Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Istriku Yang Kembali Muda Ada Di Kelasku [Chapter 20]

I Have A Rejuvenated Ex-wife In My Class Bahasa Indonesia




Chapter 20: Author Yang Dirindukan


Sehari setelah ulang tahunnya.


Saat sepulang sekolah.


"Kamu sedang apa?"


Ketika aku meninggalkan gerbang sekolah, Yuzu mendekatiku seperti biasa.


Aku senang meski hanya mendengar suaranya, namun aku tidak bisa melakukan kontak mata yang benar dengannya.


Jika aku menimpali pertanyaannya, aku pasti akan menjadi salah tingkah.  Tapi, jika aku terus mengabaikannya, mood Yuzu pasti akan menjadi buruk...


"Hei!  Jangan mengabaikanku!"


"Aku tidak mengabaikanmu!"


"Aku sedang bertanya padamu, tetapi kamu tidak menjawabnya!"


"Aku sedang memikirkan apakah ini sudah benar."


"Kuharap ... tunggu, apa yang kamu bicarakan?"


"Aku sedang melatih leherku."


"Untuk apa?"


"Untuk kesehatan."


"Itu bagus jika kamu peduli pada kesehatanmu, tetapi jika kamu menggerakkannya seperti itu, itu malah akan melukai lehermu.  Kamu seharusnya menggerakkannya ke atas, ke bawah, ke kiri, dan ke kanan dengan cara yang seimbang."


"Wow, itu benar!"


"Jangan meneriakiku!"


"Siapa yang meneriakimu?!  Aku hanya terkejut dan tanpa sadar mengeluarkan suara yang besar."


"Kuharap itu benar ... mengapa kamu memainkan mata putihmu?"


"...Aku sedang melatih wajah konyol."


"Untuk apa?"


"Aku sedang berpikir untuk mengirimkan foto wajah konyolku ke Sana."


"Berlatihlah di kamar, kamu terlihat seperti orang bodoh saat melakukannya di jalanan."


"Ya, ya, aku mengerti...."


"...Kenapa kamu mengedipkan matamu?"


"Aku sedang melatih mataku."


"...Kenapa suaramu aneh?"


"Aku sedang berlatih falsetto."


"...Mencurigakan.  Kamu menyembunyikan sesuatu dariku, kan?"


"Aku tidak menyembunyikan apa pun!"


Tentu saja aku menyembunyikannya.


Senyum manisnya saat merayakan pesta ulang tahunnya memberiku perasaan romansa lagi--- sepertinya aku mulai menyukai Yuzu untuk kedua kalinya.


Perasaan semacam itu tidak boleh diungkapkan sama sekali.  Jika perasaanku terungkap, maka persahabatan antara pria dan wanita akan hancur.


Persahabatan kami bersifat selamanya!  Karena aku adalah temannya, jadi aku harus menghapus perasaan ini!


"Ngomong-ngomong, hari ini kamu luang, kan?"


Aku ingin mengurangi waktuku untuk bersama dengannya agar aku bisa menyingkirkan perasaan ini, tetapi Yuzu tampaknya suka sekali bermain denganku.


Aku harus menolaknya dengan cara yang tidak akan menyakiti Yuzuhana…….


"Tidak, waktu luangku..."


"Apakah kamu memiliki sesuatu untuk dilakukan?"


"Y-Yah ... aku sakit."


"Bagaimana kondisimu?"


Yuzu menatap wajahku.


Wajah imutnya mendekat, dan tubuhku secara perlahan mulai memanas.


"...Kelihatannya wajahmu memerah.  Apakah kamu sedang flu?"


"Aku tidak tahu apakah aku sedang flu ... intinya, aku harus beristirahat hari ini."


"Sebaiknya memang begitu.  Tidurlah yang nyenyak dan cepat sembuh.  Jika tidak, kamu akan menjalani Golden Week yang membosankan."


Golden Week akan dimulai besok.


Aku ingin menghabiskan libur panjangku dengan bermain bersama Yuzu.


Tapi……


Karena aku akan salah tingkah jika kami terus bersama, jadi aku ingin menghabiskan waktuku sendirian sampai pikiranku mulai tenang.


Yah, meski aku berniat begitu, tapi arah pulang kami sama, jadi aku akan menghabiskan waktuku bersama Yuzu sampai tiba di depan taman.


Aku sangat terhibur saat berjalan bersama Yuzu, yang gembira saat membicarakan tentang buku seni Kimiuta, tetapi aku juga merasa lega bahwa aku dapat mempertahankan poker face-ku sampai aku tiba di rumah.


"Gawat..."


Aku baru sadar kalau ada yang tertinggal ketika aku sudah sampai di rumah.


Jika itu cuma buku teks, aku akan membiarkannya begitu saja, tetapi itu adalah seragam olahragaku.  Jika aku tidak mengambilnya, seragamku akan berjamur.


