Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teman Masa Kecilku Yang Terimut Di Dunia [Chapter 61]

Forever And Always, My Childhood Friend Is The Cutest Girl In The World Bahasa Indonesia




Chapter 61: Meeting Pertama (Part 1)


Itu sudah sekitar seminggu sejak kencan cat cafe itu. Saat itu sore hari dan aku menemukan diriku duduk di cafe terdekat.


"Baiklah, ayo kita mulai meeting ini!" 


Wanita di seberangku mengeluarkan suara energetik saat aku meluruskan punggungku.


"Y-ya, terdengar bagus."


Aku menundukkan kepalaku kebawah sangat cepat sampai-sampai aku menabrakannya ke meja. Aku mengangkat kepalaku, melupakan rasa sakitnya. Bagus, cola dan kopinya tidak tumpah sama sekali.


"A-apa kamu baik-baik saja!?"


"Aku baik, aku baik."


Aku memegang dahiku saat aku membungkukan kepalaku lagi.


"Maaf, aku tidak bermaksud untuk melakukan sesuatu seperti dari manga lelucon."


"Tidak, tidak apa. Ini adalah pertemuan pertama kita, jadi tentu saja akan ada kecanggungan."


Dengan itu, wanita di seberangku memasang senyum santai. Okay, jadi bagaimana aku berakhir di cafe ini, duduk berseberangan dari seorang wanita? Dua minggu yang lalu, aku mendapatkan pesan publikasi di Syosetu, dimana itu adalah situs web novel terbesar di Jepang, untuk web novel milikku "Forever and Always, My Childhood Friend is the Cutest Girl in the World". Emosiku bisa disimpulkan sebagai: Tangisan yang Menghancurkan Bumi. Bahkan sekarang, aku masih sangat ingat konten yang tercantum didalam pesan yang terkirim padaku.


Kepada Mr. Kamino


Senang bertemu denganmu. Namaku adalah Aria Amami dan aku bekerja untuk departemen editoria light novel untuk perusahaan Bunsha.


Aku bersenang-senang saat membaca novelmu, "Forever and Always, My Childhood Friend is the Cutest Girl in the World". Judulnya menangkap mataku dan aku mulai membacanya sebagai certia teman mas akecil saat aku mulai memahami area dimana itu akan menjadi populer. Hal pertama yang aku sadari adalah bagaimana imutnya si heroine. Dialog antara protagonis dan heroine dan mencela diri sendiri benar-benar menawan.


Diantara jadwal sibukku, aku akan memastikan untuk mencari waktu untuk membacanya. Labekl kami, divisi romansa comedy dari perusahaan Sugar Bunsha Light Novel ingin meningkatkan jumlah karya yang kami miliki.


Ini mungkin agak lancang, tapi jika anda tertarik, bagaimana kalau kita mengatur waktu dan tempat pertemuan. Jika anda tertarik, tolong jangan takut untuk menghubungi kami.


Jadi kenapa aku bisa menghafal semuanya? Aku sangat senang sampai-sampai aku membacanya berulang-ulang sampai sepuluh ribu kali. Okay, itu mungkin bohong. Tapi aku memang berakhir membacanya berulang-ulang. Aku harus memastikan itu bukan mimpi atau lelucon, jadi aku membaca setiap bit berkali-kali.


Tentu saja, aku membalas pesan itu, mengatakan aku ingin mengatur waktu untuk pertemuan. Setelah bertukar pesan maju dan belakang, kami sampai pada hari ini, tanggal pertemuan yang sangat dinanti.


"Baiklah, bagaimana kalau kita memperkenalkan diri kita dulu!"


Saat dia mendorong kacamata berbingkai merahnya, suasana acuh tak acuh yang dia pasang menjadi tegang, seolah-olah seseorang menarik sebuah jaring.


"Sekali lagi, aku Aria Amami dari departemen editorial Sugar Bunsha Light novel. Senang bertemu denganmu."


