Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teman Masa Kecilku Yang Terimut Di Dunia [Chapter 64]

Forever And Always, My Childhood Friend Is The Cutest Girl In The World Bahasa Indonesia




Chapter 64: Selamat Untuk Publikasinya!


Di taman terdekat, aku melihat Rin duduk di sebuah bangku, sedang menatap kebawah. Latar belakangnya menerangi dia, jadi dia terlihat seperti putri terkunci di sebuah kastil...


Setidaknya itulah yang kupikirkan karena dia tidak terlihat begitu terlalu senang.


"Hey."


Aku memanggilnya, tapi disekitar pupilnya sudah mulai menatapku. Sebuah senyuman kembali di wajah cantiknya, membawakan rasa kehidupan kembali padanya.


"Selamat malam."


"Yo."


Rin membungkuk saat aku duduk di sampingnya. Bangku itu keras dan dingin, tapi itu mulai menghangat.


"Maaf karena menghubungimu dengan cepat seperti ini."


"Tidak apa."


Sekarang adalah dimana aku biasanya akan mengatakan salah satu dari 10-20 leluconku, tapi aku menahan diriku. Karena itu, Rin tidak begitu banyak bicara, saat suara malam menembus telingaku. Terkadang, aroma dari makanan yang dikirimkan ke suatu tempat akan sampai pada hidungku. Saat dunia melanjutkan rutinitasnya yang pantang menyerah, aku mulai merasa gelisah.


Kenapa Rin terdengar sangat depresi saat di telepon?


Kenapa Rin memanggilku kesini?


Kenapa Rin terlihat sangat sedih sekarang?


Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di kepalaku dan dengan cepat menghilang, jawabannya larut dalam kegelapan. Ini jalan buntu yang berat, aku tidak bisa menahannya.


"Kau tahu..."


"Aku merasa sangat putus asa..."


Sebelum aku bahkan bisa menanyakan pertanyaan, aku disambut dengan sebuah jawaban. Kata-katanya memiliki nuansa yang jelas saat aku mengambil nafas. Aku melirik pada Rin, wajahnya dipenuhi dengan melankolis dan lengannya membuat kerutan di roknya.

[TL: melankolis=depresi]


"Tohru-kun.."


Dia menutup mulutnya untuk menguatkan dirinya, dan dia mulai bicara lagi.


"Tohru-kun, kamu sudah menghadapi banyak rintangan dan bekerja sangat keras untuk menggapai mimpimu. Kerja kerasmu terbayarkan dan sekarang kamu di publikasikan dan akan menjadi seorang pro author..."


Dengan setiap kata, kenangan berbeda mulai muncul di kepalaku.


Hari-hari itu dimana aku menghabiskan seluruh hari dengan membaca dengan tujuan untuk menjadi lebih baik.


Hari-hari itu dimana aku meniru seluruh isi buku-buku itu.


Hari-hari itu dimana aku akan meng upload chapter terbaru setiap hari tanpa kegagalan.


"Aku selalu melihatmu, mendukungmu dengan apapun yang kubisa. Aku sungguh sangat senang... aku tidak bisa lebih bahagia lagi."


Rin memberian senyuman yang dalam dengan kata-kata itu.


"Tanpa data apapun untuk mendukungku, aku memiliki prediksi pribadiku sendiri... tidak, lebih tepatnya keinginan."


Dengan itu, Rin melanjutkan.


"Bahwa kamu akan menjadi seorang author yang hebat. Apakah itu akan menjadi sebuah manga, anime atau apapun, kamu akan bisa menggapai banyak orang... Tanpa keraguan, bukumu akan menjadi yang terlaris."


"Kamu terlalu melebih-lebihkanku."


"Itu keinginanku... Tapi aku yakin itu akan menjadi kenyataan."


Karena tekadnya yang tak tergoyahkan, aku merasakan senang, geli didalam diriku saat aku menggaruk kepalaku. Aku yakin memiliki hati dan belakang kepalaku terhubung akan sangat bagus disaat seperti ini.


"Tapi dengan itu, aku penasaran kenapa..."


Nadanya suaranya mulai berubah.


"Aku ingin itu terjadi dari lubuk hatiku... tapi di sisi lain, aku merasa sangat kesepian."


"Kesepian?"


Aku menanyakannya hal itu, tapi Rin tidak membalas tatapanku, dan lebih memfokuskan dirinya pada tanah dibawahnya.


"Itu terasa kamu sangat, sangat jauh..."


Ah, aku mengerti. Semua pertanyaan yang aku miliki sebelumnya akhirnya terjawab dengan satu pernyataan.


"Maaf, ini pasti sedikit tiba-tiba..."


Dia mungkin tidak merencanakan untuk mengatakan itu dan itu akan menggangguku. Tapi aku bisa datang dengan apa saja untuk dikatakan, aku membungkusnya dengan tanganku, seolah-olah itu adalah hal biasa untuk dilakukan.


"T-tohru-kun?"


Jantungku berdenyut, merasakan panas dan aroma yang sangat kusukai. Namun, tubuh ramping Rin sepertinya lebih kecil hari ini, seolah-olah dadaku sedang di ikat oleh tali jerami.


"Pertama, aku ingin minta maaf karena sudah membuatmu sangat kesepian."


Aku berpikir kembali saat kami berjalan kerumah dari cat cafe. Di hari hujan itu saat kelas dua, jika Syrup tidak ada disana, akan ada kesempatan kami tidak akan pernah melewati garis. Rin menempel pada bahuku saat dia memberitahuku itu, mengatakan dia merasa sangat kesepian memikirkan itu. Tentu saja, aku mengerti itu lebih daripada orang lain.


