Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Si Cupu Rupanya Suhu [Vol 1 Chapter 4.7]

The Asocial Guy Who Gets Pushed Around Is Actually The Strongest Bahasa Indonesia




Chapter 4.7: Kemungkinan Untuk Tidak Dapat Bertemu Dengan Pria Asosial Lagi


"Di mana Ketua Kelas?"


Aku bertanya, tapi, Yankee Anakuma malah tertawa.


"Siapa yang tahu?"


"Kalau begitu, aku tidak memerlukan kalian."


"Apa?!!"


Kelompok Yankee Anakuma yang marah dengan kata-kataku, berbalik ke arahku sambil mengacungkan senjata mereka.


Seperti yang kuduga, jaraknya masih terlalu jauh dan sulit untuk dijangkau.  Namun, jika itu masalahnya, maka akan bagus jika aku bisa menyerang tanpa memangkas jarak.


"Ooh!  Kau tidak bisa lewat jika tidak bertarung!  Toraishi Den!  Bukankah kau datang untuk menyelamatkan sang putri!"  kata Yankee Anakuma sambil tersenyum santai.


"Jangan berbicara seolah-olah dia adalah putriku, bodoh!"  kata Den-kun sambil menghindari bat dan tiba-tiba tertawa meski ia tampak sedang kewalahan.


"Maaf saja, tapi ksatrianya adalah orang lain."  kata Den-kun saat menimpali Yankee Anakuma.


Aku masuk ke dalam melewati pintu masuk di belakang kelas.  Di sana, masih ada meja dan kursi yang sudah tidak terpakai lagi.


Saat aku memegang sandaran kursi, tanganku langsung terselimuti debu.


"Huh!  Hanya ada kursi dan meja yang rusak di sini!  Tidak ada gunanya untuk mencari senjata sekarang!"


Seorang Yankee dengan bat masuk ke dalam kelas dari pintu masuk depan.


"Oh ya?  Sedang mencari senjata, huh?"


Aku melemparkan kursi dengan tangan kananku ke arahnya saat dia berbicara.


Yankee Anakuma yang terkejut dengan kursi yang terbang ke arahnya, secara refleks berusaha memukulnya dengan bat.  Tapi sementara itu, aku kembali melemparkan kursi kedua dengan tangan kiriku.


"Ouch!!!"


Tidak mampu menghindari kursi yang kedua, Yankee Anakuma itu pun langsung terkena pukulan langsung di kepalanya.


Sebelum ia bisa melihatku, aku berlari melompati kursi, menutup jarak, dan menendang wajah Yankee Anakuma itu.  Yankee Anakuma, yang wajahnya ditendang olehku, terbang ke belakang.


Namun, itu bukan akhirnya.  Aku langsung mengambil bat milik Yankee yang terjatuh itu dan melemparkannya ke arah Den-kun.


"Den-kun!"


"Oh!"


Dari pintu masuk belakang, Den-kun mengulurkan tangannya dan menangkap batnya.


"Woi!"


Para Yankee yang melihat temannya dihajar di dalam kelas, akhirnya menyadariku dan mengalihkan perhatian mereka kepadaku.


"Yang di kelas terakhiran saja!  Kita harus menghancurkan yang ini dulu!"


Sepertinya, target Yankee Anakuma telah dipersempit menjadi Den-kun terlebih dahulu.


"Oi!  Kalian pasti bercanda!"


Den-kun memukulkan betnya ke rongga lawannya.


"Ittee!!!  Oraaaa!!!"


"Perhatikan bagian belakangmu juga!"


Den-kun meneriakkan demikian kepada mereka.  Tiga orang Yankee Anakuma yang tersisa, mengalihkan perhatian mereka ke bagian belakang mereka.


"Tidak apa-apa jika aku memperingati mereka, kan?"


Aku keluar dari pintu masuk sebelumnya menuju lorong dan mengarah ke bagian belakang Yankee Anakuma.


Aku menghantamkan kursi yang kupegang ke atas kepala Yankee Anakuma.  Kursi yang menghantam kepalanya membuat suara yang melinukan.


Dengan kepala berputar, Yankee Anakuma yang terkena hantaman kursi terjatuh ke lantai.


