Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Si Cupu Rupanya Suhu [Vol 1 Chapter 4.1]

The Asocial Guy Who Gets Pushed Around Is Actually The Strongest Bahasa Indonesia




Chapter 4.1: Kemungkinan Untuk Tidak Dapat Bertemu Dengan Pria Asosial Lagi


[POV Shizuka]


Malam itu, aku diantar ke stasiun oleh Usui-kun.


Aku tenggelam dalam perasaan bahagia.  Aku memang belum bisa menjadi kekasihnya Usui-kun, tapi aku merasa seperti kami telah jauh lebih dekat dari sebelumnya.


'Apakah segini saja sudah cukup?'


Baru-baru ini, aku mulai bertanya-tanya apakah sudah cukup bagiku jika hanya bisa berteman dengan Usui-kun?


Sebenarnya, aku ingin bersamanya lebih sering lagi.  Aku ingin berkencan dengannya pada hari libur.  Jika memungkinkan ... aku ingin menjadi lebih dari sekadar teman dengannya.


Tapi ... aku takut jika aku meminta hubungan lebih dari ini, maka hubungan baik kami sebagai teman akan hancur.


Kupikir, bukan hal bagus untuk menjadi serakah.


Sebelum tidur, aku menelepon Hiromi dan memintanya untuk mendengarkan semua kekhawatiranku.


"Tidak, jangan takut.  Jika kamu berpikir bahwa kamu sudah puas dengan situasi saat ini, maka kamu akan menyesal nanti."


Hiromi, yang tidak paham apa yang sedang kukhawatirkan, justru merekomendasikan kencan.


"Huh?  Kencan adalah sesuatu yang hanya dilakukan oleh orang yang sudah pacaran, bukan?  Sedangkan kita masih berteman, oke?"


"Bahkan teman sekalipun juga bisa pergi berlibur bersama, bukan?  Apa salahnya jika kita menyebutnya sebagai kencan?"


Ngomong-ngomong, saat terakhir kali aku jalan-jalan dengan Hiromi, Hiromi mengatakan "Kita berkencan!" dan dia tampak bersemangat.


Kami menonton film populer bersama-sama dan makan hamburger di restoran cepat saji.


Itu adalah pertama kalinya aku pergi bergaul bersama temanku, jadi aku sangat gugup sepanjang hari.


'Itu adalah kenangan berharga, kenangan yang ingin kuhargai seumur hidupku.'


Tapi, apakah jalan-jalan bersama Hiromi dengan jalan-jalan bersama Usui-kun adalah sama?


Alasan mengapa aku merasa kalau itu berbeda adalah karena aku terlalu sadar akan Usui-kun.


"Apakah itu akan baik-baik saja?"


||  "Tentu saja.  Lagi pula, aku tidak berpikir kalau Usui akan menolakmu, iya kan?"


"Hmm, tapi..."


||  "Kenapa lagi?  Apa kamu masih punya masalah lain yang mengganggumu?"


"Yah, ada banyak hal-hal baik yang terjadi padaku akhir-akhir ini, jadi, aku merasa takut.  Aku berterima kasih pada Usui-kun atas bantuannya, yang membuatku tidak terluka, aku juga bisa menginap di rumah Hiromi, lalu aku juga tidak bermusuhan dengan semua orang di kelas.  Jika aku menjadi serakah dan memaksa berkencan dengan Usui-kun, bukankah aku akan mendapatkan hukuman dan juga mendapat masalah besar yang tak terelakkan nantinya?"


||  "Jangan membuat flag yang tidak menyenangkan ... jika kamu ingin menggumamkan sesuatu, maka gumankanlah hal-hal yang menyenangkan..."


Aku merasa bahwa Hiromi sedang cemberut di balik telepon.


"Aku tidak bercanda.  Aku merasa terlalu damai akhir-akhir ini."


||  "Memangnya berapa banyak insiden yang pernah terjadi dalam hidupmu?"


Itu benar.


Aku sebenarnya ingin menjalani kehidupan yang damai dan tenang seperti ini...


||  "Lalu, kenapa kamu tidak mengajaknya kencan saja?  Saat kalian berkencan nanti, kamu mungkin akan mengetahui tentang betapa sadarnya ia tentangmu.  Bukankah kamu sangat ingin mengetahuinya?"


Aku menelan ludahku saat Hiromi mengatakan itu.


"Itu ... yah, aku mungkin ingin mengetahuinya juga...."


||  "Selain itu, ada kemungkinan bahwa Usui akan berdebar-debar saat melihat Shizuka yang berbeda dari biasanya, bukan?"


'Usui-kun akan berdebar-debar saat melihatku...?!'


Kemauan dalam diriku menguat saat mendengar kata-kata Hiromi.


"Oke, aku akan mencoba mengajaknya berkencan akhir pekan ini."


||  "Ah, kabari aku jika hubungan kalian menjadi lebih baik, oke?!"


"Oke!  Terima kasih, Hiromi!  Aku akan melakukan yang terbaik kali ini!"


Setelah itu, Hiromi dan aku membicarakan tentang ujian berikutnya dan kemudian saling menutup telepon.


Setelah memastikan bahwa panggilannya telah terputus, aku menghela napas.


'Aku akan mengajaknya berencan besok.'