Tanpa sedikitpun keakraban, dia memperkenalkan diri dengan cara sangat praktis dan seperti bisnis, saat dia memberikan kartu bisnisnya. Ini adalah pertama kalinya aku menerima sebuah kartu bisnis. Ukurannya tidak sesuai dengan bobot yang dimilikinya.


"A-aku Tohru Yonekura. senang bisa bekerja sama dengan anda. Aku masih belum punya kartu bisnis!"


Aku menundukkan kepalaku secara kaku, sementara jantungku berdebar. Dia mungkin bisa merasakan bagaimana gugupnya aku, atau mungkin Amami-san memang selalu seceria ini.


"Kamu tidak perlu begitu formal, mari kesampingkan itu dulu. Semuanya akan berjalan lebih baik jika kamu bersikap seperti biasa, kau tahu."


Amami-san adalah tipe orang yang melompati tembol diantara orang-orang dan dengan santai menyatukan semua orang. Berdasarkan pesan itu, aku pikir itu akan menjadi seseorang yang tegang, tapi sepertinya gambaran mentalku darinya berbeda 180.


"Panggil aku dengan apapun yang kamu mau! Amami-san, Aria-san, Amin, Achan, terserah!"


Dia pada dasarnya sangat santai. Dia terlihat seperti tipe orang yang akan bermain keluar dengan club universitas dan pastinya tidak terlihat seperti seseorang yang bekerja di perusahaan editing. Itu dikatakan, aku bukan yang terbaik soal hal-hal formal, jadi pekerjaan ini baik-baik saja untukku. Memiliki seseorang yang biasa seperti ini bagus, karena itu dapat menjaga semangatku untuk menulis romcom.


"Kedengarannya bagus, Aaa-san!"


"Baiklah, sekarang itu terdengat seperti nama untuk karakter video game. Maksudku, nama terakhirku punya tiga 'A' dan yang lain, tapi tetap saja."


"Kedengarannya bagus, Tripe-A-san."


"Baiklah, sekarang industri musik akan marah jika aku meneri sebuah nama band. Maksudku, kamu masih fokus soal itu dan semuanya."


Apa yang kamu harapkan dari best seller dimasa depan, Tuan Yonekura!


Seperti itulah yang ingin dikatakan Amami-san sambil meniupkan udara melalui hidungnya. Aku ingin menyarankan jangan menyebutku "Tuan" dan panggil saja seperti biasa, tapi aku berhenti. Ini mungkin adalah standar dari dunia bisnis dan membayangkan orang-orang memanggilku "Tuan Yonekura" membuat sanubari ku geli. Itu pasti akan membuatku terlihat seperti seorang author, begitulah adanya.


"Aku agak mengharapkannya, tapi kamu sungguh masih sangat muda, Tuan Yonekura.. Apa kamu seorang siswa atau semacamnya?"


"Ah, sebenarnya ya. Aku berada di tahun terakhir SMA."


"SMA? Luar biasa, kamu sangat muda, sangat brilian!"


Perhatikan hadiahnya! Dan suara dari teman masa kecil mulai bergema di kepalaku setiap kali Amami-san mulai bertingkah. Meskipun Amami-san lebih tua dariku, itu tidak terlalu penting. Aku hampir tidak menahan kata-kata yang kukatakan. Rin memang memberitahuku bahwa kasar jika menanyakan seorang wanita tentang umur mereka.


"Ah, siswa SMA huh...?"


Amami-san menatapku dengan pupil penasaran, seolah-olah aku adalah panda di Ueno zoo. Menemukan waktu yang tepat, akupun mengamatinya. Dia tidak terlihat lebih tua dariku. Aku mungkin mengatakan dia di sekitar awal 20an.


Dadanya memang kecil, tapi cantik dan dia memiliki rambut pirang begelombang sebahu. Matanya yang tampak plos dikelilingi oleh kacamata berbingkai merahnya. Bibirnya lembut, dan wajahnya memiliki suasana kerentanan yang bisa melonggarkan ketegangan ruangan.


Dengan itu, dia terlihat lebih seperti gadis cantik daripada wanita cantik. Setelan abu-abunya sama sekali tidak cocok dengan estetikanya dalam pengertian itu. Daripada terlihat seperti seseorang yang  akan menghabiskan banyak waku di kantor, dia terlihat seperti seseorang yang akan pergi keluar saat malam pesta Halloween di Shibuya.


