Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Romcom Ala Wali Murid [Vol 1 Chapter 2]

The Love Comedy Which Nurtured With A Mom Friend Bahasa Indonesia


Chapter 2: Adikku Terlalu Imut Saat Mengenakan Seragam TK


"Onii-chan!  Sekarang aku sudah TK!"


"Ya, Soyoka.  Hari ini adalah upacara masuk TK!"


Di tengah ruang tamu, Soyoka berdiri di atas sofa dengan penuh percaya diri.


Seragam TK terlalu cocok untuknya.  Tunggu, apakah itu seragam custom? Apakah itu dirancang khusus untuk Soyoka?


Padahal baru kemarin dia belajar merangkak, tapi sekarang dia sudah tumbuh sebesar ini!


Pertumbuhannya membuat air mataku mengalir.  Dia terlihat dewasa dengan seragamnya itu.  Senyum lebarnya membuatku jadi ingin tersenyum juga.


Aku ingin tahu apakah dia akan tumbuh menjadi seorang gadis yang bisa berpakaian sendiri dalam tiga tahun ke depan?


"Onii-chan, sudah selesai!"


Semakin bertambah usianya, semakin ingin membuatku menangis.


Tapi, aku lega karena upacara masuknya digelar hari Sabtu.  Tidak, bahkan jika itu di hari sekolah, aku akan membolos untuknya, jadi kapan pun itu tidak masalah.


Lagi pula tidak akan ada banyak kelas di awal tahun ajaran baru.


***


Pagi ini, aku mengeluarkan pakaian dari mesin cuci, lalu memasukkannya dalam keranjang cucian plastik.


Hari ini cuacanya cerah seolah-olah merayakan upacara masuk Soyoka, dan cuciannya pasti akan kering dengan baik.


Aku keluar ke halaman yang dilengkapi dengan rumput buatan dan meletakkan keranjang cucian di sana.


"Onii-chan, Soka akan membantumu."


Soyoka berkata begitu sambil mengenakan sandal jepit.


Dia masih belum bisa mengucapkan "Soyoka" dengan benar, dan itu membuatnya semakin terlihat imut.


"Oh, kalau begitu, tolong ambilkan satu per satu."


"Oke!  Mulai hari ini, Soka sudah dewasa!"


Dia mengambilkan pakaian dari keranjang dengan tangan yang goyah.  Ketika aku menerimanya, aku mengambilnya pelan-pelan, memerasnya, dan menjepitkannya dengan jepitan.


Sebenarnya, dibantu oleh Soyoka malah membuatnya semakin lama, tapi aku senang dengan perasaan ini.  Selain itu, anak-anak bisa mempelajari banyak hal dengan melakukan hal-hal seperti ini.


Aku ingin dia terus mencoba hal-hal yang menarik dan meningkatkan apa yang bisa dia lakukan.


"Onii-chan..."


"Hmm?  Ada apa?"


"Apa Mama tidak datang hari ini?"


Aku terbatuk karena Soyoka tiba-tiba menanyakan hal itu.


Melihat matanya yang sedikit basah, tanpa sadar aku tersedak.


"....Ah, itu karena ... dia sibuk bekerja."


"Oh, begitu ... untungnya aku punya Onii-chan!"


Soyoka mengangkat sudut bibirnya dan juga kedua tangannya dengan penuh semangat.


Hatiku terasa sakit karena telah membuat anak kecil seperti ini khawatir.  Padahal kau tidak perlu melakukan hal seperti itu.


Alasan mengapa Soyoka memiliki wajah muram adalah karena ibunya pergi bekerja meskipun hari ini adalah hari yang cerah.

[TL: Maksudnya ini adalah hari yang bagus buat main sama anak.]


Setelah mengambil cuti hamil dan cuti merawat anak selama satu periode reguler, ibuku memohon padaku untuk diizinkan kembali bekerja.


