Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teman Masa Kecilku Sang Putri Salju [Chapter 1]

My Childhood Friend, Snow White, Doesn’t Realize Her Unrequited Love Bahasa Indonesia




Chapter 1: Putri Salju Yang Kebasahan


Namaku Kuzuhara Kuzuo, dan di SMA yang kumasuki ada seorang gadis yang dijuluki "Putri Salju".  Namanya Tohka Shirayuki.


Dia memiliki rambut putih perak yang membentang ke punggungnya, wajah yang sangat cantik, mata biru langit yang jernih, dan kulit seputih salju.


Bisa dibilang, Shirayuki adalah teman masa kecilku.  Padahal, status kami terlalu berbeda untuk saling berbicara terhadap satu sama lain dengan santai…


Kalian tidak salah memahaminya, kan?


Sekarang adalah hari terakhir liburan musim semi.  Aku telah melakukan pekerjaan paruh waktuku untuk waktu sarapan dan makan siang, dan sedang dalam perjalanan pulang sambil memegang payung plastik ketika sesuatu yang luar biasa menarik perhatianku.  Di tengah hujan lebat, aku melihat Putri Salju dengan seragam sekolahnya, sedang duduk sendirian di bangku taman.


"Kau akan masuk angin!"


Dia mendongak perlahan saat aku mengeluarkan payungku.


“Kuzuhara-kun?”


"Apa yang kau lakukan di sini?


“Aku … kabur dari rumah…”


"Benarkah?"


"Ya…"


Shirayuki adalah putri dari Shirayuki Conglomerate, salah satu keluarga terkemuka di Jepang.  Aku pernah mendengar bahwa mereka sangat ketat, dan sangat menekankan pada kedisiplinan dan pendidikan.


Tapi bagaimana mungkin Shirayuki, gadis yang sangat penyabar, kabur dari rumah?


Aku yakin sesuatu yang serius pasti telah terjadi.


“……”


“……”


Beberapa saat keheningan berlalu.


Ini tidak bagus ... aku tidak bangga akan hal itu, tapi kemampuanku untuk berkomunikasi dengan gadis mungkin hanya level 5 – lebih rendah dari sampah.  Aku seharusnya membuat dek "interaksi sosial" sebelumnya.


Bagaimanapun juga, aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja di sini, di tengah hujan.


"Apa kau ... ingin datang ke rumahku?"


"Apa...?"


Shirayuki selalu lemah terhadap sesuatu yang tak terduga.


Sementara dia sedang bingung, aku mengeluarkan ponselku dari saku dan menelepon adikku, Yui.  Tidak lebih lama dari bunyi bip pertama, sebuah suara yang ceria muncul.


"Ya, ya.  Kamu ada di mana, onii-chan?”


“Yui … maafkan aku, tapi bolehkah aku memintamu untuk menyiapkan bak mandi?"


"Bak mandi?  Ah.  Hari ini sedang hujan deras.  Oke, serahkan padaku.”


Panggilan itu berakhir dengan bunyi bip.


"Yah, begitulah.  Aku tidak akan memaksamu, tetapi kau bisa datang jika kau mau…”


Aku menyerahkan payung plastik itu kepada Shirayuki dan langsung menuju ke rumah.


“Eh?  Oh, hei!  Kuzuhara-kun, payungmu!”


***


Kami tiba di rumahku, yang telah berusia lebih dari 100 tahun.


“Sudah berapa lama sejak aku berkunjung ke rumah Kuzuhara-kun?”


"Aku masih kelas 5 saat itu, jadi sudah sekitar lima hingga enam tahun."


Kami menuju kamar mandi saat kami sedang berbicara, dan menabrak adikku.


Namanya Kuzuhara Yui, 14 tahun.  Dia memiliki rambut sebahu kecoklatan, mata besar yang lembut, dan gigi taring yang sedikit runcing.


"Oh, hai onii-chan, selamat dat–!?”


Mata Yui melebar dan dia menelan ludah, karena terkejut.


“Aku tidak bisa mempercayainya.  Onii-chan yang tidak peka dan bengkok, berhasil mengundang Shirayuki-san ke rumah kita…”


"Hei!  Tutup mulutmu!"


