Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teman Masa Kecilku Yang Terimut Di Dunia [Chapter 53]

Forever And Always, My Childhood Friend Is The Cutest Girl In The World Bahasa Indonesia




Chapter 53: 100 Ribu Surat Cinta Karakter


"Kamu tampak kurusan."


"Maaf jika aku membuatmu khawatir!!"


Aku berjalan menuju sekolah dan aku langsung menundukkan kepalaku setelah mendengar pernyataan Rin. Ekspresinya setelah tidak melihatku selama sepuluh hari terlihat sedih.


"Sungguh, kamu harus meluangkan waktu untuk merenung. Aku meneleponmu berulang kali!"


Maksudku, dia ada benarnya. Liburan musim semi tahun kedua sekali seumur hidup datang dan pergi dan aku lakukan hanya menulis. Di sepuluh hari itu, aku menulis tentang 100 ribu karakter, dimama rata-rata 10 ribu karakter per harinya. Sebelum ini, kecepatan normalku adalah 100 ribu karakter per bulan.


Melakukan matematika yang sederhana, aku entah bagaimana meningkatkan outputku tiga kali lipat dan mempertahankannya selama itu. Rin, yang mengenal bagaimana kecepatan menulisku, pasti khawatir, menunggu saat tubuhku roboh lagi.


"Tapi kamu sepertinya baik-baik saja lebih dari apapun."


Aku mengangkat wajahku , dan aku melihat senyum Rin. Itu benar-benar sangat surgawi. Melihatku sehat kembali sepertinya membuat semangatnya meninggi.


"Yah, itu semua karenamu... terimah kasih."


Ketika aku merasa mencapai batak maksimalku, aku mengambil istirahat sebentar supaya tubuhku tidak hancur dengan sendirinya. Aku tidak ingin membuat Rin sedih lagi, jadi aku melihat diriku sendiri lebih sering. Aku tidak bisa membiarkan diriku rabun lagi.


"Tapi maaf, aku tidak bisa pergi keluar dan makan bersamamu seperti yang kujanjikan."


"Jangan khawatir, itu bukan akhir dari dunia. Kita punya banyak kesempatan untuk menenbusnya."


Rin memastikan untuk menekankan fakta bahwa kami sebenarnya memiliki banyak kesempatan lain. Dadaku perlahan mulai menghangat.


"Ah, baiklah. Kalau begitu... Sabtu ini, bagaimana?"


"Ya, kedengarannya bagus."


Rin tersenyum seolah-olah dia anak kecil yang orang tuanya berjanji bahwa mereka akan membawanya ke taman hiburan.


"Ada apa, kau terlihat lesu."


Dugaanku benar, Rin mulai mengedipkan matanya kedepan dan kebelakang.


"Yah... aku... minta maaf."


Dengan satu frasa itu, Rin menyempitkan bahunya.


"Mimpimu... yah itu suatu saat bisa terwujud, tapi itu tergantung bagaimana Tohru-kun ingin menulis atau tidak... dimana itu mungkin iya... jadi..."


"Kenapa kau khawatir tentang itu?"


Aku berusaha menebak arti dari minta maafnya. Itu berhubungan dengan perkembangan ceritaku "Forever and Always My Childhood Friend is the Cutes Girl in the World". Yah, aku tahu apa yang dia ingin tahu. Tapi sederhananya, aku belum melewati garis itu. Tapi memang ada poin yang bagus. Kupikir aku berkembang dari 5-6 menjadi sekitar 7-8. Dibadingkan dengan karyaku yang lain, aku mendapatkan views lebih banyak dan komen. Aku juga mendapat ranking yang cukup tinggi.


Tapi, aku belum melewati garis itu. Di Syosetu, apa yang paling penting dari perkembangan cerita adalah percepatan awalnya. Jika percepatan awalnya tidak melewati ambang batas, maka perkembangan selanjutnya tidak akan cukup bagus. Ada juga dorongan saat series berakhir, dan itu menambah angka juga.


Dari sini sekarang juga, aku tidak akan perkembang lagi. Rin sudah tahu akan hal ini, itulah kenapa dia tidak perlu meminta maaf. Meskipun dengan kepercayaan diriku saat ini, aku penasaran apakah konsekuensi dari antusiasmeku yang berumur pendek.

"Jangan khawatir soal itu."