Dua Yankee yang tersisa, yang terganggu konsentrasinya karena serangan mendadak dariku, terhuyung-huyung karena terkena hantaman dari bat Den-kun.


Den-kun memukulkan batnya dua kali berturut-turut terhadap para Yankee yang sudah sempoyongan.


"Haa..."


"Haa..."


Dua orang terakhir pun akhirnya terjatuh ke lantai ....... dan tak bisa bergerak lagi.


Satu-satunya hal yang bergema di lorong adalah napasku dan Den-kun.


"Kau baik-baik saja, Akira?"


"Ya, aku baik-baik saja."


"Baiklah ... ayo kita pergi."


Kami segera berlari menuju ke depan.


Aku memang mengatakan bahwa aku baik-baik saja, tapi aku sebenarnya tidak baik-baik saja.


Selain itu, setelah mendengar kabar bahwa Ketua Kelas telah ditemukan, perasaan yang tidak diketahui di dalam diriku mulai meluap dan dorongan yang kuat hampir menjalar ke seluruh tubuhku.


Ini adalah pertama kalinya aku diguncang oleh emosi yang begitu intens, dan sejujurnya, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.


Jika aku kehilangan akalku, maka aku akan kehilangan diriku.


'Ketua Kelas, kau ada di mana...?'


Ketika aku sedang memikirkan Ketua Kelas dengan keras, tiba-tiba aku teringat pada hari di mana kami pulang ke stasiun bersama.


"Betapa senangnya berbicara dengan Usui-kun!"


Sejak hari itu, senyum berkilau milik Ketua Kelas kepadaku tidak bisa lepas dari ingatanku.  Hatiku berdebar-debar karena kupikir itu indah.


Sampai beberapa waktu yang lalu, hubungan antara Ketua Kelas dan aku hanyalah teman sekelas.  Tapi baru-baru ini, kami menjadi teman dekat dan Ketua Kelas telah memenuhi banyak ruang di hatiku.


Aku sangat berharap bahwa kami bisa kembali ke kehidupan yang damai itu, di mana kami berdua bisa belajar sepulang sekolah dan juga pulang bersama.  Dan untuk mewujudkannya, apa pun yang terjadi, Ketua Kelas harus bisa kuselamatkan.  Jika dia kenapa-kenapa, aku tidak akan memaafkan siapa pun yang telah menyakitinya.  Aku juga tidak bisa memaafkan diriku sendiri yang tidak mampu untuk melindunginya.


"Bertahanlah ....... bertahanlah!"


Setelah berlari menyusuri lorong dan berbelok ke sudut.  Kami bisa melihat tangga yang mengarah ke lantai dua.  Karena makhluk bernama Bos itu memiliki image menyukai tempat yang tinggi, jadi tidak diragukan lagi bahwa dia pasti ada di lantai atas.


Kemudian, ketika aku hendak naik, aku menyadari adanya cairan yang berkilauan yang mengalir dari atas.


Ada tiga Yankee Anakuma yang sedang memiringkan kaleng perak dari lantai dua dan mengalirkan cairan misterius itu ke arah tangga.


Aku menghentikan langkahku saat menyadari identitas cairan itu dari baunya yang aneh.  Tapi Den-kun, yang langsung menaiki tangganya dengan penuh semangat, terpeleset dan terjatuh begitu derasnya.


"Woi, apaan tuh?!  Lengket-lengket apaan, nih?!"


Mungkin karena terjatuh, dahi Den-kun menjadi merah dan ada cairan di tubuhnya.


"Kekeke!  Itu lilin!  Sekarang, apa yang akan kalian lakukan?!  Kalian tidak akan bisa naik ke atas!  Sekadar informasi, kami juga sudah menuangkannya di tangga yang lain!"  kata Yankee Anakuma saat menjelaskan cairan apa itu.


Aku tidak tahu apakah itu benar bahwa itu juga ditaburkan di tangga lain.  Namun, jika itu benar, itu artinya hanya akan membuang-buang waktu saja jika kami menuju ke tangga lainnya.


Ada 12 anak tangga.  Sulit untuk menaikinya tanpa menginjakkan kaki di atasnya.


Ya ... jika saja ada tempat untuk menginjakkan kaki, kami pasti akan bisa naik ke atas dengan lancar...