Itu terjadi saat Soyoka sudah berusia sekitar 1 tahun.  Aku mengerti betapa sulitnya situasi kedua orang tuaku, tapi aku juga tidak mengerti di saat yang sama.  Apalagi ini terjadi bukan hanya hari ini.


Orang tuaku pada dasarnya selalu tidak ada di rumah.  Ayahku ditugaskan ke luar negeri sendirian, dan ibuku harus bekerja setiap hari.  Ini sudah biasa bahwa ia berangkat kerja di hari libur dan pulang di hari kerja setelah Soyoka tertidur.


Aku sendiri tidak memedulikannya.  Tapi, Soyoka masih dalam usia yang ingin dimanja oleh ibunya.  Sedangkan aku tidak bisa menggantikannya sebagai ibunya.


Baru-baru ini, aku sangat menyadari hal itu.  Yang bisa kulakukan hanyalah mencurahkan kasih sayangku sebanyak yang kubisa.  Itu saja.


Aku harus melakukan yang terbaik agar Soyoka tidak akan merasa kesepian!


"Baiklah, sudah selesai."


"Jemurannya penuh!"


Setelah menjemur cuciannya, Soyoka meninggalkan kesan misterius.  Aku mengambil keranjang dan kembali ke ruang tamu bersama Soyoka.


Aku sibuk di pagi hari, tapi untungnya hari ini aku sedang libur, jadi aku punya sedikit waktu luang.  Sebaliknya, aku harus menyimpan semua energiku untuk upacara masuk TK adikku.


Bagaimanapun juga, ini adalah event sekali seumur hidup dalam hidupnya.  Jadi sebagai kakaknya, aku tidak boleh melewatkannya.


"Onii-chan!  Iketin!"


Soyoka mengangkat ikat rambut favoritnya tinggi-tinggi.


"Ah, serahkan padaku!"


Aku telah berlatih mengikat rambut di internet hanya untuk hari ini!  Aku menyuruh Soyoka duduk di kursi dan berdiri di belakangnya.


Aku sangat antusias dengan upacara masuknya.  Karena pakaiannya adalah seragam sekolah, jadi gaya rambutnya harus keren.


Biasanya, aku hanya mengikatnya menjadi kuncir dua, tetapi hari ini berbeda.


Sambil mengingat langkah-langkah yang telah kupelajari di internet, aku mengikat rambut Soyoka di belakang.


"Ano ... apakah di sana boleh menggambar!"


"Di TK, Soyoka boleh melakukan apa pun yang Soyoka inginkan!"


"Apakah di sana ada perosotan juga?"


"Tentu saja!  Di sana ada kotak pasir juga, loh!"


"Fuhaha, aku sangat menantikannya!"


Soyoka melambaikan kaki dan menggoyangkan tubuhnya dalam mood yang baik.


Rambutnya, yang tumbuh sebahu, ternyata sangat halus.  Setiap helaiannya tipis, dan jika aku memasukkan jari-jariku ke dalamnya, itu langsung menyebar.


Akhirnya, aku memutar poni yang telah dikepang dengan lembut ke belakang dan menjebitnya dengan pin.  Kalau tidak salah, namanya "half-up" kan?  Jika aku menambahkan jebitan rambut mawar yang besar, maka kita akan dapat melihat Soyoka yang berwarna-warni dalam upacara masuknya.


"Baiklah, sudah selesai!"


"Apakah aku terlihat imut?"


"Tentu saja.  Bukankah kata imut hanya ada untuk Soyoka?  Kita harus menambahkannya ke dalam kamus.  Tunggu, aku akan menghubungi penerbitnya...."


"Ayo cepat berangkat, Onii-chan!"


Ah, rencanaku untuk menambahkan Soyoka ke dalam kamus bahasa Jepang ... Soyoka, yang berdiri di pintu depan, melompat-lompat kegirangan.


