Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Istriku Yang Kembali Muda Ada Di Kelasku [Chapter 10]

I Have A Rejuvenated Ex-wife In My Class Bahasa Indonesia




Chapter 10: Berpasangan (Meski Enggan)


Ternyata tujuan kami sama, dan kami memasuki warnetnya sambil bersaing.

[TL: Sepertinya mereka pergi ke manga cafe, tapi karena sudah terlanjur, jadi akan saya terusin pakai kata 'warnet'.]


Pada saat yang sama, petugas menyambut kami yang tiba di konter dengan senyuman.


"Apakah untuk dua orang?"


""Tidak, aku sendiriaan!""


"Maafkan kami.  Saat ini pengunjungnya sedang ramai dan hanya ada satu kursi yang tersedia..."


"Kalau begitu, berikan padaku!"


"Tidak, aku!"


"Mengalahlah untukku!"


"Kamulah yang seharusnya mengalah!  Kamu punya banyak manga di rumah, kan?!"


"Tapi aku ingin menghabiskan waktuku di warnet hari ini!'


"Aku sudah mengkhayal-khayal untuk membaca beberapa manga yang ingin kubaca sejak pagi tadi!"


"Aku akan meminjamkanmu manga yang kupunya di rumaku!  Jadi berikan tempat ini padaku!"


"Memang benar kalau aku ingin membaca semua manga yang ada di rak bukumu, tapi aku benci saat memikirkan bahwa aku harus meminjamnya darimu!"


"Kenapa kau tahu tentang isi rak bukuku?!"


"Aku melihatnya waktu itu ketika aku diizinkan untuk berteduh di rumahmu dari hujan!"


"Kalau begitu, aku akan memberimu kuncinya, jadi tinggallah di rumahku hari ini! Keluargaku sedang keluar sampai malam!"


"Kenapa juga aku harus menghabiskan waktuku sendirian di rumahmu?!"


"Karena aku ingin main warnet sendirian tanpamu!"


"Permisi ... jika kalian saling mengenal, apakah kalian ingin main di kursi bersama?"


"...Apa itu kursi bersama?"


"Kursi macam apa itu?"


"Itu kursi pasangan"


""Kami bukan pasangan!""


"Tapi meski disebut kursi pasangan, tapi itu bukan berarti terbatas hanya untuk para pasangan..."


Petugas memiliki ekspresi bermasalah.


Tidak ada lagi ketidaknyamanan di wajahnya.


"Bagaimana ini?"


"Bagaimana apanya ... aku tidak bisa mengganggu petugas terus, jadi mau tak mau aku akan memilih kursi pasangan."


"Apakah tidak ada pilihan lain selain melakukan itu ... tidak nyaman rasanya jika tidak ada sekatnya, meskipun aku tidak bermaksud untuk banyak bicara."


"Itu wajar. Aku juga ingin membaca manga dengan tenang.  Itu sebabnya aku datang ke warnet."


"Mau main berapa jam?"


""Tak terbatas!""


Kami menuju ke ruangan kami setelah membayar.


Aku telah mengunjungi warnet ini sejak lama, tetapi ini adalah pertama kalinya aku bermain di kursi bersama.  Ketika aku masuk, itu agak sempit untuk digunakan oleh dua orang.


.........Aku kalah cepat.


Saat duduk di sofa, Yuzu meletakkan tasnya dan keluar dengan cepat.


Untuk jaga-jaga, aku tetap menunggu sampai Yuzu kembali, dan ketika dia kembali, itu adalah giliranku untuk pergi memilih manga.


Dan ketika aku kembali dengan gag manga di tanganku, Yuzu sedang memakai kacamata.


"Baru kali ini aku melihatmu memakainya."


"Memang."


"...Kurasa itu cocok untukmu."


"Jangan pedulikan itu."


"Tapi bukankah aku benar?"


"Itu benar.  Aku memiliki penglihatan yang buruk, jadi sudah seharusnya aku memakai kacamata."


"Aku menyukainya.  Itu bukanlah hal yang memalukan untuk menghabiskan waktu sambil memakai kacamata."


"Kamu terlalu mempedulikannya.  Padahal tidak ada satu pun orang yang begitu memperhatikan tentang penampilanku."


"Ini masalah perasaan.  Lagi pula aku tidak bisa pergi ke sekolah memakai sarung tangan bidal."


"Jangan membicatakan tentang kacamata dan sarung tangan bidal dalam dialog yang sama ... aku memang mengatakan kalau memakai kacamata itu memalukan, tapi aku memerlukannya."


"Itu bagus.  Aku sudah menunjukkannya padamu berkali-kali sebelumnya .... bukankah itu agak aneh?"


