Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Si Cupu Rupanya Suhu [Vol 1 Chapter 2.7]

The Asocial Guy Who Gets Pushed Around Is Actually The Strongest Bahasa Indonesia




Chapter 2.7: Pria Asosial Yang Tak Terkalahkan


Aku melihat bola bisbol melayang di udara.


......Tidak, itu tidak melayang.  Itu terbang ke arah sini.


Bola itu menuju tepat ke arah wajahku yang tidak bisa bergerak sama sekali.


Ada hawa dingin yang menjalar di punggungku. 


'Oh, rasanya pasti sakit jika terkena bola itu, kan?'


Tubuhku tidak mau bergerak, dan hanya pikiranku saja yang masih mau berjalan.


'Jika aku terus seperti ini, maka aku akan terkena pukulan langsung!'


Ketika aku sedang memikirkan itu, posisi bola yang mendekat ke arahku tertarik ke samping.


Bolanya keluar dari jalur ke arah wajahku.  Tapi, aku tetap tidak bisa bergerak menghindarinya.


'Jika terus seperti ini, aku akan tetap terkena bolanya!'


Lalu, pada saat berikutnya, sarung tangan yang kotor karena lumpur membentang ke arah bolanya dan mencengkeramnya.


Orang yang menangkap bola itu adalah Usui-kun.


"Ugh..."


Aku mendengar suara pendek dari Usui-kun di telingaku.


Pada saat yang sama, tubuhku miring dan terjatuh ke bawah.


Padahal aku terjatuh, tapi rasanya tidak sakit.  Tanah di mana aku terjatuh sangat hangat dan bernapas.


"M-Maafkan aku.  Maaf.  Aku telah tertarik oleh momentum bolanya..."


Itu adalah Usui-kun, yang dadanya naik dan turun di punggungku.


Tangan kanan Usui-kun melingkar di pinggangku, yang berbaring di atasnya. Sedangkan tangan kirinya memegang bola bisbol.


'Sepertinya Usui-kun telah membantuku lagi....'


"T-Terima kasih.  Maaf..."


Usui-kun mengatakan bahwa dia merasa lega karena dia tidak terkena pukulan bola yang keras itu.


"Yah, lebih dari itu ... kupikir Ketua Kelas adalah orang yang luar biasa yang bisa melakukan apa yang sedang dia pikirkan."


"Maksudnya...?"


Aku tidak tahu apa yang sedang dia katakan, jadi aku bertanya kembali padanya.


Kemudian, Usui-kun melanjutkannya dengan posisi tergeletak di tanah.


"Kebanyakan orang di dunia ini tidak melakukannya.  Bahkan jika mereka merasa khawatir pada seseorang, mereka tidak akan melakukan apa-apa.  Bahkan jika mereka tahu kalau mereka harus melakukannya, mereka tetap tidak akan melakukan apa-apa.  Itu sebabnya, menurutku, Ketua Kelas yang mau bergerak ketika ia merasa khawatir pada orang lain adalah orang yang luar biasa..."


Ngomong-ngomong, apakah dia sedang meminta maaf atas ketidaknyamanan yang kurasakan sebelumnya?


Aku sangat senang pada fakta bahwa Usui-kun ternyata orang yang baik hati dan mengakuiku, dan hal-hal yang hangat mulai menyebar di hatiku.


"Tapi ... aku tidak melakukan apa-apa selain melakukan hal-hal yang tidak berguna?"


"Aku mengerti apa yang Ketua Kelas rasakan."


"Apa?  Kenapa?"


"Karena aku sama denganmu ... aku juga merasa sangat khawatir."


"Usui-kun juga?"


"Ya, ketika aku sedang belajar, aku sering berpikir tentang apa yang harus kulakukan jika ada orang-orang yang mencurigakan masuk dan mulai mengamuk di kelas.  Oleh karena itu, aku mencari tahu tentang bagaimana cara mengatasi orang yang mencurigakan dan teknik pertahanan diri untuk memastikan bahwa aku tidak akan mudah diserang.  Itu sebabnya, kemampuan bertarungku menjadi sangat kuat....."


Aku tidak tahu bahwa Usui-kun berpikir seperti itu.


Apakah dia khawatir tentang bertemu dengan orang-orang yang mencurigakan, dan sebagai hasil dari pelatihannya untuk melawan orang-orang yang mencurigakan, dia menjadi cukup kuat untuk membunuh orang yang mencoba untuk membawaku pergi beberapa hari yang lalu?  Gila, sih.


"Itu ... pasti latihan yang sulit, kan?"


Kebanyakan orang mungkin akan membayangkan hal seperti itu. Tapi, aku tidak tahu berapa banyak orang yang benar-benar akan mengambil tindakan untuk itu.  Apalagi, Usui-kun lah yang mengatakannya.


"Aku masih memikirkan tentang apa yang harus kulakukan jika ada bola bisbol yang terbang ke arahku sehingga aku bisa menangkapnya.  Terkadang, ada saat-saat di mana kemungkinan yang tidak mungkin terjadi justru terjadi, sehingga apa yang kulatih menjadi berguna..."


Aku ingin tahu seperti apa ekspresi Usui-kun, jadi aku mengangkat wajahku.


Ketika aku tersenyum padanya, Usui-kun melihatku dan membalas tersenyum lembut padaku.


"Aku lega ... karena Ketua Kelas tidak terkena bolanya."


Ketika aku melihat wajahnya, dadaku terasa sesak.


'Apa-apaan itu?  Apakah wajahmu sungguh terlihat seperti itu?'