Setelah mengenakan sepatu baru, kami meninggalkan rumah.  TK adikku berada dalam jarak yang ditempuh menggunakan sepeda, tapi mari kita berjalan kaki hari ini.


Sebagai informasi, tentu saja aku berpakaian dengan rapi.  Aku melakukan looting di kamar ayahku dan meminjam jasnya.  Karena hari ini adalah panggung yang cerah untuk Soyoka, jadi aku tidak ingin dia merasa malu karenaku.


"Soyoka, apa yang harus dilakukan saat menyeberangi zebra cross?"


"Mengangkat tangan!"


"Itu benar!  Adikku memang sangat jenius...."


Melewati daerah perumahan yang tidak banyak dilalui kendaraan, cukup dengan berjalan sedikit saja akan membawamu ke TK adikku.


Soyoka terus menggenggam tanganku saat berjalan.


"Sudah sampai?"


"Masih setengah jalan lagi.  Kita sedang berada di jalan untuk tiga tahun ke depan."


Adikku sudah pernah ke PAUD sebelumnya, tetapi TK berada di level yang sama sekali berbeda. Perbedaan utamanya adalah dalam hal pendidikan.


Kukira itu cuma masalah tempat, tetapi di PAUD yang Soyoka hadiri, dia selalu diawasi dan tidak ada banyak waktu untuk belajar.  Sedangkan di TK, mereka akan mengajarkannya matematika, membaca dan juga menulis.  Dia akan memiliki banyak tugas, tetapi bagi Soyoka, itu akan menjadi hari yang menyenangkan.


"Jika mereka mendidiknya, maka bakat Soyoka akan berkembang pesat dan seluruh Jepang akan ketar-ketir. ------ Tidak, dia sudah jenius di segala bidang."


"Onii-chan suka sekali ngomong sendiri."


Senyumanku secara alami keluar dengan sendirinya.  Aku ingat betul rute ini karena ini adalah jalan yang telah kulalui berkali-kali untuk melihat-lihat.


Saat aku berjalan sambil melihat Soyoka dan pemandangan di sekitarnya, aku melihat pintu masuk TK dari kejauhan.


"TK!  Kita sudah sampai!!!"


Wajahku berbunga-bunga saat melihat Soyoka melompat-lompat penuh semangat.


Di samping gerbang utama, ada papan nama berwarna-warni yang bertuliskan "Upacara masuk TK".  Sontak, aku langsung menyuruh Soyoka untuk berdiri di samping papan nama yang berwarna-warni tersebut dan menyalakan ponselku.


"Soyoka!  Lihat kemari!  Sial, ini terlalu imut.  Apakah adikku itu malaikat?  Dewi?  Tidak, tidak.  Dia tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata yang ada di bumi."


"Onii-chan berisik!"


Aku mengambil banyak gambar dengan mode pemotretan secara berturut-turut dari ponselku.  Suara shutter bergema di sekitarnya.  Penyimpanan ponselku mungkin akan terisi penuh hari ini ... aku harus merekam semua momen yang ada di upacara masuk TK demi Soyoka!  Ngomong-ngomong, haruskah aku menyiapkan dua ponsel untuk merekam video juga?  Atau mungkin, haruskah aku pergi ke depan dan menyiapkan seperangkat lengkap kamera untuk merekam videonya?


"Sudah, ah!  Onii-chan berisik!"


"Ah, sekali lagi Soyoka..."


Wajah cemberunya juga imut.  Dia terus memainkan topinya dengan tangannya, seolah-olah penasaran tentang betapa nyamannya topi itu.


Di sini, kami menjadi tontonan oleh orang di sekitar karena aku, seorang anak SMA, sedang dimarahi oleh seorang balita.  Yah, terus memangnya kenapa kalau aku berisik?  Lagi pula ibu-ibu di sekitarku juga sama hebohnya denganku.


Sejujurnya, keteganganku sudah mencapai puncaknya.  Jika aku tenang di sini, maka aku bukanlah kakaknya!  Kami melangkah masuk ke dalam TK dengan penuh semangat.


