sudah tidak apa-apa, deh..."


Hisame menggigit bibirnya dan mengencangkannya.


Tidak mungkin dia bisa merasa puas.


Dia ingin berbicara dengan Kouta setiap hari dan pulang bersama sepulang sekolah dengan tangan tergenggam di belakang. Dia ingin mereka balik pacaran lagi dan pergi berkencan dengannya di akhir pekan dan hari libur.


Sebelum mereka mulai berpacaran, dia pasti tidak akan menginginkan ini jika Kouta tetap tidak aktif dalam hubungan mereka.


Tapi begitu dia membuka tutupnya dan mencicipi rasa manisnya, dia tidak bisa menahan diri lagi.


“…Kenapa, Kouta-kun… Itu pasti karena dia masih tidak mau bersamaku. Saat dia mengetahui bahwa aku adalah tunangannya, dia memutuskan untuk putus denganku…”


“Tapi jika Kouta-kun tidak tahu soal pertunangan itu, maka dia tidak punya pilihan lain selain berpacaran dengan Hi-tan karena dia sudah bertunangan, kan?”


Hisame selalu berpikir begitu.


Pertunangan Hisame sudah ditetapkan saat dia masih berusia lima tahun. Itu terjadi karena dia yang ingin itu terjadi.


Tentu saja, Hisame sangat senang dengan pertunangannya dengan Kouta. Tapi Hisame selalu mengkhawatirkan bagaimana perasaan Kouta tentang hal itu.


Ketika Kouta mengajaknya berpacaran di SMA, Hisame berasumsi bahwa Kouta ingin mengenalnya dengan lebih baik sebelum mereka menikah. Mereka kan bertunangan, jadi mereka berdua sudah tahu mereka akan bersama siapa di masa depan. Karena mereka akan menikah, maka akan lebih baik jika lebih mengenal satu sama lain sekarang. Menurutnya itulah yang dipikirkan Kouta.


Jadi, setelah dua bulan berpacaran, dia merasa tidak puas dengan kurangnya ajakan untuk pergi berkencan.


Dia tahu bahwa Kouta tidak berpacaran dengannya karena dia menyukainya. Tapi dia cukup senang bahwa Kouta bersedia mengambil langkah-langkah untuk mengenal dirinya.


Begitulah, tapi─


“Aku tidak percaya bahwa Kouta-kun benar-benar…me…me…menyukaiku……”


Wajah Hisame memerah padam.


Baginya itu sudah seperti mimpi saja. Memangnya ada ya kebahagiaan yang seperti itu?


Jumlah populasi di Bumi ini adalah 7,8 miliar. Kemungkinan akan kedua belah pihak memiliki cinta yang saling terbalaskan sangatlah rendah di antara mereka. Jadi saling jatuh cinta satu sama lain itu benar-benar merupakan sebuah keajaiban.


“Hi-tan, kau terlalu meremehkan dirimu sendiri. Dari sudut pandangku, Hi-tan itu lebih menarik daripada gadis lain.”


“Kamu sudah dewasa, dan kamu melihat adikmu yang masih SMA seperti itu? Menjijikkan.”


"Hentikan! Jangan tiba-tiba menatapku begitu!”


Haruto menutupi tatapan dingin adiknya dengan tangannya.


"Tapi itu benar kok. Ketika aku menunjukkan foto Hi-tan pada teman-teman laki-lakiku, 100% dari mereka memintaku untuk memperkenalkanmu pada mereka."


“Maaf, tapi kamu membawa foto adikmu dan bahkan menunjukkannya pada orang lain? Itu menjijikkan."


"Setidaknya aku harus punya minimal satu foto keluargaku di ponselku!"


"Jangan dibahas lagi."


Hisame tiba-tiba membuang muka.


“Aku tidak akan memintamu untuk mengenalkanku pada siapa pun. Jika kamu sampai membawa seseorang dengan motif tersembunyi, maka bersiaplah.”


“Bersiap apa?!"