"Kami sangat gigih.  Katamu itu cocok untukmu."


"Aku tidak mengatakan kalau itu cocok untukku..."


Yuzu memalingkan wajahnya dan menyela perkataanku tanpa izin, dan dia mulai lanjut membaca.


Di samping Yuzuhana, aku juga mulai membaca manga.


Pada awalnya, aku khawatir tentang Yuzuhana, tetapi lambat laun, aku menjadi tenggelam dalam manga--


"Haha..."


"……Apa?"


"Tidak.  Aku hanya tertawa."


"Masa?"


"..."


"..."


"......Kenapa?"


"Aku penasaran.  Apa yang sedang kamu baca?"


"Ini."


Ketika aku menunjukkan halaman yang membuatku tertawa, Yuzuhana ikut tertawa terbahak-bahak.


"Ah, itu benar.  Kapan animenya rilis?"


"Itu akan dibuat dalam 5 tahun. Kupikir orang-orang yang menggarap animenya benar-benar memiliki mata yang bagus."


"Hei.  Kudengar awalnya ada banyak penyensoran, tapi isinya menarik, bukan?"


"Itu benar.  Kupikir aku aneh karena tertawa saat membaca manga yang tidak populer sama sekali.  Tapi aku lega saat melihat Yuzu ikut tertawa juga."


"Aku penasaran apakah perutku akan menjadi keriting saat itu."


"Kau suka tiba-tiba tertawa lagi ketika sedang tidur."


"Itu karena sulit bagiku untuk mengingat dan tertawa ketika sedang kuliah."


"Saat itu, kau sangat gila karenanya dan berkata, 'cubit tanganku agar aku tidak tertawa lagi.'"


"Itu cukup berguna."


"Itu tidak berguna sama sekali.  Aku bahkan tidak bisa mencubitmu."


"Karena cubitanmu tidak sakit, jadi aku tidak merasakannya."


"Terus apa gunanya aku mencubitmu?"


"Sudah, sudah.  Tinggalkan manga itu setelah kamu selesai membacanya.  Aku ingin membacanya juga."


"Hei, apa yang sedang kau baca?"


"Ini..."


"Ah.  Aku menyukai authornya."


"Ya. Terutama volume ketiga.  Aku tidak sabar untuk membacanya lebih banyak lagi karena aku melewatinya di masa lalu."


"Aku juga khawatir tentang hasil dari votr popularitas."


"Itu akan diumumkan bulan depan, tapi saat ini, itu akan diumumkan 12 tahun kemudian.  Yah, Antony telah diputuskan untuk menjadi yang nomor satu."


"Apa?  Bukankah itu Anju?"


"Itu manga shounen, kan?  Karakter utama sudah pasti diputuskan untuk menjadi yang nomor satu."


"Dalam beberapa kasus, heroinelah yang akan menjadi nomor satu.  Anju benar-benar imut."


"Memang benar kalau Anju adalah yang terkuat dan imut, tapi dia akan kalah vote dengan Chloe dan turun ke posisi keempat."


"Ah ... benar juga.  Tapi, saat itu adalah Anju saat deadline voting popularitas nyaris berakhir. Ketika aku melihat aktivitas itu, aku memilih Anju."


"Wow, epic comeback .... agak panas di sini, tolong nyalakan AC-nya."


"Ini tidak panas."


"Panas."


"Tidak panas.  Kalau panas, kau seharusnya melepas kardiganmu."


"Dasar mesum!"


"Mesum matamu!"


"Cabul!"


"Cabul matamu!"


"Masa?"


"Baiklah, aku akan menyalakannya, jadi berkonsentrasilah membaca mangamu."


Kemudian aku menyalakan AC dan lanjut membaca.


Udara dingin menempel di tubuhku dan tubuhku gemetar.


"Achoo!"


"Apa kamu mengatakan sesuatu?"


"Tidak."


"Kamu tadi bilang dingin, kan?"


"Jika kau bisa mendengarnya, kenapa kau berpura-pura tidak dengar?"


"Karena tadi kamu tampak cuek ketika aku menanyakannya.  AC-nya sangat dingin, kan?"


"Kau hanya kepanasan, kan?  Bisakah aku mematikan AC-nya?"


"Tidak.  Tapi karena keringat di tanganmu akan menodai manganya .... jadi aku tidak bisa menahannya lagi.  Ini, aku akan meminjamkanmu kardigan milikku."


"Apa kau serius?"


"Iya.  Aku tidak bisa membaca dengan tenang jika orang di sebelahku sedang kedinginan.  Jadi, cepat pakai itu sebelum kamu masuk angin."


"Jangan mengeluh nanti jika aromaku meresap ke kardiganmu."