Sepertinya, semua orang sedang menunggu di sini karena masih ada waktu sampai upacara masuknya dimulai.  Wajah anak-anak yang lain cerah dan penuh ekspektasi pada TK yang akan mereka hadiri.  Tapi sebaliknya, wajah Soyoka malah mendung.


"Mama..."


Melihat anak-anak lain datang bersama ibunya, Soyoka pun menjadi sedih.


Dengan mulut yang rapat, ia terlihat seolah-olah sedang menahan diri untuk tidak menangis.


"------Baiklah, Soyoka.  Aku akan menggendongmu di bahuku!"


Soyoka berhenti dan beberapa pasang orang tua dan anak-anak melewatinya.


Orang tuaku tidak tahu bahwa di balik ekspresi tegar Soyoka, dia sedang menyimpan kesepian yang mendalam.


"Ya!"


Aku mengangkat Soyoka dan menaruhnya di bahuku.  Ini cukup menyakitkan karena ia menjenggut rambutku.


Namun, tidak peduli seberapa menyakitkannya itu, itu bukanlah apa-apa asalkan Soyoka merasa senang.  Aku akan melindungi senyuman Soyoka meskipun orang tua kami tidak ada di rumah.  Itulah yang kutekankan pada diriku sendiri.


"Aku akan berputar!  Oooo!"


"Onii-chan berisik banget!"


Meskipun ia mengeluh, tapi dia tampak bersenang-senang sambil meneriakkan "Kyaa!"


Aku mengambil ponselku dan mengambil selfie.  Dengan langit biru sebagai latarnya, aku berhasil mendapatkan senyuman Soyoka.


Setelah bermain-main sebentar, aku menurunkan Soyoka dan menarik napas.


Apakah upacara masuknya akan segera dimulai?  Aku melihat sekeliling karena tidak tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya.  Para orang tua dan anak mereka juga sedang bersenang-senang dengan cara mereka sendiri.


"Iku, tidak, aku ingin tahu apakah aku boleh memanggilmu Pangeran?  Betapa imutnya ... bukankah TK ini dibuat khusus untuk Iku?  Keimutan dan ketampanan Iku akan berkembang hingga titik maksimalnya di sini.  Tapi jangan coba-coba untuk bersikap baik pada para gadis, oke?  Suatu hari nanti kamu akan ditusuk dari belakang olehnya, loh."


"Onee-chan berisik banget."


Di luar, tepatnya di belakangku, aku mendengar suara seorang wanita muda yang berpura-pura tenang, tetapi suaranya yang merdu itu terus menanjak.


Bukankah dia baru saja mengatakan hal yang kurang lebih sama sepertiku...?


Sepertinya kami akan akrab!  Lagi pula, kami agak mirip!


Sambil berpikir begitu, aku menolehkan pandanganku.


Seorang wanita berkulit putih tampak puas saat melihat foto yang baru saja dia ambil.  Dia melonggarkan mulutnya dengan tenang dan membelai kepala anak laki-laki itu.


Sejujurnya, kupikir dia cantik.  Meskipun penampilannya masih muda, tapi dia yang mengenakan jaket dan rok biru muda yang lembut membuatnya memiliki kesan keibuan.


Sheesh!  Jangan menatap istri orang lain!


"Apakah Onii-chan menyukainya?"


"Aku tidak menyukainya."


"Tapi Onii-chan meliriknya terus, kan?"


Para gadis memang tumbuh dewasa lebih cepat, apalagi belakangan ini mereka sangat tertarik pada hubungan asmara karena pengaruh dari drama dan anime.


Wanita yang sedang menarik tangan anak laki-laki itu melihat ke arah sini, mungkin karena dia mendengar percakapan kami.



Baru setelah aku bertatap mata dengannya, aku menyadari bahwa kami saling mengenal satu sama lain.  Atmosfernya sangat berbeda dari dirinya yang biasanya, jadi aku tidak bisa mengenalinya.