"Bersiaplah untuk tidak pernah bicara denganku lagi."


Haruto mengerutkan kening karena perkataan Hisame yang berlebihan.


"Aku tahu kok. Aku tidak pernah mengenalkanmu pada siapa pun, kan? Kurasa Kouta-kun juga bangga dengan Hi-tan.”


Wajah Hisame pun memucat. Tangannya bermain-main dengan permen gula yang dia ambil dari kotaknya.


“Itu sama sekali tidak boleh. Itu tidak boleh terjadi.”


"Memangnya apa yang salah dengan itu?"


“Jika semua orang di sekolah tahu bahwa Kouta-kun dan aku berpacaran…”


"Kenapa jika mereka tahu?"


Desak Haruto, dan suara Hisame terputus.


“Kouta-kun juga akan dianggap sebagai orang aneh sepertiku…!”


Itu adalah ketakutan terbesar Hisame.


Hisame sudah mengalami perasaan terasing ini sejak masih kecil dalam kehidupan grup sekolah. Dia sudah terbiasa terlupakan dalam kelompoknya. Namun, dia tidak tahan membayangkan bahwa Kouta, orang yang dia cintai, akan diperlakukan sebagai orang aneh karena berpacaran dengan dirinya.


Inilah alasan mengapa Hisame bersikeras untuk merahasiakannya saat dia berpacaran dengan Kouta.


“Kau ini aneh, tahu…? Sekarang siapa coba yang akan berkata seperti itu soal Hi-tan? Hi-tan terlalu banyak menyeret masa lalu.”


“Tidak ada yang berkata seperti itu sih sekarang, tapi aku yakin dalam hati mereka semua berpikir begitu, dan kami harus memastikan bahwa hubungan Kouta-kun denganku tidak akan pernah diketahui, karena itu akan menimbulkan masalah baginya.”


"Menurutku kau hanya paranoid..."


“Lalu, kenapa Kouta-kun memintaku untuk putus dengannya…?”


Saat mereka masih pacaran, Kouta bilang padanya bahwa Hisame bukanlah orang yang aneh.


Tapi dia pikir Kouta hanya berbaik hati mengatakan itu.


Jika menurutnya Hisame itu tidak aneh, mengapa dia memintanya untuk putus dengannya?


(Itu karena aku gadis yang aneh, bukan…? Kouta-kun bersusah payah menyukaiku, tapi karena aku ini gadis yang aneh, menurut Kouta-kun aku berbeda saat kami berpacaran…)


Kouta mengatakan sesuatu soal memaksa dirinya menjalin hubungan setelah dia mengatakan padanya bahwa dia ingin Hisame putus dengannya. Hisame tidak begitu mengerti apa yang dia katakan. Dia tidak bisa membedakan apakah Kouta ingin memberinya alasan untuk putus dengannya, atau apakah dirinya yang tidak bisa mengikuti pemikiran Kouta.


Ketika Kouta mencampakkannya, Hisame kehilangan kemampuan untuk berpikir, seolah-olah dia telah jatuh ke dalam kegelapan total.


“…Saat dia bersamaku, Kouta-kun sangatlah baik dan tidak menunjukkan sedikitpun wajah jijik. Tapi di dalam hatinya, dia mungkin berpikir aku terlalu berlebihan untuknya.”


“Kau terlalu banyak berpikir yang tidak-tidak, Hi-Tan. Kouta-kun tidak pernah mengatakan hal itu, kan?”


“Lalu kenapa Kouta-kun putus denganku? Dan dia bahkan mencoba untuk membatalkan pertunangannya. Aku sudah berpacaran dengannya selama beberapa waktu dan kurasa dia tidak ingin menikah denganku, Kouta-kun…!”


Air matanya tumpah dalam tetesan-tetesan besar.


Ketika dia menunduk, sejumlah tetesan air jatuh ke atas meja.