"Aku tidak akan mengeluh tentang hal itu."


"Janji, ya ... jika kau kedinginan juga, tolong langsung katakan padaku.  Jika orang di sebelahku sedang kedinginan, aku jadi tidak bisa membaca dengan tenang."


"Kalau sampai itu terjadi, aku akan melepasnya darimu"


"Dasar mesum!"


"Mesum matamu!"


"Cabul!"


"Cabul matamu!  Sudahlah, jangan mengatakan hal-hal bodoh lagi, cepat pakai itu!"


"Iya, iya."


Ketika aku mengenakan kardigannua, aroma manis datang bersamaan dengan itu.


Aku lanjut membaca, sambil terbungkus dengan aroma Yuzuhana.


Pada saat aku selesai membaca, aku kelaparan, lalu aku membeli kentang goreng dan kembali ke sofa.


"Baunya sepertinya menempel di pakaianku."


"Padahal kamu menyukainya. Karena kamu selalu memesannya setiap kali pergi ke restoran keluarga."


"Pada saat itu, aku berkendara sendiri, jadi aku bisa memakannya tanpa etika.  Namun sekarang aku akan naik kereta, orang-orang di sebelahku pasti akan berpikir, 'Oh, orang ini baru makan kentang goreng.'"


"Karena aku yang duduk di sebelahmu, jadi aku tidak akan mempermasalahkannya."


"Tetap saja itu memalukan saat berpikir bahwa ada orang lain yang mencium bau kentang gorengnya."


"Kurasa tidak.  Kentang goreng tidak berbau seperti itu soalnya."


Ketika dia mendekati wajahnya, dia terlihat seperti Kun.


Dia mendengus sedikit, dan dengan lembut mewarnai pipinya,


"...Bolehkah aku memakannya?"


"Jika kau mau.  Silakan ambil sendiri."


"Kalau begitu, permisi."


"Jangan makan semuanya, oke?"


"Aku tidak sejahat itu .... ahn."


"Baiklah, aku akan menyuapimu..."


"Jika aku mengambilnya sendiri, tanganku akan kotor."


"Dasar egois."


"Kamu bilang egois lagi, kan?"


"Tidak.


"Iya---!"


Amu dengan paksa memasukkan kentang ke dalam mulutnya untuk membungkamnya.


"Olesin saus tomatnya juga."


"..."


"Kamu pasti sedang berpikir kalau aku adalah wanita yang egois sekarang, kan?"


"Tidak."


Setelah mengoleskan saus tomat di kentangnya, kemudian aku mendekatkannya ke arah mulutnya--


Kentangnya terjatuh di gaunnya.


Gawat.


"Maaf, maaf!"


"Tidak apa-apa.  Kamu memang tidak pandai dalam menyuapi makanan.  Bahkan ketika aku sedang demam, kamu juga pernah menyuapiku bubur, dan berakhir dengan menumpahkannya ke atas futonku."


"Lebih tepatnya, itu karena kau meniupnya sambil batuk."


"Aku tidak ingat karena aku sedang demam saat itu."


"Itu adalah kenangan yang menyenangkan.   Kau mengatakan bahwa,  kau minta disuapi apel, lalu aku memasukkannya ke dalam mulutmu sebanyak yang kubisa.  Kupikir apel itu akan tersangkut di tenggorokanmu."


"Sepertinya itu karena aku sedang tidak nafsu makan, jadi aku mencoba memaksanya untuk kutelan.  Aku akan membuktikan bahwa aku lebih baik dalam hal menyuapi makanan, jadi buka mulutmu."


Ia menaruh banyak saus tomat dan membawamya ke dalam mulutku.


Tapi, kentangnya terjatuh di celanaku.


"......Oi!"


"Maaf, maaf."


"Omong kosong.  Kau bahkan juga tidak pandai dalam menyuapi makanan."


"Tidak, aku hanya tidak bisa melakukannya sekarang.  Karena di sini dingin dan tubuhku gemetar."


"Ya, ya. Kau memang pandai dalam membuat alasan."


"Itu bukan alasan!  Secara umum, kita bahkam belum imbang!  Ini tidak dihitung!"


"Oh, jadi kita sedang bertanding, huh?"


"Apakah kamu ingin kabur?"


"Siapa yang kabur?  Aku akan melakukannya, jadi biarkan aku memakannya."


Kami membawa kentangnya ke dalam mulut masing-masing dan memakannya dalam waktu singkat.


Meski belum ditentukan siapa pemenangnya, tapi kami sudah sama-sama kekenyangan.  Dan kami juga tidak mengadakan putaran kedua, melainkan hanya membaca manga sampai matahari terbenam dan menikmati waktu kami di warnet.