Aku mulai membelai wajah Rin, aku memberina senyuman sebagai respon pada wajah sedihnya itu. Kemungkinan besar ceritaku tidak akan dipubliasikan. Ada beberapa kemerosotan dalam hal publikasi akhir-akhir ini, jadi mereka lebih mementingkan angka sekarang, tanpa angka tinggi itu, tidak mungkin cerita akan dipublikasikan dan di rilis ke dunia. Tapi itu tidak apa. Aku tidak menyimpan harapan apapun, dan aku tidak akan menjadi tidak sabar dan merasa pahit ketika itu tidak terjadi. Hatiku sudah tenang saat badai sudah berlalu, semua emosi negatif menghilang.


"Apa yang kutulis sekarang, aku merasa itu kemampuan asliku."


Tidak ada gunanya meratapi hasil.


"Lagipula, apa yang kulakukan saat itu tidak masuk akal. Frekuensi update dan waktu update, tags nya, aku mungkin akan mendapat rating lebih bagus kalau aku menggunakan fitur itu."


Ini mungkin hanya melihat kebelakang, tapi itu mungkin akan membantuku melewati ini. Konten yang sesungguhnya selalu menjadi yang terpenting, namun, bagaimana kau mengirimkan paket juga penting. Itu sudah jelas bagaimana hasil yang akan diberikan bahwa aku mengabaikan itu sepenuhnya. 


"Tapi, itu baik-baik saja."


Apa yang aku inginkan sekarang adalah membiarkan gadis di sebelahku membaca secepat mungkin. Aku ingin mengungkapkan segalanya kepadanya, itulah kenapa aku menulis sejak awal. Jika aku telah mencurahkan waktu untuk memperoses dan mengemas sendiri, itu akan menjadi sangat berbeda, dan bukan sesuatu yang pribadi untukku. Karena aku tidak memiliki khayalan umum saat aku menulis, saat aku menulis untuk satu orang ini sendirian, hasilnya menjadi karya terbaikku sejauh ini.


"Aku... puas."


Aku tidak memiliki penyesalan. Melalui magnum opusku, aku bisa meraih Rin, untuk mengungkapkan segalanya kepadanya.


"Begitu..."


Rin terlihat jatuh kedalam malu dan mulai menggaruk pipinya. Dia dipenuhu dengan kebagagiaan.


"Yah, itu tidak berarti segalanya ketika sempurna."


Itu kesempatan yang kecil, tapi kadang-kadang itu membutuhkan waktu yang lama untuk sebuah cerita di notice dan dipublikasikan. Meskipun tidak melewati garis sepenuhnya, cerita itu akan tetap dipublikasikan. Polanya selama tiga tahun ini dengan bervariasi cerita adalah ketika buku-buku ini mencapai penjualan yang cukup, manga, movie, dan adaptasi anime adalah sesuatu yang mungkin.


Untuk cerita yang mampu berdiri dengan penuh kemenangan diatas yang lain, tidak hanya mendapat pembaca lebih di Syosetu, kau juga harus membuktikannya kepada seluruh dunia. Selama karya ini dikenali, itu akan dipublikasikan bahkan jika tidak melwati garis. Aku tetap mempunyai kesempatan yang tipis untuk itu. Itulah kenapa jika aku mengambil rute itu, aku tidak harus memiliki daya tarik hanya untuk Syosetu, tapi aku juga bisa mencoba iklan publik. Aku mencengkram sedotan dengan pergi kesini, tapi kesempatan yang tpis itu lebih baik daripada tidak sama sekali.


"Disamping itu, aku bisa mendapat respon yang bagus akhir-akhir ini. Setelah banyak pekerjaan, aku bisa memberimu kertas buku yang asli sebagai hadiah."


Menyatukan skill ku dengan semangatku, aku bisa menulis sesuatu yang ingin kutulis. Aku pikir ini adalah cerita yang sangat menarik untuk apa nilainya. Ada banyak sekali semangat didala diriku, dan selaa tiga hari ini, aku telah membangun skill yang diperlukan. Aku sadar aku tidak lagi tersesat ataupun takut. Aku akan tetap menulis untuk para pembaca yang menemukan ceritaku menarik. Da aku belum menyerah, jadi aku akan terus maju karena sedikit demi sedikit, aku akan mendapatkan lebih banyak pengakuan dan aku bisa melewati garis itu suatu hari nanti.


"Itulah kenapa aku akan tetap menulis."


Ini adalah pilihan yang kubuat, aku tidak berbohong pada diriku.


"Tidak peduli berapa tahun yang dibutuhkan, aku akan menjadi seorang author."


Setelah membuat niat yang jelas, Rin memberikanku senyuman yang sangat amat bahagia.


"Ya, aku akan terus menantikan saat itu terjadi."


Untukku, tidak peduli berapa tahun yang dibutuhkan, senyuman itu mungkin cukup untuk bahan bakarku. 


"Oh, ya."