“Aku tidak menginginkannya… Meskipun aku… aku selalu mencintai Kouta-kun. Aku tidak akan pernah kalah dari siapa pun mengenai perasaan ini…!”


Chris, yang pernah tinggal bersama Kouta selama beberapa waktu, muncul lagi entah dari mana.


Nia pun mengaku kalau dirinya sudah berjanji akan menikahi Kouta sepuluh tahun yang lalu.


Tidak mungkin dia bisa kalah. Tidak mungkin dia bisa kehilangan cinta untuk Kouta ini.


Dia bisa bilang bahwa dialah yang paling mencintai Kouta dan cintanya pada laki-laki-laki itu lebih kuat dari cinta mereka berdua.


“Kalau begitu, Hi-tan, kau harus mencari tahu kenapa Kouta-kun ingin putus denganmu.”


"Mencari tahu…?"


“Karena kau benar-benar tidak tahu apa yang tak disukai Kouta-kun dari Hi-Tan, kan?”


“Seperti yang kubilang, itu karena─”


"Itu hanya spekulasimu bukan, Hi-tan?"


Haruto melemparkan permen gula ke dalam mulutnya.


“Kita perlu mencari tahu persis apa yang menyebabkan Hi-tan dan dia memutuskan hubungan dan pertunangan kalian. Kalau tidak, Hi-tan tidak akan bisa membuat segalanya menjadi lebih baik.”


Hisame, dengan wajah tertunduk, menekan kedua tangannya di dadanya yang besar.


“Bisakah semuanya menjadi lebih baik dari sini…? Aku tidak bisa melakukan apa-apa jika memang aku ini orang yang aneh─ ”


“Jadi kau akan menyerah begitu saja pada Kouta-kun?”


“─”


Haruto mengatakannya sambil menggigit sepotong permen gula.


“Kouta-kun ingin membatalkan pertunangannya dan tidak berniat untuk balikan dengan Hi-tan, kan? Jika memang begitu, maka Hi-tan harus melupakan Kouta-kun dan mencari cinta yang baru─”


Dengan bantingan, Hisame berdiri dengan kedua tangannya di pinggul.


Kotak permen gula di atas meja pun terguncang.


Ruang tamu yang luas itu langsung tertutupi badai salju. Haruto tidak terpengaruh oleh kemarahan diamnya Hisame. Dia hanya tersenyum tipis dan bertanya,


“Hi-tan, kau sendiri yang bilang. Coba, kau masuk SMA demi apa?”


SMA Pusat Tokiwa adalah sekolah menengah atas prefektur yang berukuran sedang.


Sekolahan itu tidak memiliki karakteristik khusus dan hanya memiliki siswa dari kelas menengah dalam hal kemampuan akademik.


Hisame, yang lulus dari Universitas Harvard dengan nilai rata-rata yang tinggi, ikut mengalami kesulitan memasuki SMA Tokiwa karena alasan─


“─demi merasakan romcom dengan Kouta-kun selama masa SMA kami!”


Tegas Hisame.


(Benar. Aku sudah lupa alasan sejak awal aku datang ke sekolah ini. Tujuanku adalah untuk jatuh cinta dengan Kouta-kun, menjadi kekasihnya, dan menjalani kehidupan SMA yang manis dengan mencintainya…! )


Itu sudah tercapai, untuk sementara.


Kouta jatuh cinta padanya.


Kouta menyatakan cinta padanya dan mereka menjadi sepasang kekasih.


Namun hari-hari bahagia itu tidak berlangsung lama.


(Aku masih kelas satu SMA… Masih terlalu dini untuk menyerah. Kouta-kun adalah pahlawanku. Aku tidak akan pernah menyerahkannya pada siapa pun, aku akan mencari tahu alasan kenapa Kouta-kun kehilangan cinta untukku dan selesaikan masalahnya. Lalu, Kouta-kun dan aku akan kembali menjadi kekasih lagi─)


Melihat mulut Hisame tersenyum tipis, Haruto pun tersenyum lega.



Chapter 1 Completed