"Sudah lama yah, Yui.”


"Ya, sudah lama juga."  jawabnya Shirayuki dan Yui rupanya adalah teman dekat, pada hari libur, mereka sering bergaul bersama.


Yah, alasan mengapa Shirayuki, yang terkenal sangat menjaga dirinya, mai ikut denganku, seorang pria, mungkin karena dia tahu dari telepon sebelumnya bahwa adikku Yui ada di rumah.


“Onii-chsn, Shirayuki-san… Selamat.  Kuharap kalian berdua memiliki hubungan yang langgeng.”


Yui menjatuhkan bom itu lalu kabur ke kamarnya.


"Haa… maafkan aku, dia selalu memiliki kecenderungan untuk asal mengasumsikan sesuatu.”


“Tidak, tidak apa-apa.  Itu selalu terjadi denganku juga. ”


Aku membawa Shirayuki ke kamar mandi.


“Kau bisa meletakkan seragammu yang basah di sana, dan kau bisa menggunakan mesin cuci dan pengering di sini.  Yah, jangan berharap bahwa mereka menjadi sehebat itu.  Prajurit ini telah mengabdi dengan baik selama sepuluh tahun.  Kalau begitu … aku akan menyerahkan sisanya padamu.  Aku akan meminta Yui untuk membawakan baju ganti untuk dipakai setelah kau selesai mandi.”


"Terima kasih banyak."


Dia membungkuk sedikit dan aku menutup tirai kamar mandi.


Saat aku hendak pergi ke kamarku, aku mulai mendengar suara gemerisik pakaian.


"Gulp…"


Tirai kamar mandi sangat tipis, jadi aku bisa dengan jelas melihat siluet Shirayuki saat dia sedang melepas seragamnya.  Aku langsung berbalik dan kembali ke kamarku.


Sial ... aku sangat gugup.


Seorang gadis yang sangat cantik, yang merupakan teman masa kecilku, sedang mandi di rumahku.  Sebagai laki-laki yang sedang mengalami pubertas, aku tidak sedang berada dalam posisi yang menenangkan.


Aku lebih baik mulai membersihkan kamarku…


Ketika aku mencoba untuk fokus membersihkan kamarku, aku mendengar pintu kamarku diketuk dengan lembut.


“Kuzuhara-kun, ini Shirayuki.  Bolehkah aku masuk?"


"Ah…"


Pintu berderit perlahan, dan aroma sampo yang harum menyapu kamarku.


"Aku sudah selesai mandi."


"Oh, um… apa kau sudah menghangatkan diri?”


Aku berhenti bersih-bersih dan berbalik.  Aku terkesiap, terkejut.


Setelah mandi, dia menjadi terlalu mempesona.  Kulitnya yang pucat, yang baru keluar dari bak mandi,  rambut peraknya yang basah,  pipinya yang kemerahan, yang sedikit lembek karena panas,  dan yang paling penting, kaus favorit Yui dengan ilustrasi apel tercetak di atasnya.


Itu … itu terlalu agresif.


Jika adikku yang berukuran sedang memakainya, itu bukanlah apa-apa selain apel kecil di atas kaus.  Namun, jika Shirayuki yang jauh lebih besar yang memakainya, itu hampir terlihat seperti apel yang hampir meledak.  Terus terang saja, itu buruk untuk mataku.


"Apakah ada yang salah?"


Aku membeku, dan dia memiringkan kepalanya, penasaran.


“T-Tidak, tidak apa-apa.”


"?”


Aku menjatuhkan diriku di kursi belajarku saat dia duduk di tempat tidurku.


“…”


“…”


Suasananya berat.


Aku seorang pria, aku perlu mengambil inisiatif dan menemukan sesuatu untuk dibicarakan.


"Um ... apa kau tidak mau menanyakan alasan mengapa aku kabur dari rumah?"  Dia cemberut.


Alasan dia kabur, huh…


"Haruskah aku menanyakannya?”


“Maksudku, tidak juga, tapi…”


Beberapa keheningan berlalu.  Dia kemudian membuka mulutnya dengan tatapan yang berat.


