Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Si Cupu Rupanya Suhu [Vol 1 Chapter 2.2]

The Asocial Guy Who Gets Pushed Around Is Actually The Strongest Bahasa Indonesia




Chapter 2.2: Pria Asosial Yang Tak Terkalahkan


Hiromi memegang garpu dengan tangan kirinya dan menusukkannya ke daging.


"Aku juga terkejut dengan keberanian Usui kemarin.  Aku tidak pernah menyangka kalau Usui bisa bertarung dengan baik.  Menurutku bukan Usui yang menjadi anjingnya trio idiot, tapi trio idiotlah yang menjadi anjingnya Usui!"


Hiromi tertawa dan membawa daging tersebut ke dalam mulutnya dan langsung menusukkan garpunya lagi ke daging yang lain.


"Ya. Lagi pula, itu adalah kekhawatiranku yang tidak berdasar bahwa Usui-kun telah dibully oleh trio idiot..."


Usui-kun pasti kebingungan pada kekhawatiranku kepadanya.


Ah, aku jadi malu.  Kuharap semua orang bisa melupakan semua hal yang berhubungan dengan hal itu dari ingatan mereka.


"Yah, karena Shizuka sangat mengkhawatirkannya, kamu pasti merasa lega karena mengetahui kalau Usui tidak dibully, kan?  Mengapa kamu tidak menyukainya saja?  Lihat, kamu bahkan mengingat-ngingat jati diri Usui yang sebenarnya kemarin dan menjadi bersemangat karenanya."


"Tidak!"


“Jujur saja.  Kamu pasti penasaran tentang Usui, kan?"


Tubuhku yang tadinya dingin, tiba-tiba memanas.  Jika hal-hal seperti ini terus terjadi, kupikir tubuhku akan retak layaknya gelas karena perbedaan suhu.


"S-Sebenarnya!  Alasan kenapa aku peduli dengan Usui-kun adalah karena ... aku ketua kelas!"


"Ya, ya. Aku mengerti."


Ketika kami sedang membicarakan hal ini, kotak makan siang Hiromi sudah kosong.


Di sisi lain, kotak makan siangku masih belum berubah sama sekali.  Lalu, Hiromi mencomot telur dadar dari kotak makan siangku.


Aku tidak akan mengizinkannya!  Karena nanti akan tersebar rumor yang mengatakan bahwa Hiromi memakan telur dadarku di siang bolong.  Namun, Hiromi malah berdiri sambil berkata,


"Terima kasih atas makanannya!  Telurnya enak!  Sampai jumpa lagi!"


Lalu ia memegang kotak makan siang beserta saputangannya dengan tangan kirinya.


"Apa?  Apakah kamu akan pergi sekarang?"


"Yah, kelas selanjutnya adalah seni.  Aku harus bersiap sebelum menggambar! Kurasa aku akan menghasilkan karya seni yang hebat sekarang!"


Dia melewatkan kelas olahraga, tetapi dia tampaknya bersemangat dalam kelas seni.


Tapi kurasa ini mungkin agak di luar dugaan.  Baik trio idiot maupun Hiromi, sama-sama memiliki kemampuan akademik yang cukup baik untuk bisa masuk ke SMA Yoritori dan bertekad agar tidak dikeluarkan.


Memang benar kalau kita tidak boleh menilai seseorang dari penampilannya, karena sifat mereka yang sebenarnya ada di hatinya.


Dan kemarin, ketika aku mendengar kalimat yang dikatakan oleh Den-kun kepada pria menjijikkan itu, anehnya, aku merasa yakin pada mereka.


'Mereka cukup peduli untuk ukuran Yankee.'


Faktanya, ada SMA lain di kota yang sama yang lebih cocok untuk para Yankee.  Atau lebih tepatnya, ada SMA yang cocok untuk para Yankee yang tidak peduli pada orang di sekitarnya.


Sekolah itu adalah SMA Anakuma.  SMA  yang terletak di utara kota ini dikabarkan terbuka bagi siapa saja selama mereka bisa menulis nama mereka dengan benar saat mengikuti ujian masuknya, dan mereka juga dapat bertarung dengan bebas baik di dalam maupun di luar sekolah.


Jika Hiromi adalah Yankee yang menakutkan seperti mereka yang bersekolah di SMA Anakuma, kami pasti tidak akan berteman.


Aku juga sempat berpikir begitu ketika sahabatku memiliki rambut pirang.  Tapi, aku adalah orang di sekolah ini yang paling paham kalau Hiromi adalah gadis yang sangat baik.


"Setidaknya, tunggulah sampai aku selesai makan..."


"Aku hanya bisa menggunakan tangan kiriku, jadi butuh waktu lama bagiku untuk bersiap.  Oh, itu dia.  Kenapa kamu tidak makan saja dengan Usui?"


"Ya?!"


Tiba-tiba, Usui-kun kembali ke kelas dengan sekantong roti.  Tetapi ketika Usui-kun selesai membagikan rotinya kepada trio idiot, dia pergi lagi.