"Sial...!  Apa tidak ada yang bisa dijadikan pijakan di sini?!"


Melihat Den-kun yang tampak kecewa, aku pun menyarankan sesuatu padanya.


"Apa?"


"Den-kun ... maukah kau menjadi pijakanku?"


"Heeee?!"


Den-kun selalu memakai masker hitam, jadi aku tidak bisa melihat apa reaksinya.  Namun, jika dinilai dari suaranya saat ini, tampaknya wajahnya sedang terdistorsi.


Pada saat itu, aku tiba-tiba terdengar tawa nyaring di dalam gedung sekolah.  Itu adalah tawa ganas dari lantai atas.


"Kuromatsu ada di lantai dua, huh!" teriak Den-kun.


"Kekeke!  Sebentar lagi, Kuromatsu-san akan memanjakan gadis yang dibawanya!  Kalian tunggu saja di sana sampai gadis itu habis dipakai layaknya kain polo!"


Para Yankee Anakuma tertawa di atas tangga.


Tanpa sadar, aku mengepalkan tanganku.  Kukuku sampai mengoyak daging di telapak tanganku sendiri.


"Sial .... aku tidak punya waktu untuk ragu!  Bodo amatlah!  Akira!  Silakan injak aku sepuasnya!!!"


Den-kun berbaring seolah menutupi tangganya sambil berteriak keras.


Untuk menghindari tergelincir saat berbaring di tangga yang licin, jari-jarinya menempel pada celah anak tangga.  Posisi Den-kun berada di tengah-tengah.


'Dengan ini, aku pasti bisa menaikinya!'


Aku mundur sedikit dan berlari menuju Den-kun.  Melompat dari bawah tangga, menginjak punggung Den-kun dan melompat lagi, meraih bahu Yankee Anakuma yang menatapku dengan ekspresi terkejut, menariknya ke bawah, menginjaknya, dan tiba di lantai dua.


"Hei, kau, kau, kau …… apa-apaan itu?!"


Rupanya, gerakanku barusan sangat tidak bisa dipercaya.  Dua Yankee yang tersisa, mundur dan terduduk di lantai.


Ketika aku melihat ke bawah dengan dingin, mereka saling berpelukan dan gemetar.

 

"T-T-Tolong ampuni kami....!!"


Sepertinya mereka tidak bisa berbicara dengan baik karena bibirnya gemetaran.


"Aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas, tapi..."


Mata para Yankee itu terbuka dan bernapas pendek dan cepat.  Di mata yang memandangku itu, ada perasaan memohon ampunan yang muncul bersamaan dengan air mata.


Namun, aku menanggapinya dengan dingin.


"Kalian tidak akan memaafkanku jika aku yang memohon seperti ini, kan?"


Para Yankee itu berteriak dan kabur.


Kemudian, mereka meluncur ke bawah tangga dengan lilin yang mereka taburkan sendiri.  Mungkin, karena terjatuh ke bawah dengan momentum yang luar biasa, mereka pun tidak bisa bergerak setelah mendarat di bawah.


Baik Den-kun maupun Yankee Anakuma, sama-sama berguling ke bawah tangga dengan lilin yang berceceran.


"Den-kun?  Apa kau baik-baik saja?"


Aku mencoba memanggil rekanku yang telah menemaniku sejauh ini.  Tapi, tidak ada tanda-tanda kalau Den-kun akan menjawabnya.  Mungkin dia pingsan karena aku menginjaknya terlalu keras.


Tapi, tidak ada waktu lagi untuk menunggu Den-kun bangun.


Agar tidak menyia-nyiakan kerja samaku dengannya, aku pun langsung memutuskan untuk maju sendiri.


Di koridor lantai dua, tidak terlihat satu pun sosok Yankee Anakuma.  Namun, dari suatu tempat, terdengar suara seseorang sedang berbicara.


Berdasarkan tawa yang kudengar beberapa saat yang lalu, tidak diragukan lagi bahwa Kuromatsu Genji ada di sana.


Ada sesuatu yang panas yang meluap dari dalam tubuhku.  Aku pun berlari menuju ke arah suara itu berasal dalam diam sambil menggertakkan gigi agar tidak kehilangan ketenanganku.



Chapter 4 Completed