Ini merepotkan, tapi haruskah aku kembali ke sekolah?


Aku akhirnya memutuskan untuk kembali ke sekolah di bawah langit yang cerah--


***


"Oh, bukankah itu Kurose-kun?  Apakah ada sesuatu yang tertinggal?"


Di depan gerbang sekolah, aku secara kebetulan bertemu dengan Akabane-senpai.


"Aku lupa membawa seragam olahragaku ... oh ya, aku sudah membaca manga senpai.  Majalah yang diterbitkan di festival sekolah tahun lalu.  Sejujurnya, itu sangat menghibur.  Ini bukan sekadar pujian belaka, karena aku memang benar-benar terhibur."


Saat aku memberikan kesanku, Akabane-senpai tertawa bahagia.


"Aku sangat menyukaimu.  Ngomong-ngomong, ada juga majalah yang diterbitkan dua tahun yang lalu, apakah kamu ingin membacanya juga?"


"Aku mau!"


Kemudian, aku pergi ke ruang klub bersama senpai dan dia membiarkanku membaca manga di sana.


Itu adalah manga action seperti manga yang telah kubaca sebelumnya.


Itu digambar dua tahun yang lalu, dan kualitas gambarnya lebih rendah daripada tahun lalu, tetapi komposisinya yang kuat tampak alami.  Meskipun jumlah halamannya sedikit, tapi itu seru, aku sampai lupa bernapas dan tanpa sadar aku telah sampai pada halaman terakhir.


Authornya pasti dewa...


"Apakah senpai sudah melakukan debut profesional...?"


"Itu mustahil.  Itu cuma manga biasa dari seorang gadis SMA yang bisa kamu temukan di mana pun."


"Itu tidak biasa!  Kamu bisa menggambar manga yang sangat menarik!  Bukankah seharusnya kau menerbitkannya?"


"Sejujurnya, aku berencana untuk menerbitkannya selama liburan musim panas."


"Bagus!  Itu luar biasa!  Aku merasa bangga karena seorang author profesional terlahir di sekolah kita!"


"Fufu, itu terlalu berlebihan.  Aku bahkan belum menerbitkannya."


"Itu pasti akan menjadi luar biasa!  Ini benar-benar menarik!  Debutmu pasti sukses!  Kau harus segera memikirkan nama penamu sekarang!"


"Aku sedang berpikir untuk menyingkat nama asliku, Chizuru Akabane, menjadi "Akazuru"."


"...Apa? Akazuru?"


"Apakah namanya aneh?"


Senpai itu tampak sedikit gelisah ketika aku tiba-tiba menjadi linglung.


Akabane Chizuru adalah Akazuru...


"Akazuru?!  Apakah itu benar-benar Akazuru?!"


"Kenapa kamu begitu terkejut?"


"Tidak, kupikir itu nama pena yang keren!"


Itu memang nama yang keren, tetapi ada alasan lain mengapa aku terkejut.


Aku kenal dengan Akazuru-sensei.


Aku telah membaca manga Akazuru-sensei selama masa ujian, aku membacanya berulang-ulang tanpa belajar sama sekali, dan dia seorang penulis yang sangat kucintai hingga aku hampir menjadi seorang ronin.


Tentu saja, setelah aku berteman dengan Yuzu, dia adalah author pertama yang kurekomendasikan padanya, dan Yuzu juga ikut kecanduan oleh karya-karya dari Akazuru-sensei.  Dia bertanya apakah ada manga lain yang bisa kurekomendasikan, dan saat aku memperkenalkannya satu per satu, dia langsung menjadi seorang otaku dan dengan cepat memperdalam persahabatan kami.  Dengan kata lain, Akazuru-sensei adalah dewa asmara bagiku dan Yuzu.


Kukira desainnya yang mirip denganku.  Tapi ternyata akulah yang meniru desainnya.


Karena Akazuru-sensei adalah lulusan dari SMA yang sama denganku...


Jika aku tidak memiliki pengetahuan tentang masa depan, aku mungkin akan tersentuh dan menangis sekarang.


Tapi aku adalah orang dari masa depan.


Aku tidak bisa merasa senang karena aku tahu apa yang akan terjadi pada Akazuru-sensei.


"Kenapa wajahmu tiba-tiba menjadi gelap?"


"Ah, aku hanya agak lapar!"


Itu terlalu buruk untuk dijadikan sebagai alasan.


Pikiranku tidak terorganisir dengan baik.


Akazuru-sensei akan mati mendadak 10 tahun kemudian.


"Apakah kamu mau ke kantin?  Aku akan mentraktirmu roti sebagai ucapan terima kasih karena telah memuji mangaku."


"Oh tidak, itu..."


Apa yang harus kuakukan?