"Huh?  Dia pergi lagi."


"Tidak apa-apa!  Aku bisa makan sendiri!" 


"Maaf, Shizuka.  Sampai jumpa lagi."


Sebenarnya, aku agak kesepian.  Tapi ketika aku melihat Hiromi bersenang-senang, aku merasa seolah-olah aku bisa memaafkannya.


Melihat Hiromi bersenang-senang, yang dulunya tidak dapat menikmati apa pun yang dia lakukan di sekolah ketika baru masuk SMA, membuatku merasa senang.


'Aku ingin berada di kelas yang sama dengannya tahun ini ... rasanya sulit bagiku untuk memiliki teman seperti Hiromi yang bisa diajak untuk membicarakan apapun.'


Ketika aku baru masuk kelas 2, aku sempat diundang untuk bergaul oleh beberapa gadis.  Tapi aku tidak terbiasa bergaul dengan mereka, jadi aku kebingungan dan menolaknya.  Akibatnya, mereka mengira kalau ketua kelas adalah teman yang buruk dan tidak ada yang mengundangku lagi.


Aku tidak dapat bergaul dengan baik dengan orang lain.  Aku bahkan tidak menyukai diriku sendiri yang seperti ini.


Jadi, aku hanya akan memakan setengahnya dan mulai mempersiapkan kelas berikutnya.


Kelas berikutnya adalah sastra modern.  Mendengarkan teman sekelasku membaca dengan suara keras di siang hari membuatku mengantuk ... tapi aku tidak ingin tidur selama kelas, jadi aku menahannya dengan penuh tekad.


Ketika aku sedang melakukan itu,  aku mendengar sesuatu yang berdesir di belakangku.  Lalu, aku mendengar Yoshida-kun dan Kimura-kun sedang berbicara di kursi belakang.


"Aku mendapatkannya~!"


"Hei!  Pinjamkan padaku, cepat!"


Kemudian, aku melihat ada manga yang tergeletak di kakiku.  Ada banyak manga lainnya yang tergeletak di lantai.  Lalu, aku mengambil dua manga yang berada dalam jangkauanku dan berbicara pada Yoshida yang duduk di belakangku.


"Ini."


"Oh, terima kasih, ketua kelas."


Ketika aku hendak menyerahkannya, aku melihat sampulnya.


Manga ini ...... di situ terdapat gambar seorang pria yang mencoba untuk melepas pakaian seorang wanita di bagian sampulnya.


Faktanya, jika dia mencoba untuk melepaskannya di sampul, mungkin hal itu akan berakhir dengan melepasnya secara keseluruhan di dalam isi ceritanya ... radar ketua kelasku bereaksi ketika aku menyadari bahwa itu adalah manga dewasa.


"Hei ... sekolah kita memang memiliki aturan sekolah yang longgar, tapi bukankah lebih baik untuk tidak membawa hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan belajar?  Karena terkadang ada sidak..."


Bahkan di SMA ini, yang dikenal dengan gaya sekolah yang jauh lebih liberal, juga memiliki yang namanya sidak barang pribadi.  Para guru tidak ingin terlalu membebaskan para muridnya dan membuat sekolah menjadi zona tanpa hukum.


Jika guru mengetahui bahwa mereka membawa manga semacam ini, keduanya pasti akan merasa tidak enak.


Aku hanya mengkhawatirkan tentang hal itu, tapi Yoshida dan pihak lain tampaknya tidak menyukainya.


"Ini tidak ada hubungannya dengan ketua kelas.  Maaf karena telah mengganggumu."


"Ya, itu benar.  Kami sudah tahu itu dan tetap membawanya ke sini.  Jadi, bisakah kau mengabaikannya saja?"


"Ah...... maaf......"


Aku merasa malu dan kesepian ketika teman sekelas yang tidak mengerti niat baikku sedikit pun, marah padaku.


Jadi, aku meninggalkan tempat dudukku dan pergi ke kamar mandi untuk menenangkan diri.


Ketika aku hendak meninggalkan kelas, aku mendengar suara Yoshida-kun dan temannya.


"Ketua kelas, aku merasa kasihan padamu yang telah bekerja terlalu keras."


"Itu benar, rasanya sangat menyebalkan saat melihatmu bertingkah seolah-olah kaulah yang paling benar dengan sikap penuh keadilanmu itu."


"Tidakkah kau sadar bahwa kau terlalu ikut campur?  Kau terlalu terbuai oleh sifat penuh perhatianmu itu.  Aku bahkan masih bisa hidup meski tanpa bantuanmu."


'Mengapa suara-suara itu terdengar dengan sangat jelas?  Aku tidak peduli tentang apa yang kau pikirkan terhadapku, tapi setidaknya katakanlah ketika aku tidak ada!'


Ketika aku meninggalkan kelas, aku berjalan ke arah yang berbeda dari arah di mana toilet berada.


Aku ingin pergi ke tempat yang tidak ada seorang pun di sana.  Aku ingin pergi ke tempat di mana aku tidak bisa mendengar suara siapa pun...