Sambil memiliki pikiran nakal itu di kepalaku, Amami-san membuka mulutnya saat matanya bersinar seolah-olah dia adalah staff member dari toko baju yang menemukan gadis cantik bersembunyi.


"Jangan beritahu aku kamu adalah seseorang seperti  anak ajaib!?"


"Tidak, tidak sama sekali... anda pasti melebih-lebihkannya."


Itu langka untukku menerima sebuah pujian, jadi paru-paruku mulai terasa geli.


"Itu tidak melebih-lebihkan sama sekali! Anak ajaib adalah yang terbaik! Seperti yang pernah dikatakan seorang penyair. 'Rahasia dari kejeniusan adalah membawa semnagat anak hingga tua '. Daripada menyesuaikan diri dengan intrik kaku kehidupan dewasa, anak-anak bisa dengan bebas menjelajah dan mengekspresikan apapun yang mereka inginkan! Itu sungguh luar biasa!"


"O-oh, begitu..."


Aku memberikan tanggapan tidak jelas pada pernyataannya, aku arasa itu yang akan terjadi ketika kau tumbuh. Aku menyesap cola ku, saat paru-paruku masih merasa geli dari sebelumnya.


"Berapa umur dari author lain diluar sana?"


"Author Light novel biasanya di akhir 20an atau awal 30an kurasa. Mereka adalah tipe orang memiliki semacam pengalaman sosial."


"Benarkah?"


"Ya. Itulah kenapa siswa SMA menjadi seorang auhtor benar-benar diluar kebiasaan. Dalam hal melakukan yang terbaik untuk karirmu, membidik untuk menjadi author dengan penjualan terbaik seharusnya tidak perlu dipikirkan!"


Author dengan penjualan terbaik, itu adalah satu hal yang banyak author dambakan. Namun, dari sekian banyak yang mencarinya, hanya segelintir yang diberikan gelar itu. Dan sekarang Amami-san memberitahuku aku punya kesempatan untuk merebut gelar itu. Sejujurnya, aku gemetar. Jika aku tidak hati-hati, mulutku mungkin akan mulau mengendur.


Itu dikatakan, aku seharusnya tidak sombong. Daripada sombong, aku harus melihat hal-hal secara objektif. Aku ingat mendapat penglihatan terowongan saat aku di SMP dan mimpiku hancur tepat dibawah hidungku. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi padaku lagi.


"Kita masih belum mulai, jadi aku akan berpikir tentang itu kapan aku akan mulai di publikasikan."


"Kamu sungguh kalem di usiamu! Luar biasa!"


Itu karena aku mengikuti malaikat pelindungku! Saat Amami-san mengangguk pada dirinya sendiri, aku memberikan terimah kasih abadi pada teman masa kecilku. Setiap kali aku merasa kesal, Rin selalu disana untuk menghiburku. Kali ini, aku akan memastikan untuk mengukirnya dalam-dalam didalam pikiranku.


"Oh maaf! Aku seharusnya tidak membiarkan mulutku seperti itu, itu kebiasaan burukku, maaf."


"Tidak, aku yang buruk dalam hal formal, jadi aku bersyukur soal itu."


"B-baiklah, itu membuatku sangat senang. Jadi mari kita masuk ke pertanyaan utamanya."


Setelah menyesap kopinya, Amami-san menegakkan dirinya dan mendorong kacamatanya. Sepertinya itu bagaimana dia menyiapkan dirinya masuk ke mode serius.


"Pertama-tama, aku akan mengonfirmasi bahwa perusahaanku, Sugar Bunsha akan senang mempublikasikan novelmu. Kentuan publikasi juga akan mencakup rincian royalri dan jumlah salinan yang akan diterbitkan."


Aku telah melihat situasi yang sama di mimpilku berkali-kali sementara aku bekerja keras untuk mencapai tujuanku.


Biarkan "Meeting dengan editor di cafe" ini dimulai.