"Aku sudah berusaha keras untuk diterima sebagai anggota Shirayuki Conglomerate, dari keluargaku sendiri, tapi … mereka tidak pernah menerimaku.  Dan--"


Dia memotong curhatannya di sana.


Aku yakin bahwa di luar kata "Dan" itu, pasti ada sesuatu yang tidak ingin dia bicarakan.


"Tapi kau telah memberikan segalanya, Shirayuki-san."


"Eh?”


Tohka Shirayuki adalah gadis yang pekerja keras.


Di saat orang lain sedang bermain-main, dia bekerja keras.


Di saat orang lain sedang bersantai, dia masih bekerja keras.


Dan bahkan ketika orang lain sedang bekerja, dia malah bekerja lebih keras lagi.


Kembali ketika aku masih seorang murid SD, aku selalu menyaksikan dorongannya yang luar biasa, yaitu kerja kerasnya.  Selama bertahun-tahun sebenarnya.  Itu sebabnya aku harus mengatakannya.


“Jangan khawatir … semua kerja kerasmu akan terbayar suatu hari nanti.”


Yah, aku mengatakan sesuatu yang tidak bertanggung jawab.  Aku, dengan semua hal biasa yang kumiliki, tidak dapat membantunya dengan cara apa pun.


Namun meski begitu, aku ingin memberitahunya bahwa setidaknya ada satu orang di luar sana yang tahu seberapa keras dia berjuang, seseorang yang berdoa untuk kesuksesannya, dan seseorang yang berharap bahwa dia dapat mendukungnya.


“Terima kasih… banyak…” Suaranya bergetar saat air mata mengalir di wajahnya.


Beberapa saat kemudian, dia menenangkan dirinya dan berkata–


“T-Tolong… lupakan apa yang kukatakan sebelumnya…”


Matanya bergetar saat dia cemberut.  Dia dibesarkan untuk menjadi sempurna, jadi dia tidak ingin dilihat saat sedang dalam kondisi terlemahnya.


Tapi…


“Tapi … kau sudah memberitahuku.”


"Linggis mana linggis?  Ah, mungkin aku akan menemukannya di sebelah sana…”


“Hei, hei!  Matamu terlalu serius…”


Saat kami sedang bercanda sedikit, mesin cuci dan pengering mengeluarkan tangisan ceria yang bisa kami dengar dari kamar mandi.  Mereka mungkin telah menyelesaikan misi mereka.


"Kurasa pakaianku sudah kering.  Aku akan berganti pakaian kalau begitu.”


"Oke."


"Jangan mengintip, oke?”


"Iya."


"Fufu, aku hanya bercanda."  Dia tersenyum, dan cekikikan seperti anak nakal, dan langsung menuju kamar mandi.


“Ya ampun…”


Yah, aku senang karena dia sudah merasa sedikit lebih baik.


Setelah Shirayuki selesai mengganti pakaiannya, aku mengantarnya ke dekat rumahnya karena hari sudah larut.


"Kuzuhara-kun, terima kasih untuk hari ini.”


“Jangan dipikirkan.  Aku hanya kebetulan lewat tadi.  Dan, um … apa kau baik-baik saja?”


"Ya.  Aku tahu kalau Tanaka, kepala pelayan, pasti akan marah karena aku kabur.  Tapi karena ayahku tidak tertarik padaku … jadi kurasa itu tidak akan menjadi masalah.”


"Um, aku mengerti."


Putrinya kabur dari rumah tepat di tengah hujan lebat, dan dia hanya mengatakan "Tidak masalah"?  Itu … terlalu rumit.


“Kalau begitu… Um, sampai jumpa besok.”


Dia terlihat agak malu dan melambai sedikit ke arahku.


"Hmm…”


Aku dengan ringan membalas lambaiannya dan pulang ke rumah.


Aku … tetangga Shirayuki Tohka, teman masa kecilnya … dan hanya teman sekelas acaknya.  Aku hanyalah salah satu dari karakter mob.  Tidak mungkin hubungan kami akan melebihi itu, dan takdir kami juga tidak akan saling terkait.


Itulah yang kupikirkan saat itu...


Tapi, pikiran itu langsung buyar keesokan harinya.