Hanya dengan memutuskan itu saja sudah membuatku merasa sangat gugup dan berdebar-debar.


Aku ingin langsung tidur setelah selesai menelepon Hiromi, tapi karena gugup, aku jadi tidak bisa tidur.


Ketika aku mematikan lampu dan menutup mataku, penampilan keren dari Usai-kun, yang membantuku di dalam gang dan juga saat melindungiku dari bola bisbol, mulai melintas di pikiranku


Jantungku tidak bisa berhenti berdebar.


'Aku akan sangat senang jika pria keren seperti itu bisa menjadi pacarku!!'


Aku tidak bisa tidur karena terus memikirkan hal-hal seperti ini.


Aku sibuk sendiri di tempat tidurku karena mengingat-ingat keberanian Usui-kun.


Namun pada akhirnya, aku merasa bahwa tanggal sudah berganti...


***


Hari berikutnya saat jam istirahat makan siang.


Aku sedang menunggu dengan sabar sampai Usui-kun sendirian.


Namun, entah kenapa, si Trio Idiot malah mengobrol di sekitar tempat duduknya.


Karena Usui-kun jarang terlibat dalam percakapan mereka, jadi aku merasa bahwa tidak perlu bagi mereka untuk mengobrol di dekatnya.


Ketika dia sudah sendirian, aku hanya perlu pergi ke tempat duduknya dan mengajaknya kencan, jadi tidak perlu bagiku untuk merasa gelisah.  Ini semudah seperti saat mengajak Hiromi karena kami sudah berteman sebelumnya.


Aku berpura-pura membersihkan kotak pensilku sambil menunggu.  Aku menggosok-gosokkan penghapusku pada buku catatan yang kosong.


'Semoga Usui-kun cepat-cepat sendirian...'


Ketika aku sibuk menggosok penghapus dengan pikiran seperti itu, Trio Idiot akhirnya pergi meninggalkan tempat duduknya dan keluar untuk pergi ke lorong.


'Sekarang saatnya!'


"Usui-kun!  Ano ... bolehkah aku meminta waktumu sebentar?!"


"Huh?"


Aku langsung pergi ke tempat duduk Usui-kun dan memanggilnya, dan Usui-kun menatapku dengan mata mengantuk.


Mungkin karena dia habis makan siang, jadi dia terlihat jauh lebih mengantuk daripada biasanya.


"Uhm ... apakah kamu luang Minggu nanti?"


"Minggu?  Yah ... aku tidak punya rencana khusus hari itu."


"Kalau begitu ... mengapa kita tidak pergi ke toko buku bersama-sama?"


"Toko buku?"


"Yah, aku ingin membaca buku favorit Usui-kun juga.  Buku tentang bertahan hidup dan buku tentang pertahanan diri."


"....Bisakah aku meminjamkannya padamu saja?"


"Aku senang jika kamu mau meminjamkannya, tapi aku ingin membelinya sendiri.  Jika kamu meminjamkannya padaku, aku tidak akan bisa membacanya dengan santai karena berpikir kalau aku harus mengembalikannya lagi secepatnya."


"Begitu ... kalau begitu, Ketua Kelas harus merekomendasikan buku untukku juga nanti."


"Oke!  Kalau begitu ... bisakah kita ketemuan di depan gerbang tiket di Stasiun Neko Okazawa pada pukul 10 pagi?"


"Oke.  Apa kita akan mengadakan sesi belajar lagi hari ini?"


"Maaf ... aku punya sesuatu yang harus kulakukan hari ini..."


"Aku mengerti.  Sampai jumpa lain kali."


"Ya, aku sangat menantikan hari Minggu nanti!"


Setelah mengatakan itu, aku kembali ke tempat dudukku.


Begitu aku duduk, aku langsung menutup wajahku dengan kedua tanganku hingga tidak ada satu pun yang bisa melihatnya.


Kemudian, aku berteriak dalam hatili.


'Aku berhasil mengajaknya kencan!!!'


Aku berusaha menghentikan ekspresi wajahku secara manual.


Tangan yang menempel di pipiku berguna untuk menahan pergerakan sudut mulutku yang terus naik.


Tapi, aku tetap tidak bisa berhenti merasa lebih bahagia dari biasanya.


Kupikir, aku akan bisa memaafkan semual hal yang akan terjadi tidak peduli apa itu.  Bahkan jika ada anak laki-laki yang bermain bola di kelas dan membuat tempat sampah beranyakan, aku akan tetap tersenyum layaknya Saint.


Pertama-tama, aku harus pulang bersama Hiromi hari ini.


Sayang sekali aku tidak bisa mengadakan sesi belajar dengan Usui-kun karena aku harus memberitahu Hiromi tentang apa yang terjadi hari ini dan memintanya untuk mengonsultasikan tentang kencan kami nanti.


Aku harus memikirkan rencana kencan kami, mengoordinasikan pakaian, dan membeli semua yang kuperlukan pada hari Sabtu.


Masih ada empat hari sebelum hari Minggu tiba, tapi jika aku mempersiapkannya dengan penuh semangat, hari itu akan datang dalam sekejap.


Aku sudah tidak sabar...


Aku yakin aku pasti akan terus bersemangat seperti ini selama 4 hari ke depan.