Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Si Cupu Rupanya Suhu [Vol 1 Chapter 1.3]

The Asocial Guy Who Gets Pushed Around Is Actually The Strongest Bahasa Indonesia




Chapter 1.3: Apa Yang Terjadi Pada Pria Asosial Itu?


Melihat guru datang, teman-teman sekelasku yang masih berdiri, langsung bergegas ke tempat duduk mereka masing-masing.


"Selamat pagi.  Kalau begitu aku akan memulai homeroom hari ini."


Seorang gadis terkikik saat mendengar suara guru yang membosankan itu.  Aku yakin dia pasti akan membuat candaan tentangnya nanti dengan menirukan suaranya.


"Baiklah, semuanya sudah ada di kelas, bukan?  Kalau begitu izinkan aku memberi..."


"Sensei, Usui-kun belum datang."  seruku.


Guru melihat ke arah tempat duduk Usui-kun dan ia terlihat seperti seekor merpati yang sedang memakan bean gun.


"Huh?  Ke mana si Usui-kun ini?  Dia membolos?"


"Dia sudah datang ke sekolah tadi..."


"Yah, kalau begitu tidak apa-apa.  Tapi ketika dia sudah datang nanti, ketua kelas tolong beri tahu dia untuk menghadapku nanti."


"Ya..."


Mungkin itu karena dia selalu pendiam, tidak mencolok, dan hanya memiliki sedikit hawa kehadirannya.  Entah kenapa aku jadi merasa kasihan pada Usui-kun, yang cenderung dilupakan keberadaannya bahkan oleh gurunya sendiri.


'Usui-kun, apakah dia baik-baik saja...?'


Ini adalah SMA Swasta Yoritori.  SMA yang terkenal karena kurangnya peraturan sekolah yang ketat, yang menarik banyak murid, dari mulai murid berprestasi yang serius belajar, murid atlet, gal, hingga Yankee.


Sudah sebulan sejak kelas ini dimulai.  Dan aku adalah satu-satunya orang yang mencoba untuk mewaspadai perilaku trio idiot itu.  Dan mungkin aku jugalah satu-satunya orang yang peduli pada Usui-kun.


Tapi meski begitu, aku tetap tidak bisa meninggalkan Usui-kun seperti itu sendirian.


Jika aku tidak melakukan apa-apa setelah mengetahui bahwa Usui-kun sering diganggu oleh para Yankee, maka dia sudah pasti akan menjadi pesuruh mereka.


Jika tidak ada orang lain yang mau bergerak, maka aku tidak punya pilihan lain selain melakukannya sendiri.


'Aku adalah ketua kelas, jadi ... ini adalah tugasku untuk menjaga perdamaian di kelasku.'


Baru-baru ini, aku telah memikirkannya berkali-kali di dalam hatiku.


Tepat sebelum jam pelajaran dimulai, Usui-kun kembali sambil membawa minuman.


Karena susu stroberi telah habis, jadi dia pergi ke mesin penjual otomatis di luar gedung sekolah untuk membelinya.


Tapi meski dia sudah melakukan hingga sejauh itu, Usui-kun, tetap dimarahi oleh Den-kun karena "terlalu lama".  Namun, dia masih terlihat acuh tak acuh.


***


Saat sepulang sekolah, aku berkeliaran di koridor untuk mencari trio idiot.


Aku ingin meminta kuesioner survei gaya hidup yang diminta oleh guru untuk dikumpulkan, tetapi aku tidak dapat menemukan mereka.


Satu-satunya orang yang belum mengumpulkan di kelas kami adalah trio idiot itu.


Mereka masih menyimpan tas mereka di kelas, jadi menurutku mereka masih belum pulang ... aku tidak ingin melihat ketiganya karena apa yang terjadi pagi ini.  Tapi aku tidak bisa melepaskan pekerjaanku sebagai ketua kelas.


Ketika aku sedang menghela nafas di koridor, aku menemukan trio idiot itu sedang berjalan menuju kelas, bersama dengan Usui-kun.


"Hei, aku ingin mengumpulkan kuesioner untuk survei gaya hidup....." kataku pada Den-kun.


Kuikir Den-kun adalah pemimpin dari ketiganya.


"Huh?  Ah......Akira, apa kau sudah selesai menulisnya?"


"Ya."


Setelah Den-kun menanyainya, entah kenapa, Usui-kun malah mengeluarkan kertas kuesioner dari tasnya, yang berjumlah tiga.


"Ketua kelas, ini."


Anehnya, aku malah mengambil survei gaya hidup trio idiot itu dari Usui-kun.


"...Ini kuisioner punya trio idiot, bukan?  Tidak mungkin, apakah Usui-kun yang menuliskannya......?"


"Ya, karena mereka yang memintaku."


'Karena mereka yang memintamu?!'


Bagaimana caramu mengisi survei tentang gaya hidup orang lain?!  Kau tidak boleh menerimanya begitu saja hanya karena kau diminta olehnya, karena tidak mungkin bagimu untuk menuliskan jawaban yang akurat!


Otot-otot di wajahku berkedut karena terkejut dan bingung ... aku pasti sedang terlihat sangat aneh sekarang.