Secara tiba-tiba, aku mengusulkan sesuatu pada Rin.


"Setelah sekolah hari ini, ingin pergi keluar?"


"Pergi... keluar?"


Rin memiringkannya dengan kebingungan.


"Ya, kita sudah lama tidak keluar."


"Jadi mengumpulkan data untuk novelmu?"


"Apa yang kau maksud? Aku hanya merasa ingin pergi keluar karena iseng."


"Aku sih tidak apa... bukankah kamu akan menulis setelah sekolah...?"


"Aku tidak membawa laptopku hari ini."


"Huh?"


Mata Rin pergi kemana-mana, dimana seperti yang kuperkirakan. Aku mengatakan apa yang ada dipikiranku, mencoba untuk lulus sebagai alasan. 


"Setiap hari, aku bekerja sendirian sampai menuju tulangku terus menulis. Aku jelas menggunakan waktuku untuk menulis. Jadi aku pikir dari sekarang, aku akan mengambil libur disini dan disana."


"Umm... kenapa?"


Rin menatapku seolah-olah dia ingin menanykan sesuatu padaku. Ketegangan yang aneh ada di dalam tubuhku. Adalah alasan yang lebih besar didalam diriku, jadi aku mengambil nafas dan memberitahu Rin perasaan ku yang sesungguhnya.


"Apa yang bisa kukatakan? Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu, Rin."


Itulah bagaimana perasanku. Sementara aku masih ingin menjadi seorang author dan terus menulis, aku ingin mengabiskan waktu bersama orang yang kusukai. Dari lubuk hatiku, itulah yang kuinginkan. Rin mulai mengedipkan matanya secara berlebihan sebagai respon, tapi tak lama, ekspresinya melembut.


"Jika Tohru-kun baik-baik saja dengan itu, berarti semuanya baik-baik saja."


Dia memberiku konfirmasi yang mendadak.


"Kau tidak marah...?"


"Aku tida marah, aku hanyan ingin memastikan apa yang kamu inginkan."


"Yah, tentu saja."


Dia terilhat jatuh dalam malu, lalu membuat senyum yang lembut.


"Aku juga... ingin menghabiskan waktu bersamamu Tohru-kun."


Ah, aku tidak bisa, aku sungguh tidak bisa menahannya lebih lama lagi.


"Rin."


"Ada apa?"


"Aku mencintaimu."


"..."


Aku bisa merasakan bunga sakura menari di sekitarku, seolah-olah mereka memberikan kami anugerah. Rin menutup matanya, lalu membukanya lagi. Dapat dimengerti, wajahnya merah semua saat dia gemetaran.


"Aku tahu..."


Ada petunjuk sedih di suaranya.


"Ngomong-ngomong, aku menerima 100 ribu curat cinta karakter dari seseorang."


"Itu hanya karakter. Bahkan jutaan karakter tidak akan cukup untuk mengungkap perasaanku."


Aku mengingat kembali dari 140 tweet karakterku. Aku sangat bodoh dan dangkal, aku tidak punya ide siapa yang akan menerima pengakuan itu. Memmbuat Rin mengetahui pikiranku dengan cara yang miring, itu agak cocok bahkan jika itu sedikit mengejutkan. Sampai sekarang, aku tetap membuatnya menunggu, aku sungguh minta maaf untuk itu. Sementara ini sama sekali buka kompensasi, dari sekarang aku akan memberimu semua perasaanku pada Rin. Bukan hanya dari teks dan ucapan, dengan segala cara yang mungkin. Merasakan suaranya dengan penuh kasih sayang, Rin berbicara.


"Ya, aku yakin itu masih belum cukup."


Rin menggoyangkan kepalanya kesana dan kemari. Dia memberiku senyuman dengan sangat banyak kebahagiaan dan malu, saat dia melalukan yang terbaik untuk menyuarakan keinginannya.


"Itulah kenapa, dari sekarang, aku ingin kamu memberitahuku lebih banyak."


Aku memutuskan apa yang ingin aku beritahu padanya.


"Ya, aku mengerti. Aku sangat mencintaimu Rin."


Aku mengulurkan tanganku untuk membelai pipinya.


"Hmm, itu bagus."


"Uah..."


Dia menempel padaku. Aromanya yang wangi, panas tubuhnya yang berdenyut, perasaan lembut itu, semuanya, itu sama seperti sebelumnya.



"Aku juga sangat mencintaimu Tohru-kun."



Aku mendengar suara gembira itu memenuhi telingaku kedua gendang telingaku dan hatiku mulai gemetar. Kami berdua saling mengomunikasikan pemikiran kami satu sama lain. Orang yang paling kucinta memberitahuku hal yang paling ingin kudengar.