Wajahku memanas.  Aku malu untuk melihatnya.  Jadi, aku melihat ke arah yang sama sekali berbeda, dan muncul seseorang di sana.


Sekitar 5 meter jauhnya, aku bisa melihat dua anggota tim bisbol yang kebingungan saat melihat ke arahku.


Tiba-tiba, aku teringat tentang pose kami sekarang...


"Eh?  Eeeeeeehhh?!!!  A-Ano, b-bisakah kamu melepaskanku sekarang...?"


"Kenapa?"


"Yah ... itu karena anggota tim bisbol sedang melihat ke arah sini."


"Hmm?  Ah, maaf!!"


Wajah Usui-kun memerah dan dia membantuku berdiri setelah ia berdiri duluan.


Kemudian, dia melemparkan bola yang dipegangnya ke arah anggota tim bisbol.


Bola itu terbang ke arah anggota tim bisbol dengan suara yang bagus.


Seorang anggota tim bisbol yang menangkap bola melepas topinya dan menundukkan kepala lalu kembali kepada rekan-rekannya di lapangan.


Setelah melihatnya pergi, Usui-kun berkata,


"Maafkan aku.  Aku lupa tentang posisi kita barusan."


"Tidak, tidak.  Tidak apa-apa!  Sejujurnya, aku juga melupakannya!"


Jantungku berdebar-debar.  Aku merasa sangat gugup akhir-akhir ini, seolah-olah umurku tinggal sebentar lagi.


Setelah detak jantung kami kembali normal,


"Sudah hampir waktunya untuk pulang ke sekolah, jadi kupikir aku harus menyelesaikan tugasku sebagai Komite Kecantikan."


Usui-kun mengatakan hal tersebut dengan lembut.


"Haruskah aku membantumu membersihkannya juga?"


"Tidak, tidak.  Tidak perlu.  Terima kasih."


Usui-kun mulai mengumpulkan kantong sampah berisi gulma dan mengambil satu sarung tangan yang jatuh ke tanah.


"Dah..."


Setelah mengucapkan selamat tinggal singkat, Usui-kun mulai berjalan pergi. 


Beberapa saat kemudian, tubuhku bergerak sendiri.


Tanpa sadar, aku menemukan diriku sedang menarik jersey Usui-kun dari belakang.


"Ada apa?"


"Oh, tidak, um..."


"Um?"


"Ah, itu ... terima kasih banyak.  Terima kasih karena telah membantuku  menghindari bolanya ... aku juga merasa senang dengan apa yang kamu katakan sebelumnya."


Aku mengatakannya dengan cepat, dan mulai berlari tanpa melihat wajah Usui-kun.


"Terima kasih atas kerja kerasmu sebagai Komite Kecantikan!"


Lalu meneriakkan itu sebagai ucapan selamat tinggal.


Aku merasa sangat malu hingga tidak bisa mengkonfirmasi seperti apa ekspresi Usui-kun barusan.


Tepat setelah bel pulang sekolah berbunyi, para anggota klub langsung menyebar di sana-sini.


Aku yakin bahwa para murid yang mau pulang pasti akan berkerumun di dekat gerbang sekolah.


Aku ingin langsung pulang sambil berlari, tapi hampir tidak ada ruang kosong di gerbang sekolah.


Jadi, aku berjalan dengan kecepatan rendah dengan napas yang berat.


Aku telah berlari hingga paru-paruku terasa sakit.


Jantungku berdebar-debar. Tapi bukan karena aku berlari.  Aku sadar bahwa itu karena penyebab yang lain.


'Oh, tidak ... m-mungkinkah aku menyukai Usui-kun?!  Kehangatan dada Usui-kun. lengan yang melingkar di pinggang.  Suara lembutnya yang menenangkanku.  Semua itu mengguncang hatiku!!'


Ketika aku melihat Usui-kun yang hendak pergi untuk bersih-bersih, aku tanpa sadar menahannya.


Apa yang ada di hatiku saat itu adalah keinginan untuk bersamanya lebih lama lagi.


Ketika aku bertemu dengannya di bulan April, aku hanya khawatir bahwa dia sedang dibully oleh para Yankee.


Aku hanya berpikir bahwa aku tidak bisa membiarkannya begitu saja sebagai Ketua Kelas, dan aku tidak memiliki perasaan lain selain itu.


Tapi setelah aku diselamatkan oleh Usui-kun di dalam gang, aku jadi mengetahui sisi keren dirinya, dan aku tidak bisa apa-apa selain memikirkannya terus-terusan, dan aku mulai mengawasi Usui-kun dengan kedua mataku.


Dia mengerti kekhawatiranku.  Dia mengerti perasaanku.  Aku merasa sangat bahagia melebihi siapa pun karenanya.


Tapi, pada saat yang sama, aku merasa sedih.


Karena telah dilindungi dua kali oleh Usui-kun, aku pun tersentuh oleh kebaikannya. 


Tapi, sebagai Ketua Kelas, mendekatinya dengan alasan khawatir tidak akan berguna lagi.  Aku harus mengakuinya sekarang.


Sudah jelas bahwa aku tertarik pada Usui-kun sejak aku diselamatkan olehnya di dalam gang.


Alasan mengapa aku ingin mengungkap rahasianya adalah karena aku menyukainya.


'Aku menyukainya Usui-kun ... aku menyukainya.'


Aku merasa sangat emosional hingga hampir menangis.


Karena aku belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.



Chapter 2 Completed