Rin Asakura, dia memiliki eksterior yang keren dan rapi dan sepertinya tipe orang yang tidak terpengaruh oleh apapun. Namun, jauh didalam, dia sangat kesepian dan gadis yang rapuh.


"Sejujurnya, aku terlalu gembira. Aku sama sekali tidak memikirkan perasaanmu."


"Kamu tidak perlu meminta maaf!"


Dia mengambil bahuku, memegangku erat-erat.


"Ini hanya aku yang terlalu memikirkan tentang segalanya... aku tahu tidak peduli apapun yang terjadi padamu di masa depan, kamu akan berada disisi ku. Aku tahu kamu tidak akan pernah meninggalkanku, tapi..."


"Aku mengerti."

 

Aku mengistirahatkan daguku pada bahu kecilnya, meyakinkannya.


"Aku juga mengerti perasaanmu, Rin."


Aku mendengar Rin mengambil nafas.


"Itu karena aku juga merasakan hal yang sama."


kecerdasannya, atletis dan bakat seni, setelah meningkatkan mereka begitu banyak, semua orang di sekolah memujinya, melabelinya sebagai kecantikan yang superior. Buah dari jerih payahnya terbayar. Dan untukku, seseorang yang menempati bagian bawah dari sistem kasta sekolah, aku ingat Rin terasa sangat jauh. Bahkan saat aku memegangnya sekarang, semua emosi itu masih membombardirku. Saat aku meletakkan semuanya untuknya, Rin menggelengkan kepalanya.


"Aku sama sekali tidak sebaik itu. Satu-satunya alasan aku bisa bekerja sangat keras itu karena kamu, Tohru-kun."


"Sama untukku juga."


Dia menatapku dengan mata terbuku saat aku mengatakan itu.


"Itu karena kau, Rin, itu sebabnya aku bisa sampai sejauh ini."


Itu yang kupercayai dari lubuk hatiku.


"Nira-san selalu ada disisi ku, mendukungku di sepanjang jalan."


"Kamu tahu... mendengar nama itu lagi itu sedikit memalukan."


"Yah, aku menyukainya."


"Oh, ayolah."


Pipi putihnya berubah menjadi merah.


"Bagaimanapun."


Aku membersihkan tenggorokanku, memahami kata-kata yang akan kukatakan.


"Tidak peduli apa yang terjadi, aku tidak bermaksud meninggalkanmu, Rin. Yah, aku bisa mengerti bahwa kamu khawatir sesuatu akan berubah."


Sebagai contoh...


"Di masa depan, kita mungkin pergi ke universitas yang berbeda. Ada kemungkinan besar kita akan pergi ke jalan yang berbeda. Dan karena itu, kita akan menyimpang dan kita akan berakhir menjauh di kehidupan satu sama lain. Namun..."


Ada satu hal sederhana yang ingin ku ungkapkan dengan semua ini.


"Tidak peduli apapun yang menghalangi kita, tidak peduli apapun yang berubah, hubungan kita tidak akan pernah berubah."


Aku rasa kau bisa menyebutnya hubungan saling menghargai. Kami mengetahui satu sama lain didalam dan diluar karena ikatan yang kuat itu, itu sesuatu yang tidak mudah dihancurkan. Ini adalah hubungan yang diluar dari cinta sederhana, itu adalah hubungan lahir dari keinginan bersama yang tulus. Itu adalah hubungan ang lebih kuat daripada rantai apapun, jadi apakah waktu akan meneyebabkan penyok padanya? Tentu saja tidak. Aku akan mengatakannya berapapun yang kuharus lakukan, itu tidak akan pernah berubah.


"Aku akan bersamamu, selamanya dan selalu."


Itu adalah sesuatu yang tidak akan kukatakan disini dan sekarang untuk meyakinkannya, itu sesuatu yang akan kukatakan sepanjang hidupku.


"Aku sangat mencintaimu, Rin."


Satu hal itu adalah dasar dari segalanya.


...


Mata kami bertemu dan mungkin sekitar 10 detik terlewat dengan kesunyian.


"Sungguh.."


Suaranya terdengar suram.


"Kamu satu-satunya yang kupunya."


Dari sudut mataku yang menyempit, aku melihat kilauan cahaya.


"Apa kemungkinannya, sama disini."


"Itu bukan kebetulan, itu adalah takdir."


"Hmm... jika kau menyebutkan seperti itu, itu terdengar romantis."


Rin berubah menjadi malu. Dia tersenyum seolah-olah dia adalah bayi yang sedang ditepuk kepalanya.


"Aku sungguh terlalu memikirkan segalanya."


Memisahkan dirinya sendiri dariku, Rin meregangkan tangannya di udara saat dia mengeluarkan sebuah desahan. Putri yang terjebak sekarang sudah kabur dan disambut dengan sinar matahari untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Rasanya seperti awan yang menutupi Rin akhirnya telah hilang.


"Tohru-kun."


Mata kami betemu.


"Sekali lagi, aku hanya ingin mengatakan..."


Dia memiliki senyum paling indah di wajahnya.


"Selamat untuk publikasinya!"


Mataku terasa panas dan itu bukan hanya imajinasiku. Aku yakin Rin sudah merecanakan untuk mengatakan itu. Aku juga ingin mendengar kata-kata itu. Itulah kenapa aku akan melakukan yang terbaik, terimah kasih kepada Rin. Aku sadar bahwa ini tidak akan terjadi sendiri saat kata-kata melayang di pikiranku. Tidak peduli apa yang diberikan Rin untukku, aku akan membalasnya dengan dua kata sederhana.


"Terimah kasih."