Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pernyataan Selamat Tinggal [Vol 1 Chapter 5.1]

Goodbye Declaration Bahasa Indonesia




Chapter 5.1: Goodbye Declaration


Awal Maret.  Upacara wisuda SMA Seiran digelar dengan dihadiri banyak keluarga para murid.


Ada upacara penyerahan ijazah, penyampaian kata-kata terakhir dari kepala sekolah dan lagu kelulusan yang dibawakan oleh para murid yang lebih muda.


Setelah berbagai acara lainnya selesai, murid tahun ketiga pun diwisuda.


Banyak wisudawan yang menitikkan air mata.


Anehnya, Akutsu dan Ayase ikut menangis di kelas kami.


Namun, alih-alih menangis, aku malah mengakhiri upacara kelulusan ini dengan kebingungan.


Pasalnya, Nanase belum datang ke acara wisuda.


Dia adalah satu-satunya wisudawan yang belum hadir.



"Semuanya mendekat~”



Sementara beberapa wisudawan sedang mengambil foto kenang-kenangan di depan gerbang sekolah.


Untuk beberapa alasan, aku lebih memilih untuk bermain dengan adikku.


"Onii-chan!  Selamat atas kelulusanmu!”


Momoka mengambil fotoku dengan ponselnya


"Terima kasih.  Tapi bukankah kau telah terlalu banyak mengambil fotoku?”


"Apa yang kamu bicarakan?  Karena kakakku secara mengejutkan bisa lulus, jadi kita harus mengambil banyak foto untuk memperingati peristiwa ini.”


“Jangan mengatakannya seolah-olah aku murid yang susah lulus.”


Aku telah pergi ke sekolah dengan rajin sejak sebelum liburan musim panas.


Aku bahkan diterima juga di universitas.


"Tapi aku sangat senang.  Jika kakakku tidak lulus, aku pasti akan terlalu malu untuk keluar rumah.”


"Kau mulai songong yah, wahai adikku."


Aku tidak tahu apakah kau sedang bercanda atau serius.


Momoka kemudian pergi mencari orang tua kami, yang telah menghilang entah kemana.


Ke mana sebenarnya orang tua itu pergi di hari besar putra mereka?


"Apa?  Atsushi dan Ayase akan pergi ke universitas bersama!”


"Yah, begitulah.  Aku harus tetap bersama Saki.”


"Itu kalimatku.  Atsushi tidak akan berguna tanpaku.”


"Bagus~!”


"Ya, aku cemburu."


Kelompok Ayase sedang melakukan percakapan seperti itu.


Kebetulan, Ayase dan Akutsu telah resmi berkencan sejak sekitar akhir liburan musim panas.


Seperti yang disebutkan dalam percakapannya, mereka berdua pergi ke universitas yang sama.


Itu seperti hubungan teman masa kecil yang ideal.


Lalu aku melihat sekeliling.


Ada banyak murid beserta keluarga mereka, tetapi masih belum ada tanda-tanda kehadiran Nanase.


"…Nanase, kenapa kau tidak ada di sini?”


Ketika upacara kelulusannya baru dimulai, aku tidak terlalu memedulikannya jika dia tidak ada di sini.


Karena aku yakin dia parti terlambat dan akan tampil jauh lebih mencolok daripada orang lain.


Itulah yang kupikir.


Tapi sejak awal upacara kelulusan sampai sekarang, Nanase tidak muncul sama sekali.


"Ini adalah terakhir kalinya, jadi biarkan aku melihatnya."


Ada satu hal yang belum kukatakan padanya.


"Aku ingin memberitahunya hari ini, tapi…”


"Hei!  Kakeru!”


Tiba-tiba, namaku dipanggil.


Aku menoleh dan melihat Shuuichi datang ke arahku, yang tampak terburu-buru.


“Selamat atas kelulusanmu, Shuuichi.”


“Oh, oh, terima kasih.  Tapi bukan itu alasanku datang ke sini!”


“…Apa maksudmu bukan?”


“Aku baru saja mendengar dari seorang guru tentang alasan mengapa Nanase tidak datang ke upacara kelulusan.”


Saat aku mendengarnya, aku meraih bahu Shuuichi dan menekannya dengan erat.


"Maksudnya?  Dimana Nanase?”


"T-Tenanglah, aku akan memberitahumu sekarang."


“Ah, maaf.”


Ketika aku melepaskan bahu Shuuichi, dia mulai berbicara tentang Nanase.”


“Dengar, Kakeru.  Nanase, dia akan pergi belajar ke Amerika.”

[TL: Nooooooo :'( ]


"Apa…"


Aku belum pernah mendengar tentang rencananya untuk belajar di luar negeri.


“Dan dia akan berangkat hari ini pada penerbangan sore hari.  Apakah kau tahu apa artinya itu?”


"Apa artinya…?"


"Dasar bodoh, jika kau naik bus atau sesuatu ke bandara sekarang, kau mungkin akan berhasil menemuinya!"


“B-Benar!”


"Pergi sana!  Kau terlalu memikirkan Nanase selama upacara kelulusan."


"Bagaimana kau bisa tahu itu?!"


"Kau adalah sahabatku, jadi tentu saja aku mengetahuinya!  Sekarang, pergi dari sini, cepat!”


“O-Oke.”


Dengan dorongan Shuuichi, aku memutuskan untuk pergi ke bandara.


“Semangat!”


"Ya!  Aku akan melakukan yang terbaik!"


Setelah membalas Shuuichi, aku mulai menuju bandara.


Tapi ada satu hal yang belum kukatakan padanya, jadi aku berbalik untuk melihatnya lagi.


“Shuuichi, kau adalah teman terbaikku!”


Mata Shuuichi melebar karena terkejut saag mendengar kata-kataku.


Lalu dia tersenyum dengan tenang.


"Dasar bodoh.  Tentu saja."


Shuuichi menjawab dengan malu-malu.


"Aku pergi dulu kalau begitu!"


"Ya!  Pergi sana!"


Setelah bertukar kata dengan sahabatku, aku mulai berlari menuju bandara.


Nanase, tolong jangan pergi dulu.


Ada sesuatu yang harus kukatakan padamu.