Haruskah aku menyampaikan informasi yang kuketahui itu padanya?


Apakah mungkin baginya untuk lolos dari takdir kematian?


Namun, bahkan jika aku mengatakan "kau akan mati tiba-tiba dalam 10 tahun." dia pasti tidak akan mempercayainya.  Dan itu malah akan membuatnya merasa tidak nyaman.


Jika itu masalahnya...


"Mungkinkah kau punya rencana untuk pergi ke suatu tempat dalam waktu dekat?"


"Itu benar.  Sudah menjadi tradisi Manken bahwa kami seharusnya mengadakan kamp pelatihan selama Golden Week.  Aku ingin tahu apakah itu hanya kamp pelatihan biasa, tapi aku tidak ingin melanggar tradisi itu."


Dikatakan bahwa penyebab kematian Akazuru-sensei adalah syok anafilaksis yang disebabkan oleh sengatan tawon.


Dan ketika aku membaca wawancara di masa lalu, "Karakter dalam karyamu telah berada dalam bahaya berkali-kali, tetapi apa pengalaman paling mengerikan bagi Akazuru-sensei?" "Aku pernah disengat oleh tawon saat mengikuti kamp pelatihan ketika aku berada di tahun ketiga SMA."


Dia tidak terkena syok anafilaksis waktu itu, jadi dia tidak mati saat pertama kali tersengat .


Jadi jika aku melindunginya dari tawon selama kamp pelatihan, maka dia baru akan disengat untuk pertama kalinya pada 10 tahun ke depan.


Dia mungkin akan tetap mati nanti, tapi setidaknya aku bisa menghindarinya dari takdir kematiannya!


"Aku mau ikut!"


Akulah satu-satunya orang yang tahu tentang hal ini.


Untuk melindungi author favoritku, Akabane-senpai, yang menjadi dewa asmara bagi kami, maka aku harus melindunginya dari tawon!


"Kalau begitu, kamu harus mengajak Koikawa-san juga."


"Kenapa aku harus mengajak Yuzu..."


"Karena kamp pelatihannya diharuskan menginap.  Apa kamu tidak masalah hika hanya sendirian di sana?"


Memang benar bahwa ada perkemahan yang membolehkan pria dan wanita untuk bersama.


Aku tidak ingin membawa Yuzu ke tempat yang berbahaya, tapi ... tidak apa-apa jika aku membiarkannya menunggu di tempat yang aman, bukan?


"Oke.  Aku akan meneleponnya sebentar."


Meninggalkan ruang klub agar senpai tidak mendengarnya, aku menelepon Yuzuhana.  Aku sangat senang sampai beberapa waktu yang lalu, tetapi senpai sedang berada dalam situasi hidup dan mati.  Tapi, itu tidak akan terjadi sekarang.


||  "Halo? Ada apa?"


"Ada sesuatu yang penting, Yuzuhana."


||  "Apa maksudmu?  Apa yang kamu bicarakan?"


Aku memberitahunya keseluruhan ceritanya.


Seragamku tertinggal dan aku memutuskan untuk kembali ke sekolah.


Lalu, aku mengetahui bahwa Akabane-senpai adalah Akazuru-sensei.


Jadi, aku ingin melindunginya dari tawon untuk menghindari takdir kematiannya.


||  "Aku mau ikut juga!  Aku tidak ingin membiarkan Akazuru-sensei mati!"


Seperti yang diharapkan, dia adalah fansnya.  Tidak ada tanda-tanda keraguan sedikit pun pada kata-kata Yuzuhana.


 Namun--


"Aku akan melakukan sesuatu tentang tawonnya, jadi tolong sembunyilah di tempat yang aman nanti."


||  "Aku tidak mau."


"Tolonglah.  Tolong jangan lakukan sesuatu yang berbahaya.  Aku akan berada dalam masalah jika terjadi sesuatu pada Yuzu..."


||  "Aku juga akan mendapat masalah jika terjadi sesuatu pada Kohei.  Itu sebabnya kita berdua harus saling melengkapi.  Kita harus melindungi Akazuru-senpai sambil melindungi punggung satu sama lain!"


Yuzuhana berteriak dengan kuat.


Dia sepertinya tidak mendengarkan kata-kataku.


Aku tidak bisa membiarkan Yuzu berdiri di hadapan tawonnya, tetapi memang benar bahwa akan lebih mudah untuk melindunginya jika kami bekerja bersama.


Kami harus merencakan tindakan kami terhadap tawonnya secara menyeluruh dan melindunginya apa pun yang terjadi!


Setelah menutup telepon dan kembali ke ruang klub.  Aku memberi tahu Akabane-senpai bahwa Yuzu akan ikut, jadi dia memintaku untuk memberitahunya alamat e-mailnya karena dia akan menjelaskan detailnya nanti.