Apa?


Tidak ada kata yang bagus yang datang dari kepala.


Hanya kebahagiaan. Sesederhana dan sesederhana itu.


Jika aku tidak berhati-hati, mataku bisa dipenuhi euforia. Tapi aku harus bertahan. Aku tidak mau dilihat menangis, bahkan jika itu hanya kekerasankepalaanku yang aneh. Saat Rin mengusapkan tangannya pada belakangku, aku melakukan hal yang sama, kami berdua menenangkan diri sejenak. Akhirnya, kami dengan memalukan memisahkan tubh kami satu sama lain. Melakukan ini di pagi hari di semester baru sekolah, apa yang kami lakukan?


"K-kau tahu, daftar kelas baru akan keluar hari ini."


"Y-ya, hyah..."


Hyah...


Sial, dia sangat imut, aku mengusap pipinya sekali lagi, saat Rin menutup matanya seolah-olah dia menikmatinya.


"Itu akan bagus jika kita didalam kelas yang sama."


"Y-ya. Kita akan bersaa akan waktu makan siang. Itu akan bagus untuk tidak membawa kotak bento ke kelas lain."


"Bagaimana dengan kelas serbaguna?"


"Itu tdak apa, iyakan? Kita tidak perlu menyembunyikannya atau apapun."


Rin memberikan senyuman yang menyegarkan.


"Yah, itu tidak apa..."


Aku juga tersenyum. Kata-kata tidak diperlukan saat ini.


"Ngomong-ngomong, apa menu hari ini?"


"Biar kupikirkan... omelet goreng dengan mustard madu, daun bawang dan telur, akar budrok... Oh dan nasi bambu."


"Astaga!"


Rin tersenyum seper anak kecil yang mempermainkan seseorang secara sukses karena reaksiku.


"Hari ini, aku harus membuat menu dari semua makan kesukaan Tohru-kun."


:dengan sentakan, aku depenuhi dengan emosi.


"Oh ayolah..."


Dia begitu mesra.


"Aku bisa dengan jelas melihatnya darimu."


Aku bergemetar karena emosiku, saat Rin mengeluarkan sebuah senyuman.



"Itu karena kita pacaran."



Deg-deg.


Hatiku  melompat dari dadaku dan itu terasa seperti aku batuk. Aku berhenti berjalan. Dengan diriku yang berhenti, Rin berjalan beberapa langkan dan berhenti.


"Aku hanya membalas budi!"


Dengan suara yang kuat, Rin memberikanku senyuman yang nakal. Itu senyuman yang brilian tanpa ada kegelisahan, kecemasan dan iritasi, sebagai gantinya itu menunjukkan harapan untuk masa depan. Dari sekarang juga, aku akan hidup bersama Rin. Kecuali dewa kecemburuan memutuskan untuk melakukan balas dendam kecil, ini adalah masa depanku yang pasti. Hal-hal tidak akan penuh sepanjang waktu. Akan ada masa-masa sulit disepanjang jalan. 


Tapi, aku akan baik-baik saja. Aku punya Rin disisi ku. Dan disisi ku dia, dia akan tersenyum.


Itu cukup bagiku untuk mempercayai bahwa aku bisa menghadapi kesulitan apapun yang menungguku. Aku punya keyakian aku bisa mengatasi tantangan apapun.


Aku beruntung, kau tahu. Dari lubuk hatiku aku merasa bersyukur, bisa bertemu seseorang seperti ini, bisa berkomunikasi dengan emosiku sangat dalam, kemungkinan itu terjadi didalam alam semesta sangat rendah bukan? Tentu saja, itu mungkin berlebihan, tapi aku sungguh percaya itu.


Tidak peduli apa yang orang lain bicarakan. Aku akan terus percaya. Aku beruntung bisa bertemu Rin, dan bisa bersama dengannya itu lebih beruntung untukku. Jadi, saat kami lanjut berjalan menuju jejak masa depan, aku memberikan diriku sendiri tanda terimah masih yang paling dalam. Bisa menghabiskan waktu setiap hari bersama Rin setiap menit, setiap detik, aku merenungkannya saat aku memulai masa depan. Aku bersumpah itu dalam hatiku.


"Ayolah Tohru-kun."


Rin berjalan padaku yang masih belum berjalan. Dia mengambil tanganku saat dia memberiku senyum yang indah.


"Ayolah, ayo cepat atau kita akan terlambat."


Dan yah, hari-hari tenang ini bersama dengan teman masa kecil paling imut akan terus berlanjut selamanya dan selalu.