"A-Akiyama....?"


"Oh, apakah itu Kuremoto-kun?"


Dia dengan cepat merubah ekspresinya dan bertanya tanpa basa-basi.  Aku terkejut bahwa Akiyama mengingat namaku.


Di kelas, dia selalu duduk di mejanya dan tidak tertarik pada siapa pun.  Bahkan saat jam istirahat, dia juga tidak pernah berbicara dengan siapa pun dan selalu belajar dengan membuka buku pelajarannya.


Ekspresi lembutnya langsung menghilang seolah-olah apa yang kulihat barusan adalah sebuah kebohongan.  Dan sebaliknya, wajah seperti patung yang tidak ada celah sedikit pun muncul.


Setelah membersihkan tenggorokannya, dia membuka mulutnya setelah melihatku dan Soyoka secara bergantian.


"Astaga.  Kamu bahkan sampai menyusup ke dalam TK demi memuaskan hobimu sebagai penyuka gadis kecil.  Aku akan melaporkanmu sebagai kewajiban seorang warga negara."


Akiyama dengan gerakan yang sangat alami menempelkan ponselnya ke telinganya.


Hei, hei!  Kau tidak benar-benar akan melaporkanku, kan?!


"Memangnya kenapa ... lagi pula ini adalah hari upacara masuk TK adikku.  Jadi wajar saja kan jika aku ada di sini?"


"Adik ... hmm, sepertinya kamu jujur.  Kalian memiliki mata yang sama."


"Eh, benarkah?"


Tunggu, kenapa aku merasa senang?


Ketika aku sedang tersenyum selebar yang kubisa, aku disambut dengan tatapan jijik dari Akiyama.


"------ kohon.  Apakah alasanmu ke sini juga sama denganku?"

 

"Ya, aku sedang mengantar adikku, Iku."


"Akiyama punya adik juga?  Kalau begitu, malaikat yang ada di sini adalah adikku, Soyoka.  Bukankah dia imut?"


 "Ya, tapi tidak seimut Iku."


Akiyama dengan bangga mengatakan itu sambil menyilangkan lengannya.


Aku bertanya-tanya apakah orang ini benar-benar Akiyama Sumi?  Gadis yang berdiri di depanku ini tidak cocok dengan sosok yang menjadi pembicaraan di antara para anak laki-laki di sekolah.


Akiyama hampir tidak pernah mengekspresikan perasaannya di kelas.  Bahkan ketika berbicara, dia tetap bersikap dingin.  Itulah yang selalu terjadi.  Tapi, bagaimana bisa dia berbicara secara alami seperti ini dan bahkan mudah untuk diajak berbicara?


"Onee-chan.  Siapa dia?"


Anak laki-laki bernama Iku itu menunjuk ke arahku dan memiringkan kepalanya sedikit.


Jadi, dia adalah adiknya Akiyama, huh?  Jika dia datang ke upacara masuk TK, itu artinya dia seumuran dengan Soyoka.


Mungkin karena malu pada orang asing, jadi dia memeluk pinggang Akiyama dan bersembunyi di belakangnya.


Akiyama jongkok dan menyejajarkan matanya dengan Iku.


"Dia teman sekelasku."


"Teman?"


"Yah ... begitulah."


Mendengar itu, Iku bertepuk tangan.


Sepertinya, aku dianggap teman olehnya.  Yah, teman sekelas memang termasuk teman.  Meskipun cukup mengejutkan karena kata-kata itu keluar langsung dari mulutnya.


"Onii-chan tidak bilang padaku kalau sudah punya pacar, xixixi."


"Dia bukan pacarku!"


"Ya, ya.  Soka senang!"


Akiyama menatap tajam padaku saat mendengar pernyataan Soyoka.


Maafkan aku, dia masih belum cukup umur untuk memahami apa yang barusan ia katakan.