Di sisi lain, ekspresi Usui-kun tetap tidak berubah sama sekali.  Dia tetap sama seperti biasanya, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.


"Ambillah.  Kami sedang sibuk."


Aku berdiri tercengang ketika Den-kun memaksaku.


Aku merasa agak gugup karena mengingat ancaman yang diberikannya pagi ini.


Aku merasa frustrasi karena merasa takut padanya, dan aku memutuskan untuk langsung melarikan diri ke ruang BK.


'Tidak!  Aku tidak bisa berdiam diri lagi!  Aku harus membicarakannya dengan guru!  Pilihan terbaik adalah dengan mengandalkan orang-orang di sekitarku jika aku tidak dapat melakukannya sendiri!'


Ya, pilihan terbaik adalah dengan mengandalkan guru untuk memecahkan masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh murid.


Bahkan jika guru berkata, "Kau membuatku tertawa." aku akan tetap menerimanya jika itu bisa membuatnya berada di pihakku.


"Permisi."


Aku mengetuk pintu dan memasuki ruang BK di mana Yaguchi-sensei sedang sendirian.


"Oh, ketua kelas.  Kau cepat sekali."


Yaguchi-sensei tersenyum lembut.  Aku yakin guru yang baik ini pasti akan mau membantu Usui-kun.


Karena berpikir begitu, jadi aku langsung ke intinya setelah menyerahkan kuesionernya.


"Sensei, ada pembully di kelas kita sekarang."


"Huh?  Pembully?"


"Ya, ketiganya membully Usui-kun!"


Aku seharusnya sedang melaporkan tentang insiden ini dengan sangat serius.   Tapi sensei malah tersenyum lembut seperti biasanya.


"Apa......?  Apakah itu disebut bully?  Kurasa itu bukan pembullyan."


Aku telah mengatakan kepadanya dengan serius, tetapi sikapnya malah tidak menganggapnya serius.


Dia sama sekali tidak percaya padaku.   Aku sangat kedal dengan sikap main-main guru.


"Itu pembullyan!  Usui-kun selalu disuruh untuk membeli roti untuk tiga orang saat jam istirahat makan siang!"


"Benarkah?  Tapi saat terakhir kali aku melihatnya, sepertinya Usui-kun hanya sedang ingin membelikan roti untuk mereka.  Aku terkesan dengan fakta bahwa dia hafal betul tentang apa yang teman-temannya sukai."


"Ah, itu...!  Itu karena dia sudah terlalu sering melakukannya... dan level skill pesuruh miliknya telah naik dengan sia-sia!  Bahkan ketiganya tidak mengganti uangnya!"


"Benarkah?  Bukankah kau hanya berbicara tanpa bukti?"


Den-kun memang tidak mengatakannya dengan jelas bahwa dia tidak mengganti uangnya.  Tapi tetap saja, ada kemungkinan kalau dia memang tidak menggantinya.  Aku juga tidak berpikir kalau mereka akan menggantinya di balik layar.


Tapi tidak masalah.  Bahkan jika kau tidak percaya dengan laporanku, masih ada bukti lain bahwa Usui-kun telah dibully.


"Ah, tasnnya!  Dia selalu disuruh untuk membawakan tas mereka setiap hari dalam perjalanan pulang dari sekolah!"


“Benarkah?  Tapi saat terakhir kali aku melihatnya, dia berkata kepada mereka bertiga, “biarkan aku yang membawanya.”"


“Ah, itu karena dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya jika dia mengatakan tidak!"


Aku telah menjelaskannya dengan sekuat tenaga padanya.  Tapi ketika guru itu mendengarnya, dia malah tertawa terbahak-bahak.


"Ah!  Kamu terlalu banyak berpikir, ketua kelas.  Ketua kelas mungkin belum tahu, tapi anak laki-laki memang seperti itu."


Seluruh tubuhku menjadi panas.  Guru tidak mengetahui yang sebenarnya karena dia tidak melihat adegan pembullyannya dengan benar


Guru, yang tidak mengerti apa maksudku, membuatku kesal dan ingin melemparkan buku teks yang ada di dekatku.


Padahal aku tidak mengarangnya ..... aku membenci diriku sendiri karena telah menjadi anak yang baik sampai sekarang.


"Terserahlah."


Aku sedang dalam mood yang buruk.  Aku melemparkannya serendah mungkin dan memunggungi guru dan membuka pintu ruang BK sekeras mungkin.


"Memang itu adalah hal yang bagus untuk memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, tetapi jika kau terlalu memikirkannya, itu hanya akan membuatmu merasa tidak nyaman.  Yah, kupikir ini adalah hal yang sulit karena aku sudah cukup tua untuk mengurus anak didikku."


Aku menutup pintunya dengan keras untuk memblokir suara guru yang berkoar dari belakang.


Tapi ketika aku menutup pintunya sekeras yang kubisa, suaranya bahkan tidak sekuat saat Den-kun memukul mejaku.


'Aku mengkhawatirkan Usui-kun sebagai ketua kelas!'


Karena berbicara dengan guru tidak berhasil, aku menjadi sangat frustrasi hingga hampir menangis karena tidak ada satu pun orang yang mau membantuku.